Di saat Julio dan Yola turun dari lantai atas senyuman milik Lisa tentu langsung menghilangkan. Melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit.
"Kurang ajar. Kenapa wanita itu harus selalu dekat dengan Tuan Julio? Aku harus segera cari cara agar menjauhkan mereka!" di saat beliau dan juga Yola sudah sampai di meja makan tentu semua pelayan langsung membungkukkan badannya untuk menyambut sang Tuan dan juga Nyonya.
Julio yang sejak tadi terus tersenyum manis sambil melihat ke arah istrinya, hal itu membuat semua pelayan di sana terkejut. Pasalnya beliau sangatlah langka untuk tersenyum.
Lisa yang melihat senyuman itu tentu langsung memegang dadanya, karena detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Meskipun senyuman itu bukan diperuntukkan untuknya, tapi Lisa sangat menunggu senyuman manis tersebut.
"Hey sayang. Silakan duduk!" Julio menarik kursi untuk ditempati Yola dan hal itu lagi-lagi membuat pelayan yang di sana terkejut pasalnya seorang Julio menggesekan kursi untuk wanitanya.
"Kira-kira apa ya rahasianya sampai-sampai Tuan bisa takut seperti itu kepada nyonya? Padahal Tuan itu di ibaratkan bongkahan es besar tapi kenapa bisa sampai meleleh begitu?" Bisik pelayan yang ada di sana. Nunu tentu langsung memberi isyarat kepada pelanyan itu untuk diam, karena takutnya Julio mendengar percakapan mereka dan akan marah. Pasalnya sangat tidak suka jika di saat ia makan ada orang lain yang berbicara.
Yola tersenyum dan menatap deretan makanan itu dengan tatapan berbinar. Ia memang sangat gemar makan meskipun tubuhnya begitu bagus.
Lagi-lagi Julio tersenyum melihat tetapan berbinar istrinya di saat melihat deretan makanan enak yang ada di hadapan mereka, "Kamu suka kan dengan menu yang ada di sini? Kalau kamu tidak suka aku akan membuatkan makanan yang kamu sukai." Julio memegang tangan Yola tentu saja Yola langsung tersenyum para suaminya dan menggeleng.
"Tidak usah, ini saja sudah lebih dari cukup. Aku bisa dibilang pemakan segalanya, jadi tenang aja. Apapun akan aku makan asalkan itu sehat dan juga sudah matang."
"Alah. Bilang aja kalau dirinya rakus, dilihat dari cara makannya saja terlihat bahwa dia kampungan. Apa jangan-jangan Tuan sudah di guna-guna oleh wanita itu." Lisa berbicara sendiri sambil menatap ke arah Yola dengan tatapan tajam.
Leo sudah sampai restoran tempat di mana biasa ia bertemu dengan Yola, namun kini ia datang ke sana hanya untuk mengantarkan kekasih gelapnya yang saat ini sudah menjadi kekasihnya yaitu adiknya dari mantannya sendiri.
"Aku masuk dulu ya, ingat nanti kalau udah sampai kantor kabarin aku. Dan juga jangan main-main di belakang aku! Karena aku tidak mau jika sampai dikhianati seperti Kak Yola." Siska mendekatkan wajahnya di hadapan Leo dan Leo hanya terdiam, karena ia memikirkan dan membayangkan di mana di saat ia selalu menghabiskan waktu di sana bersama wanita yang telah menemaninya beberapa tahun itu bersamanya.
Siska yang melihat hal itu tentu langsung mengurutkan keningnya dan memajukan bibirnya.
"Hei, kamu kenapa diam saja. Aku kan lagi ngajak kamu bicara, tapi kamu malah diam saja. Memangnya apa sih yang kamu pikirkan, jangan bilang kalau kamu lagi ngebayangin wanita itu?" Siska sambil melambai-lambaikan tanganya di hadapan Leo dan tentu saja Leo yang tersadar dan mendengar ucapan kekasihnya itu langsung merubah ekspresinya.
