Chereads / Kelut Cinta dan Benci / Chapter 15 - 15. Kabar Buruk Untuk Zara

Chapter 15 - 15. Kabar Buruk Untuk Zara

"Papa harus bekerja agar bisa membiayain sekolah Vino dan Vindi kan? Agar bisa membelikan lego untuk Vino dan fuzzle untuk Vindi kan?!" kata Vira memberikan sedikit pengertian kepada Vindi agar tidak merajuk kepada Bastian.

"Ya ma..... maaf ya ma karna Vindi sudah menjadi anak yang tidak mengerti mama dan papa" Vindi menjawab sambil memeluk Vira erat-erat dan kedua mata nya terlihat sedikit berkaca-kaca.

"Hey! Nggak sayang! Nggak seperti itu, Vindi dan Vino adalah anak-anak terbaik di dunia! Mama dan papa sangat bersykur bisa memiliki kalian dalam hidup kami" kata Vira segera sambil membelai lembut rambut Vindi yang panjang.

"Kreeeeek....." Tiba-tiba pintu kamar di buka oleh Bastian.

Vira, Vindi dan Vino melihat ke arah pintu dan mereka terdiam melihat ternyata Bastian yang membuka pintu kamar. Vino langsung berdiri dan berlari ke arah Bastian yang berdiri di depan pintu dan langsung memeluk Bastian.

"Apakah perkerjaan papa sudah selesai? apa papa datang ke sini untuk tidur bersama mama, kakak dan Vino pa?" kata Vino sambil memeluk dan menatap Bastian.

"Oh iya dong! memang nya ada ya yang bisa menolah kalau dua bos kecil papa ini yang minta?!" jawab Bastian.

Jawaban Bastian seketika merubah suasan di kamar itu menjadi gembira dan ceria. Vindi berlari menyusul Vino dan langsung memeluk erat Bastian.

"Terimakasih ya pa sudah selesain perkerjaan papa cepat-cepat agar bisa tidur bareng kami" kata Vindi dengan lembut.

"Hey! nggak sayang, nggak ada yang perlu bilang terimakasih! malah papa yang harus minta maaf karna gak ada waktu untuk tidur bareng anak-anak papa ini" jawab Bastian sambil berlutut di hadapan ke dua anak nya dan memeluk hangat mereka.

Vira langsung membawa anak-anak ke kamar mandi untuk sikat gigi dan cuci kaki. Setelah anak-anak siap untuk tidur Vira, Vindi, Vino dan Bastian berbaring di atas satu ranjang dan satu selimut yang sama.

Seperti biasa, Vira menceritakan Vino dan Vindi sebuah dongeng untuk menghantar mereka tidur. Bastian menjadi salah satu pendengar dongeng yang di ceritakan Vira malam itu. Bersama cerita dari dongeng dan pelukan hangat dari Bastian untuk Vindi, akhir nya Vindi tertidur pulas.

Setelah kedua anak-anak nya tertidur, Bastian memberi isyarat pada Vira bahwa ia akan meninggalkan kamar dan akan tidur ke kamar nya. Vira pun mengiyakan nya dengan satu anggukan kepala.

"Bas, terimakasih untuk malam ini" kata Vira sebelum Bastian keluar dari kamar.

"It's okey! mereka juga anak-anak ku kan?!" jawab Bastian.

Bastian meninggalkan kamar dan berjalan menuju kamar nya di lantai dua. Ketika sudah di dalam kamar, Bastian membiarkan kamar nya gelap tanpa ada cahaya lampu.

Bastian duduk di sisi pinggir tempat tidur nya dengan mata yang menatap ke arah balkon kamar nya. Kemudian Bastian berdiri dan berjalan ke arah balkon kamar nya, ia berdiri seorang diri sambil memejamkan mata nya untuk menikmati hembusan angin malam itu. Bastian berdiri menatap ke arah rumah Zara yang sudah terlihat sepi dengan lampu rumah yang sudah terlihat banyak yang padam menandakan bahwa seisi rumah sudah tertidur.

