"Jangan coba-coba untuk memukulku atau menamparku! Aku akan mencongkel kedua matamu kalau kamu berani menyentuhku!" Tekan Angelina sambil menghempaskan tangan Ellia dengan kasar.
"Sudahlah jangan dilanjutkan lagi pertengkaran kalian! Lebih baik kamu ceritakan bagaimana wujud dari bos perusahaan Luxury Alexander ini," ujar seorang gadis sambil memisahkan Angelina dan Elia.
"Kamu ingin tahu bagaimana wajah asli dari Pak Alexander itu, ya?" Ellia meninggalkan Angelina. Ia mendekati gadis itu sambil menepuk pipi gadis itu dengan lembut.
"Maksud kamu pak Alexander?" tanya Salah satu teman Ellia.
"Siapa lagi kalau bukan dia? Dia adalah orang yang paling kaya di negeri ini. Dia adalah suami impian para gadis di negeri ini. Aku tidak tahu apa yang membuat para gadis di negeri ini tersihir oleh pesonanya. Aku ingin sekali bertemu dengannya!" Sahut gadis itu sambil tersenyum kepada Ellia.
"Yeah, kamu memang benar! Dia adalah orang tertampan yang membuatku tergila-gila. Apalagi hartanya yang melimpah membuatku ingin tidur dengannya dan menguasainya," timpal Ellia.
"Dasar kegetelan! Pria mana yang mau bersama kamu? Masih muda tapi dandanan seperti tante-tante." Sahut Angelina.
"Apa kamu bilang? Kamu yang seperti tante-tante! Dasar gadis kampung!" Ketus Ellia dengan emosi.
"Jangan marah-marah! Nanti kerutan di wajah kamu bisa semakin terlihat. Itu tidak baik untuk kamu!" Seru Angelina sambil mengunyah permen yang diberikan Nana.
Ellia terdiam. Ia tidak mau meladeni Angelina dan memilih untuk berbicara bersa teman-temannya. Angelina menatap Ellia dengan tersenyum senang. Ia berhasil membuat gadis itu terdiam.
"Memangnya kamu tidak tahu tentang beritanya? Beritanya selalu menghebohkan jagat dunia maya dan sosial media. Kamu tidak mungkin bodoh, kan?" Bisik Nana sambil menatap Angelina dengan tatapan suram.
"Aku tidak bodoh! Aku hanya ingin tahu wajah dari Presdir kita itu seperti apa? Aku ingin sekali merusak wajahnya dan membuat mereka menyesal telah menyukai orang yang jelek." Angelina semakin kesal saat mendengarkan semua pujian-pujian yang di lontarkan para gadis itu kepada Presdir perusahaan Luxury Alexander.
"Aku ingin keluar dan mencari makan. Kamu sebaiknya disini dan jangan ikut. Aku akan membawakan cemilan yang enak untuk kamu," ujar Angelina sambil melenggangkan kakinya pergi menjauh.
Nana melihat kepergian Angelina. Ia tersenyum tipis. Nana dengan santai duduk dikursi dan melepaskan kacamatanya. Tatapan Nana dan sikap Nana mempunyai niat yang kurang baik kepada Angelina.
Ponsel Nana berdering, ada seseorang yang menghubunginya. Ia melihat ponselnya dan wajahnya menegang. Bibirnya mengerut seperti orang ketakutan.
***
11.30 a.m, ruangan pemantauan CCTV. Tiga pemuda sedang tertawa saat melihat monitor.
"Hahaha! Gadis itu sangat berbeda dengan gadis lainnya bos. Dia bahkan tidak tertarik dengan anda! Kamu dengar apa yang di katakan barusan? Dia ingin membuat wajah bos kita menjadi cacat. Hahaha!" Devan terus tertawa saat melihat wajah bos-nya yang kesal.
"Gadis seperti ini kalau tidak dimanfaatkan dengan baik, kita akan menyesal. Aku punya rencana tersendiri untuknya," ujar pemuda dengan PIN emas di jas hitam.
"Tapi kenapa aku sangat familiar dengan wajah gadis itu? Apakah aku pernah bertemu dengannya?" Lanjut bos Devan dan Steven sambil menatap mata anak buahnya.
Devan dan Steven terdiam sejenak. Mereka beralih menatap bosnya dan melihat apakah ada yang salah dari bosnya.
"Kalian terus pantau pergerakan gadis itu! Aku ada hal penting yang di kerjakan," perintahnya sebelum pergi.
Devan dan Steven menganggukkan kepalanya. Setelah bayangan dari bosnya menghilang, mereka menarik nafas dalam-dalam.
"Huft~" mereka menghembuskan nafas dan merasa lega.
"Apakah dia itu Zico Latuharhary Alexander yang kita kenal? Bukankah dia tidak pernah tertarik dengan wanita manapun? Kenapa dia tertarik dengan gadia itu?" tanya Devan secara bertubi-tubi kepada Steven.
"Entahlah! Tapi aku merasa familiar dengan wajah gadis ini. Sial! Aku tidak ingat pernah bertemu dengan dia dimana," ujar Steven.
Devan berinisiatif untuk melacak identitas Angelina. Ia ingin tahu hal yang berkaitan dengan Angelina. "Stev, kamu bantu lacak dimana alamat rumah gadis ini. Aku ingin menyelidiki latar belakangnya segera," pinta Devan sambil memberikan sesuatu kepada Steven sebagai sogokan.
Steven menerima barang pemberian Devan. "Darimana kamu mendapatkan ini? Mutiara rusa ini sangat langka. Jangan-jangan kamu mencuri, ya!" Tuduh Steven.
