Chereads / Kelut Cinta dan Benci / Chapter 11 - 11. Luapkan Zara......

Chapter 11 - 11. Luapkan Zara......

"Bagi ku ini bukanlah sebuah pernikahan, tapi sebuah bentuk dari balas budi! bagi ku Radit bukanlah seorang suami! tapi seekor anjing liar peliharaan yang harus ku urus untuk membayar hutang budi ku" kata Zara berbicara dengan tatapan mata yang sedikit berkaca-kaca sambil terus melajukan mobil nya.

"Lagi pula, bagaimana bisa aku menganggap orang yang menghancurkan hidupku sebagai suami ku?!" kata Zara lagi.

Sejenak Zara dan Vira terdiam. Mereka sama-sama terdiam karna mereka jadi terbayang kembali akan cerita di masa lalu. Mereka terbayang akan bahagia dan derita yang telah mereka lalui hingga hari ini.

"Entah apa yang membuat hidup begitu mempermainkan aku" kata Zara.

"Bukan mempermainkan, tapi Tuhan sedang menguji apakah kesabaran dan kekuatan kita mampu terkalahkan oleh derita yang datang silih berganti tanpa henti" kata Vira sambil tersenyum.

Percakapan diantara kedua nya yang begitu dalam dan panjang membuat waktu dan jarak tak begitu terasa untuk kedua wanita berparas cantik Vira dan Zara. Zara dan Vira sampai di tempat tujuan mereka.

Sekilas jalan cerita hidup mereka memang tampak berbeda namun memberi mereka luka yang hampir serupa. Setelah sampai di tempat tujuan mereka langsung berpisah sesuai tujuan mereka masing-masing datang ke tempat itu.

Dari koridor rumah sakit Zara melihat kedua mertua nya sedang duduk bersandar di kursi tunggu ruang ICU. Dengan sangat berat hati, perlahan Zara medekati kedua mertua nya itu.

"Pa, ma, bagaimana keadaan Radit?" tanya Zara.

"Hey sayang kapan kamu sampai? Kenapa kamu ke sini? Kenapa tidak istirahat saja di rumah sayang?" kata Kenedi bertanya karna mencemaskan keadaan Zara.

"Aku oke pa! Papa jangan khawatirin aku, gimana keadaan Radit? Apa ada yang serius ?!" tanya Zara lagi.

"Entahlah sayang, Radit sudah melewati masa kritis nya setelah operasi kecil dibagian kepala nya semalam, tapi nggak tahu kenapa sampai sekarang dia belum juga sadar nak" tutur Kenedi bercerita.

"Oh sabar ya pa, semoga Radit segera sadar jadi kita semua nggak khawatir lagi" kata Zara sedikit menenangkan hati kedua mertua nya.

"Oh ya, papa dan mama pasti lelah kan semalamam nunggu di sini sampai papa dan mama belum ada istirahat! jadi sekarang kalian pulang dulu untuk beristirahat sejenak, biar aku yang nungguin Radit di sini, nanti kalau ada perkembangan tentang Radit aku langsung kabarin mama atau papa" kata Zara.

Memang tak bisa di pungkiri Kenedi dan istri nya memang sudah dalam keadaan sangat lelah. Semalaman mereka terus terjaga di depan pintu ruangan tempat Radit terbaring lemah tiada daya. Kenedi pun langsung menuruti perkataan Zara tanpa ragu.

"Yauda kalau begitu, papa dan mama pulang dulu ya Ra, nanti sore papa dan mama ke sini lagi ya sayang" kata Kenedi.

"Ra jangan lupa langsung kabarin mama kalau ada apa- apa sama Radit ya sayang, perkembangan sekecil apapun mengenai Radit tolong kamu kabarin mama langsung ya nak" pesan sang ibu mertua kepada Zara.

Kenedi meninggalkan rumah sakit dengan langkah yang sangat berat. Sebenar nya Kenedi ingin tetap tinggal di sisi Radit menemani anak tunggal kesayangan nya itu melalui masa koma nya ini, namun Kenedi pula kasihan pada sang istri yang sudah terlihat begitu lelah. Kenedi tak ingin istri tercinta nya jatuh sakit lantaran kurang istirahat karna terlalu mencemaskan keadaan Radit.

