Chereads / Cinta Yang Saling Menyakiti / Chapter 9 - Penyakit Lama Kambuh

Chapter 9 - Penyakit Lama Kambuh

Zico berdiri dan membantu mereka berdua berdiri. "Kalian harus pergi kerumah sakit sekarang." Zico memanggil seseorang untuk mengantar kedua sahabatnya itu kerumah sakit.

"Sebelum aku memberi pelajaran pada gadis itu. Aku tidak akan hidup tenang!" Seru Devan sambil memegang bijinya.

"Terimakasih bro! Tapi aku tidak akan melepaskan gadis itu. Dia harus diberi pelajaran!" Seru Steven sambil memegang kepalanya yang bocor.

Mereka berdua dibawa oleh orang suruhan Zico kerumah sakit sedangkan Zico kembali ke ruangannya. Dia duduk di kursi sambil melihat dokumen yang menumpuk di depannya.

Zico menatap kedua temannya yang pergi. Ia mengingat kembali akan pesan yang dikirim Devan sebelum ia datang ke sana.

"Huft~ untung wanita tua itu tidak datang hari ini. Kalau dia datang entah apa yang akan terjadi," keluh Zico sambil menyandarkan punggungnya di kursi.

"Sepertinya aku harus mengambil cuti beberapa hari untuk membuat pikiranku lebih tenang." Batin Zico sambil mengambil ponselnya.

Dia meminta salah satu sekretarisnya untuk membuat surat izin libur sementara. Ia ingin libur selama tiga hari untuk liburan ke Hawai. Namun, sekretarisnya memberitahunya ada proyek penting yang harus dia lakukan. Sekretaris zico memberitahunya akan ada rapat setelah satu jam kemudian.

"Sial! Kenapa selalu ada saja kerjaan yang harus dilakukan? Huft~" resah Zico sambil menghela nafas panjang.

Zico menutup matanya sambil bersandar di sandaran kursi. Ia merilekskan fikirannya yang sedang kacau.

"Persetan dengan pertunangan sialan itu!" Gerutu Zico sambil melempar botol minumannya kelantai.

Setelah satu jam, kemudian Zico terbangun dari tidurnya. Ia segera mengambil jas dikursi dan pergi dari kantin.

***

Setelah Angelina berseteru dengan Devan Steven, dia kembali keruangan dan berkumpul bersama semua peserta tes. Semua menatap Angelina. Nana menghampiri Angelina lalu memeluknya.

"Kamu darimana saja, Angelina?" tanya Nana sambil mengendorkan pelukannya.

Angelina menatap mata Nana. Ia mencubit hidung Nana sambil tersenyum. "Aku habis dari kantin! Kenapa mencariku? Apakah terjadi sesuatu?" Angelina menarik tangan Nana dan mengajak duduk.

Nana menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap mata Angelina. Mulutnya membisu sambil melirik kearah seseorang. Angelina mencoba untuk membuntuti lirikan mata Nana.

Namun, Nana langsung menatap Angelina. Ia menggelengkan kepalanya sambil meremas kedua tangan Angelina.

"Tidak ada! Tidak ada apa-apa. Aku hanya merasa khawatir saat kamu pergi tiba-tiba. Oh, ya, apakah jarak kantin dari sini sangat jauh?" Nana mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Tangan Angelina menepuk bahu Nana. Ia tahu Nana sedang diawasi oleh seseorang. Namun Angelina tetap diam dan tidak mau mengurusi urusan nana.

"Semua peserta tes harap masuk kedalam ruang tiga kembali!"

Semua peserta masuk kedalam ruangan. Mereka duduk di kursi yang disediakan oleh perusahaan.

Seorang pemuda yang familiar bagi Angelina duduk masuk kedalam ruangan. Senyumnya yang indah dan lesung pipinya membuat semua orang terpesona. "Besok kalian datang kesini lagi jam tujuh tepat. Jika ada yang telat walaupun itu satu menit akan didiskualifikasi. Perusahaan Luxury Alexander tidak menerima karyawan yang tidak menghargai waktu. Pertemuan hari ini cukup sampai disini. Apakah ada pertanyaan?" tutur pemuda itu sambil melihat semua orang.

Angelina terpaku menatap pemuda itu. Ia berusaha mengingat identitas pemuda itu. Nana yang merasa ada yang aneh dengan temannya. Tangan anak menjulur dan menepuk bahu Angelina.

Lirikan mata Nana mengikuti arahan Angelina. Ia akhirnya mengerti sesuatu yang menarik perhatian dari Angelina. Nana menyenggol Angelina sambil tersenyum. "Kamu pasti sedang melihat dia, kan!" Seru Nana sambil mencolek pipi Angelina.

"Diam!" Angelina membungkam mulut Nana dengan tangannya.

Mereka mendengarkan ocehan dari pemuda itu. Saat pemuda itu melihat Angelina, suaranya tercekat oleh sesuatu. Ia berhenti sejenak untuk menatap Angelina kalau melanjutkam ocehannya.

"Lihat! Dia sepertinya suka sama kamu," bisik Nana ketelinga Angelina.

"Hust~ diam! Nanti kita diusir keluar olehnya!" Seru Angelina pelan.

Semua orang diam. Mereka tidak berani bertanya apapun kepada pemuda itu. Wajah Ellia memerah saat melihat pemuda itu.

"Baiklah kalau tidak ada pertanyaan. Kalian boleh pulang sekarang. Besok ingat harus jam tujuh sudah ada disini sambil membawa berkas lamaran kalian." Pemuda itu mempersilahkan mereka semua untuk keluar dari ruangan itu.