Plak!
Devan memukul kepala Steven. Ia mengambil mutiara itu dari tangan Steven. Namun, Steven merebutnya kembali. "Barang yang sudah diberikan tidak bisa diambil lagi," ujar Steven sambil mengusap-usap mutiara itu dengan tissue.
"Tunggu sebentar! Aku akan melacak alamat gadis itu denagn cepat," ujar Steven sambil membuka laptopnya.
"Dasar mata duitan!" Cibir Devan dengan pelan.
Devan menepuk punggung sahabatnya menggunakan tenaga yang tidak telalu kuat. Namun, mampu membuat Steven jatuh tersungkur. Devan membantu Steven untuk bangun dan mengajaknya untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
***
Angelina turun kelantai satu. Ia mencari keberadaan kantin namun tak kunjung menemukannya. Akhirnya Angelina menghampiri seseorang dan bertanya di mana kantin berada. Ia menepuk punggung pria asing itu.
"Maaf, tuan! Saya ingin bertanya di mana letak kantin di perusahaan ini?" Tanya Angelina sambil tersenyum.
Orang itu menoleh ke belakang dan melihat wajah Angelina. "Siapa gadis ini? Kenapa wajah dia sangat cantik?" Batin orang itu sambil tersenyum simpul.
"Apakah Nona merasa lapar dan ingin pergi ke kantin?" Tanya orang itu sambil menyentuh bahu Angelina.
"Memangnya pergi kekantin itu untuk rapat. Dasar bodoh!" Seru Angelina dengan kesal.
"Pucuk dicinta bulan pun tiba. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini!" batin orang pria itu sambil menatap tubuh Angelina yang berisi.
"Mari ikut saya, nona." Orang itu membawa Angelina kesebuah tempat yang minim cahaya.
Firasat Angelina tidak baik. Angelina menghentikan langkahnya dan melihat orang itu. "Bapak mau membawa saya ke mana? Kenapa tempat ini sangat sepi sekali dan pencahayaan di sini kurang?" Tanya Angelina sambil menghentikan langkahnya dan berdiri terpaku menatap orang itu.
"Kenapa Nona tidak sabar sekali ingin pergi ke kantin? Lebih baik kita melakukan sesuatu yang lebih asik di sini. Misalkan ...." Orang itu perlahan mendekati Angelina dan menarik tangan Angelina secara paksa.
Angelina kaget dan berusaha untuk melepaskan cengkraman orang itu. Namun tenaganya tidak sekuat orang itu. Dengan kasar pria itu menarik tangan Angelina dan membuat hidung Angelina menabrak dadanya.
"Baru ditarik sedikit aja sudah menciumku. Bagaimana kalau aku menarikmu dengan penuh perasan pasti kamu tidak akan melepaskan aku," bisik orang itu di telinga Angelina.
"Percaya diri amat kamu! Dasar pria tua! Lepaskan tanganku!" Seru Angelia sambil berusaha melepaskan cengkraman pria itu.
Orang itu memeluk tubuh Angelina dan mendekap tubuh Angelina dengan erat. "Aku adalah salah satu HRD di perusahaan ini! Kalau kamu mau melayani ku sampai puas. Aku akan memberikan posisi tinggi disini. Bagaimana? Apakah kamu mau sayang?" Bisik pria gemuk itu sambil mencium daun telinga Angelina.
Angelina tersentak kaget saat bibir orang itu mencium telinganya. Ia berusaha mendorong orang itu ke belakang namun tangan Angelina malah diikat oleh orang itu.
"Sial? Pintar juga orang gemuk ini. Aku harus keluar dari sini sesegera mungkin," batin Angelina.
Angelina terus memberontak. Ia beberapa kali menginjak kaki pria gendut itu. Namun, lemaknya yang tebal membuat pria itu tidak merasakan apa-apa.
Saat ia berhasil meloloskan diri dari orang itu tanpa sengaja ia berlari dan menabrak tiang. Debu masuk kedalam mata Angelina dan membuat matanya berkaca-kaca.
Pria gendut itu mendekati Angelina dan memeluk tubuhnya. "Kenapa Nona manis menangis? Apakah aku menakutimu?" tanya pria gendut itu sambil meraba tubuh Angelina.
Saat tangan pria itu ingin menyusup kedalam baju, Angelina langsung berteriak dengan kencang.
"Tolong! Siapapun yang ada di luar tolong aku!" Teriak Angelina sambil memberontak dari dekapan orang itu.
"Diam!" Orang itu membentak Angelina sambil memelototinya.
Plak!
Pria gemuk itu menampar pipi Angelina dengan keras dan meninggalkan bekas. Angelina sampai terjatuh karena ditampat pria itu. Sudut mulutnya mengeluarkan darah.
Ia bangkit dan dengan tenang anglina menatap mata pria gendut didepannya. Saat pria itu mendekatinya Angelina meludahi pria gemuk itu.
"Aku tidak akan diam! Memangnya kalau kamu adalah HRD di perusahaan ini kamu bisa seenaknya melakukan hal yang tidak senonoh seperti ini. Kamu bukan bos di perusahaan ini! Kenapa kamu sangat lancang dengan calon karyawan di sini?" Hardik Angelina sambil menendang kaki orang itu dengan keras.
"Ahhh! Dasar wanita gila! Kamu mau mati, aku bisa membunuh kamu disini! Gadis busuk!" Umpat pria itu sambil mengelus kakinya.
Angelina memanfaatkan kesempatan itu untuk lari dari ruangan itu. Ia berlari sambil sesekali menoleh ke belakang untuk mengecek orang itu mengikuti atau tidak.