Chereads / Mr Julio's hot touch / Chapter 12 - kembali

Chapter 12 - kembali

Kini sudah waktunya mereka kembali tidur, karena Jam sudah menunjukkan pukul tengah malam. Namun sejak tadi Yola hanya berdiri dan terlihat seperti salah tingkah.

Julio yang melihat hal itu tentu hanya bisa menatapnya dengan datar dan menggelengkan kepalanya, melihat tingkah istrinya.

Karena Julia sudah merasa pusing melihat Yola yang berjalan ke sana kemari terus. Ia pun langsung menarik tangan Yola, hingga membuat tubuh Yola terjatuh di atas tubuh Julio. Setelah itu Julio langsung mendekap tubuh seksi istrinya dan menyelimutinya dengan selimut tebal.

"Tidurlah ini sudah malam! Untuk apa kamu terus saja salah tingkah sejak tadi? Kepalaku pusing melihat kamu yang sejak tadi terus jalan ke sana kemari, besok kita harus segera pulang ke rumah!" Julio memegang kepala Yola dan tentu saja kepala Yola terletak di dada bidang suaminya. Yola hanya bisa terdiam sambil tersipu malu. Entah kenapa Yola malah tersipu malu di saat suaminya memeluknya seperti itu, padahal Yola sudah berniat untuk tidak memiliki perasaan apapun kepada Julio. Meskipun dia harus bersikap manis kepada Julio.

Besok paginya.

Julio dan juga Yola sudah siap-siap untuk turun kelantai bawah. Karena Bobby pun sudah siap siaga di depan rumah orang tuanya Julia untuk menjemput tuan dan nyonya mudanya itu.

"Apakah sudah siap?" Julio menarik pinggang Yola.

Dan tentu saja Yola langsung menabrak tubuh tegab suaminya.

"Em, bisa di lepasin gak?" Yola memainkan jarinya di dada bidang Julio. Julio tersenyum. Bukanya melepaskan, Julio malah mengangkat wajah Yola dan mencium bibirnya.

Pertempuran bibir itu cukup lama, sampai ponsel milik Julio berdering.

Drt drt drt.

"Astaga, kamu sih, pake acara ciuman segala lagi!" Yola langsung mendorong tubuh Julio dan mengambil tas selempangnya.

Julio hanya tersenyum sambil menyusul istrinya keluar dari kamar. Di lantai bawah, tentunya Mona dan juga Bram sudah duduk manis di meja makan untuk melakukan makan pagi. Di atas meja sudah tersedia beragam makanan yang memang biasa disediakan oleh pelayan di sana, kehidupan Bram dan juga Mona terbilang sangat enak, karena mereka tidak usah memikirkan hari esok untuk makan bagaimana ataupun tidur di mana. Karena semuanya sudah dipersilatesi oleh Julio, padahal Bram terus saja meminta pada Julio agar beliau mengizinkannya untuk mengurus salah satu cabang perusahaan milik Julio,tapi Julio tidak pernah mengijinkan itu, karena bagi Julio ia harus memberikan kepercayaan itu kepada orang-orang yang memang memiliki talenta dan juga orang-orang yang ia sangat dipercayai.

"Kalian pagi-pagi sudah rapi. Apakah kalian ingin pulang ke rumah kalian?" ucap Bram sambil bangkit dari duduknya, ia menghampiri Julio dengan senyuman tipis dan Julio sudah paham apa arti dari senyuman itu.

"Ya, kami akan pulang ke rumah kami dan kami tidak akan makan sarapan di sini. Jadi kalian lanjutkanlah aktivitas makan kalian dan satu lagi saya sudah bilang bahwa saya tidak akan memberikan satu cabang pun kepada anda, dan saya tidak mau melihat anda kelelahan bekerja. Lebih baik anda menjaga Mama di sini dan semua fasilitas yang ada di sini bukankah untuk kalian. Jadi kalian tidak perlu memikirkan uang apapun itu!" Setelah mengatakan itu, Julio langsung merangkul pinggang Yola dengan posesif dan membawa Yola pergi dari sana. Di saat pintu utama rumah itu terbuka, tentunya Boby langsung bangkit dari duduknya dan langsung membungkukkan badannya di saat ia melihat nyonya dan tuannya berada di hadapannya.

