Mereka bersiap memasukkan ketiga orang itu kedalam sungai. Namun, seseorang datang menghampiri mereka. Orang itu menyuruh mereka untuk menghentikan rencana mereka. Anak buah wanita itu menghentikan aksinya lalu mereka menatap orang yang baru datang.
Salah satu pemimpin mereka mengeluarkan senjata api dari kantongnya dan menyuruh orang misterius itu tidak ikut campur urusan mereka.
"Untuk apa kalian kesini? Kita tidak ada urusan dengan kalian semua. Pergi dari sini atau nyawa kalian yang melayang!" Ancaman mereka bertiga sambil menodongkan senjata api.
Orang-orang yang baru datang itu tidak gentar. "Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kita tidak ingin ada pertumbuhan darah di sini. Bos kami menginginkan mereka bertiga." Tutur salah satu dari mereka.
"Cuih! Siapa Bos kalian? Aku tidak kenal dengan bos kalian. Lebih baik kalian pergi dari sini atau kami bunuh kalian semua!" Bentak salah satu dari orang wanita itu.
Klak!
Orang suruhan wanita itu mempersiapkan senjata apinya dan mengisi amunisi. Dia mengarahkan senjatanya ke arah orang yang baru datang itu.
Tiba-tiba angin menjadi kencang dan suara helikopter terbang diatas orang-orang wanita itu. Tiga orang turun dari helikopter itu dan mendarat tepat didepan ketiga orang itu.
"Selamat datang tuan muda!" Semua anak buah ketiga orang itu membungkukkan badan.
Orang-orang suruhan wanita itu menoleh kebelakang. Mereka menodongkan senjata itu kearah ketiga pemuda itu. "Siapa kamu? Jangan ikut campur urusan kami atau Kami tidak akan segan-segan dengan nyawa kamu! Lebih baik kamu pergi dari sini!" Bentaknya sambil mengarahkan pistol kearah orang yang menghentikan tindakan mereka.
Orang itu dengan tenang berjalan menghampiri anak buah gadis itu. Dengan satu kali gerakan senjata api itu berhasil direbut dari tangan orang itu.
Dor! Dor! Dor!
Orang yang baru datang itu membunuh semua anak buah gadis itu dengan beberapa kali tembakan. darah berceceran dipinggir sungai. Setelah membunuh orang-orang itu, ia membuang mayat mereka ke sungai.
"Melelahkan," ujarnya sambil mengusap keringat di keningnya.
Pria berjas hitam itu langsung memanggil anak buahnya. Dia menyuruh anak buahnya untuk membawa ketiga orang itu dan memasukkannya ke dalam mobil. "Kalian masukkan ketiga orang ini ke dalam mobil! Aku akan memberitahu bos Kalau tugas kita telah selesai." Ia mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi seseorang.
"Baik, tuan." Mereka membungkukkan badan sambil melihat kepergian pemimpin mereka.
Setelah helikopter pergi, mereka bangkit lalu membuang mayat-mayat itu kedalam sungai. Setelah itu mereka memasukkan tiga orang yang telanjang bulat kedalam mobil lalu pergi meninggalkan gedung itu.
***
Ayah Angelina menjemput putrinya di rumah sakit perusahaan Luxury Alexander. Ia bersama istrinya langsung membawa Angelina pulang dari rumah sakit dan merawat putri mereka di rumah.
Angelina melihat ayah dan ibunya yang sangat khawatir dengan keadaannya. Ia menyuruh ayah dan ibunya untuk istirahat karena tubuhnya juga sudah mulai membaik. Ia meminta tolong kepada ayahnya untuk mengambil obat yang ada di atas laci yang diberikan oleh dokter itu kepadanya.
Setelah jam dua belas malam Angelina tertidur lelap. Kedua orang tua Angelina menatap putrinya. Mereka tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kepada putrinya.
"Ayo kita kembali ke kamar kita!" Ayah Angelina menggandeng tangan istrinya dan mengajaknya keluar dari kamar anaknya.
Mereka meninggalkan Angelina namun sebelum mereka pergi mama Angelina menutup jendela agar putrinya tidak kedinginan. Pasangan itu keluar dari kamar putrinya sambil bergandengan tangan.
Sinar mentari pagi menyongsong. Alarm Angelina kembali berdering dan membuat membuat Angelina terganggu. Seperti biasa dengan mata tertutup tangan Angelina meraba di atas laci. Ia mengambil alarm itu lalu membantingnya hingga rusak.
"Alarm sialan! Dia selalu saja mengganggu tidurku," ujar Angelina sambil mengerucutkan bibirnya.
Angelina kembali menarik selimutnya dan melanjutkan tidur indahnya. Ia melupakan jadwal tes terakhir dari wawancara kerja di perusahaan Luxury Alexander. Merasa putrinya tidak turun-turun mama Angelina mengambil inisiatif untuk pergi ke kamar anaknya.
Klek!
Pintu terbuka, wajahnya berubah menjadi berapi-api saat melihat anaknya masih berada di dalam selimut. Dengan kesal ia menghampiri anaknya dan menjawab telinga anaknya. Ibu Angelina mendengus kesal.
"ANGELINA!!!" teriaknya dengan keras hingga lampu dikamar Angelina pecah.
Pyar!
Angelina langsung terbaru saat mendengar teriakan mamanya dan suara lampu yang pecah. Angelina menepis dalam permainan dari telinganya. Membuat lampu kesayangannya pecah.