"Ah, tidak. Aku tadi hanya memikirkan bagaimana caranya agar kita memiliki banyak perusahaan seperti ini. Karena di bagian restoran seperti ini itu memang lagi sangat gencar-gencarnya beredar di mana-mana, jadi aku berpikir untuk membuka cabang. Apakah kamu berminat sayang?" Leo mengelus kepala Siska. Tentu saja Siska lagi-lagi tertipu Oleh ucapan Leo.
"Oh, aku kira kamu lagi mikirin apa tadi. Tapi ada bagusnya juga sih kalau kita buka cabang, siapa nanti banyak peminatnya dan juga pemasukan kita tambah banyak. Oke nanti setelah pulang kantor kita bicarakan ini lagi, karena ini udah hampir terlambat. Nanti kamu dimarahin sama Bos kamu lagi." Siska dengan sendirinya mengecup pipi milik Leo dan tentu saja Leo hanya tersenyum tipis.
Mobil Leo melenggang meninggalkan tempat itu dan tentunya Siska melambai-lambaikan tangan kepada Leo yang masih melihat ke arah Siska dari kaca spion. Setelah memastikan mobil milik kekasihnya itu menghilang di pelupuk mata, Siska langsung masuk ke dalam restoran, namun ada hal yang membuatnya sedikit merasa terkejut.
"Kenapa dengan restoran ini, bukanlah karyawan di sini banyak? Kenapa saat ini tidak ada karyawan satupun atau jangan-jangan mereka semua tidak masuk atau mengundurkan diri, tapi itu sebenarnya kenapa atau mereka semua?" Siska langsung berjalan ke dalam dan menuju ke area belakang. Biasanya memang para karyawan selalu berkumpul di belakang untuk sekedar istirahat. Tentu saja benar, disaat Siska masuk ke dalam dan di sana ada karyawan yang sedang duduk berleha-leha bersantai. Padahal harusnya karyawan di sana sedang bekerja dan membersihkan serta menyiapkan keperluan di restoran.
"Lho kok kalian ada di sini semua? Kalian itu emang setiap hari kerjanya begini? Kalo kalian seperti ini nanti mau bagaimana majunya restoran ini." Siska berbicara dengan lantang dan para pegawai di sana langsung bangkit dan langsung berbaris menghadap siska.
"Maaf Bu. Kami semuanya sudah selesai bekerja, karena kami datang sudah dari tadi, jadi tidak ada lagi kerjaan yang harus kami kerjakan dan pula belum ada pelanggan yang datang sama sekali. Mungkin karena masih pagi, kami pun setiap hari selalu seperti ini dan Nona Yola tidak pernah melarang kami untuk beristirahat jika semua pekerjaan sudah selesai." ucap kepala pelayanan, tentu saja Siska yang mendengar nama Yola langsung naik pitan.
"Apa kalian bilang? Pemilik restoran ini sekarang aku. jadi emua peraturan itu ada di tangan saya, saya tidak suka jika kalian berleha-leha di jam bekerja seperti ini. Meskipun semuanya sudah selesai, tapi seharusnya kalian berada di luar bukan di belakang. Kalaupun kalian mau istirahat, harusnya bergantian, bukan seperti ini. Jujur saja restoran ini terlihat seperti rumah hantu yang tidak ada pelayanan sama sekali."
Para pelayan tentu saja langsung menundukkan kepalanya.
"Maafkan kami Bu. Kami salah." Para pekerja tentu langsung membubarkan dirinya dan langsung bagi ke depan. Setelah semua bekerja pergi Siska langsung mengejar keningnya karena belum apa-apa tapi Siska sudah mendapatkan pemandangan dan pengalaman yang sedikit menguji emosinya.
"Dasar wanita yang tidak tahu diri. Pantas saja mereka seperti itu karena terbiasa di saat wanita itu memegang restoran ini." Siksa berjalan menuju ruangan miliknya.
Siska membuka pintu ruangan yang biasa di gunakan okeh Yola. Ruangan itu sangat lah rapih dan juga harum.