Chereads / Kelut Cinta dan Benci / Chapter 16 - 16. Lewati Saja Dulu

Chapter 16 - 16. Lewati Saja Dulu

Zara melihat Bastian sedang melakukan olah raga di balkon teras kamar nya. Zara baru menyadari bahwa selama ini kamar nya dan kamar Bastian berhadapan dan mereka bisa melihat satu sama lain hanya dari balkon kamar mereka saja.

Setelah terpaku untuk beberapa saat karna perasaan terkejut nya, Zara langsung mengabaikan nya dan bergegas turun ke ruang makan untuk sarapan karna seperti biasa Inah sudah menunggu nya untuk menyantap sarapan bersama sebelum ia berangkat berkerja atau beraktivitas.

"Pagi bik!" sapa Zara.

"Pagi non, langsung sarapan terus non uda siang banget nanti kena macet non" kata Inah sambil memberikan satu piring yang sudah berisi roti selai kesaukaan Zara.

"Hmmm iya oke bik, terimakasih ya bik" Zara menjawab sambil menerima piring yang di berikan Inah.

Zara langsung memakan roti selai kesukaan nya dengan lahap, setelah itu Zara meminun susu hangat yang selalu di buatkan oleh Inah setiap pagi dan malam untuk Zara.

Inah selalu memperlakukam Zara seolah Zara masih seorang putri kecil kesayangan nya, oleh karna itu sosok Inah mampu membuat Zara hampit tak pernah merasa kehilangan sosok ibu dalam hidup nya selama ini.

"Okey finish, sudah habis! aku langsung jalan ya bik" kata Zara sambil mulai bergegas untuk pergi.

"Iya, non mampir dulu ke rumah sakit atau langsung ke klinik non?" tanya Inah perlahan sambil mengikuti langkah Zara menuju mobil nya.

"Aku mampir sebentar sih bik ke rumah sakit, soal nya tadi papa langsung kasih kabar ke aku kalau Radit sialan itu sudah sadar bik, jadi mau nggak mau aku harus mampir kan?!" jawab Zara, langkah kaki nya perlahan menjadi melambat seakan ia tak ingin pergi.

"Oh kalau begitu bibik titipkan beberapa makanan untuk nyonya Hanna dan tuan Kenedi ya non?" tanya Inah.

"Hmmmm.... boleh bik, yauda ambil ya, aku tunggu di mobil bik" kata Zara mengiyakan permintaan Inah.

"Iya non sebentar" kata Inah.

Inah dengan semangat langsung berlari kecil menuju dapur untuk mengambil makanan yang memang sudah di siapkan nya sejak awal dalam sebuah rantang bertingkat berwarna kuning.

"Bik cepetan dikit dong! ntar aku telat bik karna uda jam macet ini bik" teriak Zara dari mobil nya.

"Iya iya non, ini sudah non" kata Inah yang segera sampai di hadapan Zara dengan menenteng rantang yang sudah terisi penuh dengan aneka makanan yang di masak nya sendiri sejak subuh tadi.

"Bik aku mungkin pulang telat hari ini karna ada beberapa pekerjaan yang kemarin harus aku selesain hari ini bik" kata Zara.

"Iya non, tapi hati-hati jangan pulang kemalaman ya non, soal nya bahaya perempuan malam-malam bawa mobil sendirian non" kata Inah lagi.

"Hhmmm.... memang nya ada ya bik yang lebih bahaya dari pada aku yang harus hidup serumah sama si bajingan pecandu barang haram itu bik?" jawab Zara sambil menyalakan mobil nya.

Kata-kata Zara jika membahas tentang Radit selalu membuat Inah terdiam seribu bahasa tak mampu berkata-kata lagi. Tak jarang Inah diam-diam menangis karna sedih melihat Zara yang selalu murung dan terkadang harus kewalahan mengurus Radit jika sedang tidak sadarkan diri.

Namun Zara tak pernah mengeluh atau memperlihatkan kesedihan dan kelelahan nya pada Inah semata-mata untuk mejaga perasaan Inah agar Inah tak sedih.