"Selamat pagi Tuan dan nyonya muda. Apakah kita langsung pulang?" Bobby berbicara dengan sopan dan tentunya Julio langsung menepuk pundak Bobi.

"Terima kasih, karena kamu sudah setia kepadaku dan terima kasih karena kamu sudah mau menjemputku di sini. Kita akan pergi ke restoran terlebih dahulu, untuk melakukan sarapan. Kasihan istriku jika ia tidak diberi makanan, badan yang seksi ini akan berubah menjadi badan yang kurus kering dan aku tidak mau itu terjadi!" Julio meremas bagian belakang Yola dan tentu saja Yola merasa terkejut dengan kelakuan suaminya itu. Padahal di hadapannya saat ini ada Bobby, Yola merasa malu wajahnya memerah di saat peristiwa itu terjadi. Bobby untungnya tidak mengetahui hal itu, yola langsung mencubit perut Julio dengan spontan.

"Aduh, kenapa dicubit? Harusnya tuh dicium, bukan dicubit!" Julio berbicara sambil tersenyum tipis bobbit paham dengan apa yang dimaksud oleh Julia pasti Julia sudah melakukan hal-hal yang tidak-tidak di hadapannya saat ini.

"Baiklah Tuan, sebelum negara api menyerang, lebih baik kita pergi saja dari sini! Di sini itu tempatnya angker, saya tidak suka berlama-lama di sini!" Boby langsung membuka pintu mobil dan tentu saja Yola serta Julio langsung naik ke dalam mobil, meskipun Yola bingung dengan ucapan yang diucapkan oleh Bobby tentang kata angker.

Di rumah Julio, saat ini Lisa sedang merias diri. Ia ingin tampil secantik mungkin untuk menyambut Tuan mudanya dan juga kekasih bayangannya. Saat ini Lisa tidak pernah menganggap Julio sebagai majikannya. Tapi Lisa selalu menganggap beliau sebagai kekasihnya, bahkan sebagai suaminya. Ia selalu menghayal bisa menjadi istri dari lelaki tampan dan juga laki-laki yang sangat kaya raya itu.

Di saat Lisa sedang sibuk merias diri, tiba-tiba pundaknya ada yang menepuk dengan pelan.

"Kamu lagi apa sih Lis? Itu pekerjaan di dapur itu udah numpuk, kamu sejak tadi kenapa terus duduk di sini sambil merias diri? Kita itu kerja di sini untuk membersihkan rumah dan mengurus hal-hal yang ada di sini, bukannya untuk berhias diri. Kamu ini kebiasaan deh." ucap temannya Nunu.

Lisa hanya bisa mendelitkan matanya dan juga meletakkan alat make up di atas meja Ia bangkit dengan wajah masam.

"Kenapa, kamu sirik dengan kecantikan yang aku punya? Dari dulu emang kamu sirik kan sama aku. Udahlah kalau emang di belakang sana banyak kerjaan, kenapa nggak kamu aja yang ngurusin, kamu kan tahu kalau aku lagi sibuk ngerias diri. Sebentar lagi itu Tuan Julio akan pulang dan aku harus berpenampilan cantik, agar dia tidak kecewa nanti saat melihat aku." Lisa mengibaskan rambutnya di hadapan Nunu dan tentu saja Nunu langsung menggelengkan kepalanya.

"Astaga Lisa, jadi selama ini kamu masih berharap kepada Tuan Julio. Sadar lis, dia itu jauh sekali di atas kita. Kita tidak mungkin bisa menggapai bintang yang ada di langit, jadi daripada kamu berkhayal yang tidak-tidak dan pekerjaan nanti tidak selesai, lebih baik kita bekerja saja saat ini dan tinggalkan peralatan-peralatan yang tidak penting ini. Kalau memang kamu cantik untuk apa kamu berias diri? Kalau orang cantik itu akan tetap cantik dilihat dari bagaimanapun bentuk wajah dan muka orang tersebut!"