Di rumah sakit, Zara memutuskan pergi ke kantin rumah sakit untuk menikmati secangkir kopi dingin. Sebelum pergi Zara melihat Radit yang masih dalam keadaan terbaring tak sadarkan diri dengan segala rentetan selang di tubuh nya. Zara menertawakan keadaan suami nya itu sambil berjalan perlahan meninggalkan nya.

Di kantin Zara memilih meja yang terletak di sudut kantin dengan pemandangan langsung ke arah jalan besar yang ramai di lintasi pengguna jalan. Zara menyedot kopi dingin nya sambil memainkan hp nya.

Dari arah depan ternyata ada Vira yang sedang duduk menyantap burger dan segelas jus jeruk. Saat menyeruput jus nya tak sengaja mata Vira menangkap keberadaan Zara di sana, tanpa basa basi Vira langsung mengemas makanan di meja nya dan langsung pindah ke meja Zara.

Zara terkejut dengan Vira yang tiba-tiba muncul di hadapan nya. Kini Vira dan Zara menjadi begitu akrab satu sama lain. Mereka tak pernah kehabisan bahan obrolan jika sudah bersama. Waktu terasa terlalu singkat untuk mereka habiskan berdua membagi cerita kisah masa lalu mereka.

"Kamu begitu membenci suami mu Ra?" tanya Vira kepada Zara menyela obrolan mereka tiba-tiba.

"Huuuh!! ada nggak sih mbak level di atas benci? Aku bahkan selalu mengutuk dia disetiap detak jantung ku mbak" kata Zara sambil membanting gelas berisi jus nya ke meja.

"Kamu tahu nggak mbak ?! terkadang aku berfikit untuk melenyapkan nya saja dari muka bumi ini!! namun selalu pada akhir nya niat itu tak jadi ku lakukan karna aku terbayang wajah mama dan papa mertua ku yang begitu baik dan tulus menyayangi ku mbak" sambung Zara lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Aku pernah berfikir ingin pergi jauh atau bahkan ingin mengakhiri saja hidup ku agar aku tak perlu berpisah dengan almarhum suami ku! Namun dua malaikan kecil ku yang selalu berhasil menghentikan setiap langkah bodoh dalam hidup ku" kata Vira.

Kedua nya terdiam sejenak. Mereka kembali menyeruput jus yang ada di hadapan mereka sembari mata mereka memandangi pemandangan jalan raya yang ada di hadapan mereka.

"Sudah lah Ra, kalau aku sekarang mikir nya apapun dalam kehidupan ini , baik itu kebahagiaan, kesedihan, kesulitan maupun kemudahan semua hanya bersifat sementara, dan lari dari apa yang sedang kita hadapi pun tidak menjanjikan masalah nya akan hilang atau selesai, justru mungkin masalah akan bertambah" kata Vira.

"Terus kita harus apa mbak? Pasrah? Atau cukup dengan doa? Atau apa mbak?!" kata Vira berbicara dengan suara yang sudah mulai sedikit getar menahan air mata nya agar tak jatuh, menahan tangis nya agar tak pecah.

"Iklas!! Cobalah belajar untuk bisa iklas menerima segala hal yang terjadi di dalam hidup ini Ra, karna memang nggak ada cara lain untuk orang-orang yang terbalut luka di hati nya seperti kita ini, selain dengan mengiklasnkan segala nya Ra, ini sudah ketentuan Tuhan, sudah menjadi ingin nya kita melewati segala hal jatuh bangun kehidupan" kata Vira.

"Terus sampai kapan mbak? Apakah sampai nyawa sudah tak lagi di raga ini aku harus mengiklaskan segala nya? Kalaupun luka di hati ini sembuh, apakah aku bisa menghilangkan bekas dari luka-luka itu mbak?" tanya Zara dengan air mata yang mulai menetes.

"Nggak Ra! Kamu salah! Cobalah dekatkan diri pada Tuhan! Habis gelap terbitlah terang! Pernah dengar?! Faham maksut nya? Tuhan menciptalan siang dan malam bergantian, Tuhan memberi kita terang meski akan ada gelap yang kita lalui, lalu apakah Tuhan tak mampu menggantikan luka mu dengan kebahagiaan yang mungkin tak pernah terbayangkan oleh mu!" kata Vira sambil meraih dan menggenggam tangan Zara.