Zara melajukan mobil nya dan perlahan meninggalkan Inah di halaman rumah nya. Saat sampi di sebrang jalan Zara kembali melihat Vira sedang berdiri menunggu taksi lewat.

"Mbak mau ke rumah sakit lagi?" teriak Zara bertanya pada Vira yang berada di sebrang rumah nya.

Vira yang sudah berpakaian rapi segera menganggukan kepala nya untuk menjawab pertanyaan Zara. Vira bekerja sebagai salah satu dokter umum di rumah sakit tempat Radit dirawat.

Karna mereka memiliki tujuan yang sama, tanpa Basa-basi lagi Zara langsung mengajak Vira untuk pergi bersama lagi seperti kemarin. Vira langsung menerima ajakan Zara dan berlari kecil menuju mobil Zara.

Zara melajukan mobil dengan santai, seperti biasa jika sudah berdua Zara dan Vira akan mengobrol panjang lebar tanpa arah hingga mereka tak menyadari waktu yang berlalu.

"Gimana kondisi suami mu Ra?" tanya Vira.

"Radit! nama nya Radit, jangan sebut dia sebagai suami ku!" kata Zara.

"hahaha.... oke, oke!!" gimana keadaan nya si Radit Ra?" tanya vira lagi sambil sedikit mengguyon pada Zara.

"Nggak tau lah mbak, kata papa mertua ku sih dia sudah sadar! tapi bagi ku apapun keadaan nya nggak penting!" kata Zara ketus.

"Jadi kamu ke rumah sakit mau melihat dia?" tanya Vira.

"Idih boro-boro! aku ke rumah sakit cuma karna aku terlalu menghargai papa dan mama mbak" sanggah Zara.

"Hahaha..... memang nya kita kalau sudah nggak sukak sama orang, pasti ngebahas orang nya aja malas banget ya!" kata Vira kembali mengguyon Zara.

"Aku sih bukan nggak sukak mbak, tapi uda di level enek, benci, jijik dan pengen aja rasa nya melenyapkan dia dari dunia ini mbak! sumpah deh!" kata Zara berbicara dengan nada bicara dongkol.

Seperti biasa obrolan antara Zara dan Vira membuat jarak antara rumah mereka dengan rumah sakit tak terasa jauh, rasa nya baru mereka memulai sedikit pembahasan namun mereka sudah sampai tujuan. Dengan berat hati mereka mengakhir obrolan di antara mereka.

"Okey, terimakasih banyak untuk tumpangan nya Ra" kata Vira sambil bergegas turun dari mobil.

"Hhmmm.... okey! seperti sama siapa aja deh pakai ngucapin terimakasih segala!" jawab Zara.

"Oh ya Ra, kalau malam ini ada waktu kosong kamu mau nggak makan malam di rumah, aku pengen deh ngenalin kamu sama Bastian dan anak-anak" kata Vira.

"Oh oke mbak! dengan senang hati, kalau aku free dan cepat pulang hari ini aku langsung kabarin mbak ya" kata Zara.

"Oke Ra, aku tunggu ya! bye! bye!" kata Vira sambil melambaikan tangan pada Zara dan berjalan berpisah dengan Zara di koridor rumah sakit.

Zara menarik nafas dalam-dalam dan mengatur sedikit senyuman di wajah nya untuk di tunjukan di hadapan kedua mertua nya. Langkah nya terasa berat namun mau tidak mau Zara harus menyingkirkan kebencian nya sejenak dan melihat Radit.

"Morning ma, pa" sapa Zara kepada kedua mertua nya begitu masuk ke dalam ruang kamar rumah sakit.

"Hey sayang, morning! gimana keadaan kamu sayang?!" tanya Hanna kepada Zara sambil memeluk hangat Zara.

"Alhamdulillah keadaan aku sudah jauh lebih baik ma" jawab Zara.

"Oh ya ma, ini ada titipan bekal untuk sarapan mama dan papa dari bik Inah" kata Zara sambil menyerahkan rantang berwarna kuning yang di bawa nya.