Saat Zara sedang menikmati tidur indah nya, tiba-tiba hp Zara bergetar karna ada panggilan telfon yang masuk. Zara menyadari bahwa hp nya bergetar, namun ia mengabaikan nya karna ia tak ingin tidur nya terganggu.

Malam indah yang ditaburi bintang-bintang indah dan cahaya dari sang rembulan terasa begitu cepat berlalu. Hari sudah berganti dengan hari yang baru lagi. Kini gantian sang mentari pagi yang menebarkan sinar cerah dan rasa hangat nya kepada hari yang baru.

Seperti biasa Inah membangunkan Zara dengan membuka tirai jendela kamar nya agar cahaya mentari masuk menyinari Zara. Langsung cahaya matahari pagi yang terasa hangat membangunkan Zara dari tidur nya.

Perlahan Zara membuka mata nya. Zara menikmati pagi hari nya itu dengen sedikit berleha-leha di kasur nya yang berseprai warna putih.

Seperti biasa, saat bangun pagi sebelum turun dari ranjang dan memulai aktivitas nya hari itu, Zara terlebih dahulu melihat hp nya untuk melihat info-info terbaru.

Saat Zara melihat hp nya ternyata ada tiga panggilan tak terjawab dari Kenedi semalam. Zara terkejut dan ia langsung teringat kalau memang semalam hp nya sempat bergetar namun ia mengabaikan panggilan itu, dan ternyata itu panggilan dari Kenedi.

Melihat panggilan tak terjawab itu, Zara pun langsung bangun dari tidur nya. Zara langsung menghubungi Kenedi kembali.

"Hallo pa, maaf pa semalam Zara sudah tidur pa, jadi nggak tau kalau papa ada nelfon Zara" kata Zara.

"Iya nggak apa-apa sayang, papa yang salah hubungi kamu di jam begitu, tentu saja kamu sudah tidur" jawab Kenedi.

"Iya pah, tapi ada apa ya semalam papa nelfon Zara sampai berulang kali?" tanya Zara menyambung percakapan nya dengan sang mertua.

"Oh iya sayang, ada kabar baik untuk kita, alhamdulillah semalam Radit sudah sadar sayang" kata Kenedi.

"Oh iya pa? syukurlah" jawab Zara dengan nada bicara yang sedikit melemah.

"Iya sayang, dan sekarang Radit lagi dikasih sarapan sama mama, dan nanti kalau kamu nggak buru-buru berangkat kerja nya, papa harap kamu mau ya mampir ke rumah sakit untuk melihat Radit sejenak agar menambah semangat nya untuk sembuh" kata Kenedi.

"Oh iya iya pa, tentu Zara akan mampir nanti ke rumah sakit untuk lihat Radit pa, tanpa papa minta pun Zara pasti ke rumah sakit lah pa" jawab Zara.

"Oke lah sayang kalau begitu, terimakasih ya atas kasih sayang kamu untuk Radit, papa bahagia bisa melihat pernikahan kalian rukun begini" kata Kenedi.

"Iyah pa, yauda kalau begitu Zara tutup dulu ya pa telfon nya, Zara mau siap-siap dulu pa, takut nanti telat" jawab Zara sambil mengakhiri percakapan nya dengan Kenedi.

Jauh di lubuk hati Kenedi, sebenar nya ia tahu dan dapat melihat keterpaksaan Zara dalam pernikahan ini. Namun Kenedi memilih bersikap seolah tak mengetahui apapun karna ia berharap akan ada hari di mana hati Zara akan melunak, Zara akan mampu memaafkan Radit atas segala kesalahan nya dan Zara dapat merubah Radit menajadi lebih baik lagi dengan cara mencintai Radit dan merubah Radit dengan kasih sayang nya yang hangat.

Zara menarik nafas nya dalam- dalam dan membuang nya perlahan untuk memperbaiki mood dan detak jantung nya atas kabar yang bagi nya adalah kabar buruk di pagi hari.

Zara langsung turun dari tempat tidur nya menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat ke rumah sakit dan bekerja. Saat sedang menyisir rambut nya pandangan mata Zara tak sengaja melihat ke arah jendela dan ia melihat sesuatu yang membuat nya sedikit terkejut.