Mereka keluar dari ruangan itu dengan rapi. Tidak ada yang berani berdesak-desakan. Saat Angelina lewat didepan pemuda itu. Ellia dengan sengaja menjulurkan kakinya dan membuat Angelina terjatuh didepan pemuda itu.

Wush!

Tubuh Angelina ditangkap oleh pemuda itu. Matanya terpejam saat ia terjatuh. Pemuda itu memandangi wajah Angelina sejenak. Ia memberi kode kepada semua orang untuk keluar.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya pemuda itu sambil menepuk pipi Angelina.

Dalam penglihatan Angelina, ia merasa berada disebuah ruangan yang gelap. Dalam sekejap ia berada disebuah gedung tinggi. Kakinya bergetar saat melihat kebawah. Tanpa sengaja ia salah mengambil langkah dan membuatnya terjatuh. Angelina langsung berteriak memanggil mamanya.

"Tidak! Aku akan jatuh! Aku jatuh! Mama! Mama! Angelina jatuh!" Racau Angelina.

"Nona! Anda tidak terjatuh! Anda bisa membuka mata anda sekarang!" seru pemuda itu.

Angelina membuka matanya. Ia melihat wajah pemuda itu persis didepannya. Wajahnya berkeringat katakutan. Kenangan masalalunya hadir kembali dan memberikan mimpi buruk untuk Angelina. Spontan Angelina memeluk pemuda itu dengan erat.

"Tidak! Jangan tinggalkan aku! Aku mohon!" Angelina memeluk pemuda itu semakin erat. Ia tidak mau melepaskan pemuda itu.

Karena rasa kasihan akhirnya pemuda itu meminjamkan bahunya untuk Angelina. Pemuda itu mengelus pucuk kepala Angelina. Ia mencium kening Angelina lalu mencium kedua pipi Angelina.

"Tenang, ya, nona!" Pemuda itu memeluk Angelina kedalam dekapannya.

"Kakak senior! Selama ini anda kemana saja? Kenapa kakak tidak pernah menghubungi Angelina?" Air mata Angelina lolos dari pelupuknya.

Pemuda itu mencium kening Angelina sekali lagi. Ia menggendong Angelina dan membawanya keluar dari ruangan itu.

Perlahan pandangan Angelina kabur. Kepalanya pusing dan telinganya berdenging. Angelina tidak sadarkan diri dalam pelukan kakak seniornya. "Angelina!!! Bangun! ...Gawat! Jangan-jangan penyakit lamanya kambuh lagi." Pemuda itu berlari keluar dari ruangan itu. Ia membawa Angelina kedalam rumah sakit di perusahaan itu.

Dokter menyuruh pemuda itu untuk membaringkan Angelina ke ranjang. Dokter memeriksa Angelina. "Apakah nona ini mempunyai nyctophobia?" tanya dokter sambil melihat pemuda itu.

"Iya! Dia sangat takut dengan kegelapan," jawab pemuda itu sambil duduk dikursi.

Dokter kembali memeriksa keadana Angelina. Ia menyuruh pemuda itu untuk menjaga Angelina.

Zico masuk kedalam ruangan itu. Ia menyuruh dokter untuk mengobati luka ditangannya. Tanpa sengaja ia melihat Angelina terbaring di ranjang.

"Siapa dia?" tanya Zico kepada dokter.

"Dia adalah nona Angelina sedangkan pemuda yang menunggunya adalah tuan muda dari perusahaan Diamond Corporation. Dia adalah tuan Yun Feng." Jelas dokter sambil membalut luka Zico.

Setelah lukanya dibalut dokter. Zico bangkit dari kursinya dan mendekati mereka berdua.

"Tuan muda Yun!" Sapanya sambil menepuk bahu Yun Feng.

"Tuan Zico?! Kenapa anda berada disini?" tanya Yun Feng terkejut melihat Zico disampingnya.

"Aku ada perlu dengan dokter. Kalau kamu sendiri?"

Yun Feng memegang tangan Angelina. Ia menatap wajah Angelina lalu berbalik melirik Zico. "Aku membawanya kesini!" Tutur Yun Feng.

Alis Zico langsung tertaut. "Kenapa dia berada disini?" tanya Zico sambil menunjuk Angelina.

"Aku tidak tahu! Mungkin Angelina pernah pergi keruangan yang gelap dan menahan rasa takutnya. Ia takut gelap dari kecil." Tutur Yun Feng sambil menatap Zico.

"Jadi, gadis kecil ini takut dengan gelap. Jangan-jangan ia pingsan karena ulah mereka bertiga?" Batin Zico.

"Kamu bisa pergi sekarang! Aku akan menjaga dia disini. Dia adalah salah satu calon karyawan ku disini," ujar Zico sembari merebut tempat duduk dari Yun Feng.

Yun Feng merasa heran dengan perubahan sifat Zico. Ia tidak pernah melihat Zico memerhatikan seorang wanita.

"Tolong tuan jaga dia dengan baik! Jangan biarkan dia sendirian dan pergi ketempat yang gelap!" Yun Feng memberikan arahan kepada Zico.

Setelah ia menasehati Zico, Yun Feng pergi dari sana dengan perasaan sedikit kesal. Sebelum ia meninggalkan ruangan itu. Matanya menatap wajah Angelina. Senyum hangat terbit dibibirnya. "Kita akan bertemu lagi, Angelina!" Serunya dalam hati lalu berbalik dan pergi meninggalkan kamar Angelina.