Sementara itu di suatu hotel di Kota Provinsi....
"Sial!" Benny melempar ponselnya dengan nada marah. Rahang lelaki itu berkedut seiring dengan bara api dendam yang berkobar di matanya.
"Kenapa?" tanya Maya yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan kepala terbungkus handuk.
"Apa yang terjadi?"
"Baca aja sendiri," gumam Benny sambil menyugar rambutnya dengan gusar.
Maya menatap Benny dengan tatapan heran, lalu mengambil ponsel lelaki itu yang tercampak di dekat kaki meja. Layar ponsel itu retak karena dilempar Benny ke lantai. Namun untungnya ponsel itu masih hidup, dan pesan yang terbuka masih bisa dibaca.
[Serahkan benda itu, atau anak-anakmu akan mati]
"Anak-anak?" Maya mengerutkan kening. "Mereka menyandra Emily?"
Benny mengusap wajahnya. "Aku tidak tahu. Handphone Emily tidak bisa dihubungi."
"Kamu sudah coba telpon asisten rumah tanggamu itu? Siapa namanya? Bu Wati?"
"Bu Narti."
"Terserahlah siapa namanya. Sudah kamu telpon?"