"Ada apa sih dengan pita suara mama? Setiap mama teriak ada saja lampu yang pecah. Kemarin lampu di taman di ruang makan sekarang lampu di kamar Angelina lalu besoknya lampu di mana ma?" Angelina menatap namanya dengan tatapan kesal.
Tanpa memperdulikan namanya Angelina langsung masuk kamar mandi dan bersiap-siap untuk kembali mengikuti tes di perusahaan Luxury Alexander.
Kali ini Angelina bersiap-siap dengan tergesa-gesa. Waktu sudah semakin menipis Angelina tidak sempat untuk mengambil sarapannya. Setelah ia memakai pakaian rapi, Angelina langsung lari turun dari tangga sambil menenteng sepatunya.
"Ma! Pa! Angelina berangkat dulu, ya!" Teriak Angelina sambil berlari keluar rumah.
"Gak mau makan dulu, sayank?" tanya ayah Angelina.
"Tidak, yah!" Jawab Angelina sambil berteriak.
Angelina berlari sambil melihat kejalan. Angelina merutuki dirinya sendiri karena telat bangun tidur. Saat ia ingin menyeberang jalan ada seorang pemuda yang mencegatnya dan menyuruh Angelina untuk naik ke mobilnya.
"Kakak senior Yun?!" Kaget Angelina saat pemuda itu mencegahnya dan menepuk bahunya.
"Ayo! Kamu naik kedalam mobilku. Kita akan berangkat bersama-sama." Yun Feng menarik tangan Angelina dan menyuruhnya untuk masuk.
Mereka berangkat ke perusahaan Luxury Alexander bersama-sama. Setelah beberapa menit kemudian, mereka akhirnya sampai diperusahaan. Yun Feng menurunkan Angelina tepat di depan gerbang perusahaan. Angelina mengucapkan terimakasih kepada Yun Feng lalu berlari masuk kedalam perusahaan.
"Dari kecil sampai sekarang kelakuan kamu tidak pernah berubah. Selalu terburu-buru dalam melakukan sesuatu," ujarnya sambil melihat tubuh Angelina yang perlahan hilang dari pandangannya.
Yun Feng melajukan mobilnya menuju parkiran perusahaan. Sesampainya disana, ia sedang ditunggu oleh seseorang diatas mobil mewah edisi terbatas. Yun Feng turun dari mobil dan menghampiri orang itu.
"Kenapa tuan muda Zico mempunyai waktu untuk menunggu saya di sini?" tanya Yun Feng sambil tersenyum sinis.
"Kenapa kamu datangnya lama sekali? Perusahaan kita sudah menjalin kerjasama dalam bertukar pengalaman maupun perusahaan. Perusahaan kami tidak membutuhkan karyawan yang tidak bisa masuk tepat waktu." Tutur Zico sambil membalas senyuman Yun Feng.
"Tuan muda Zico, sebaiknya anda ingat satu hal! Aku berada di sini untuk membantu anda dalam merekrut karyawan. Aku disini juga terpaksa. Kamu tahu kenapa ... karena ayahku memaksaku untuk ikut dalam pertukaran karyawan yang konyol ini. Permisi, aku harus masuk dulu karena sudah waktunya untuk melakukan tes selanjutnya." Yun Feng meninggalkan Zico di parkiran mobil dengan sikap yang tenang namun ia meremehkan Zico dalam hati.
Mata Zico menatap kepergian dari Yun Feng dengan tetapan membara. Dia membuang rokoknya ke lantai lalu menginjaknya dengan kuat hingga membuat batang rokok itu menjadi pipih.
"Dari dulu dia selalu bersikap angkuh seperti itu. Aku tidak bisa membiarkan dia bersikap semena-mena di perusahaanku. Aku harus memberinya sebuah pelajaran yang akan dia ingat seumur hidupnya!" Tekad Zico dalam hati sambil tersenyum miring.
***
Di ruang tiga semua peserta tes sudah berkumpul. Mereka sangat berharap sikap atau selanjutnya akan lebih mudah daripada tes sebelumnya. Saat semua orang sedang berbincang-bincang tentang tes yang akan mereka jalani, tiba-tiba dari luar seseorang datang.
"Semua orang yang tadi bergosip silakan keluar semua!" Perintah Yun Feng sambil menunjuk ke luar pintu.
Semua orang yang ikut bergosip dan berkumpul di salah satu meja mereka keluar satu persatu dan gugur dari tes tahab dua. Setelah mereka keluar semua Yun Feng melihat calon karyawan yang tinggal setengahnya.
Yun Feng duduk dikursi sambil membawa setumpuk kertas di tangannya. Dia menyuruh asistennya untuk membagikan kertas-kertas itu kepada semua calon karyawan di perusahaan Luxury Alexander. Semua peserta mendapatkan tiga buah kertas yang berisi pertanyaan dalam bahasa asing yang sulit.
"Di tangan kalian adalah pertanyaan untuk tes tahap dua ini. Kalian harus menyelesaikan soal itu dalam waktu setengah jam. Bagi siapapun yang jawabannya memenuhi standar saya dia akan lolos. Namun jika sebaliknya kalian langsung gugur!" Tutur Yun Feng sambil melihat semua orang.
Saat tatapan matanya tertuju kearah Angelina, senyuman samar terbit dibibirnya. "Waktu kalian dimulai dari sekarang!" Lanjut Yun Feng sambil memperlihatkan tampilan jam dilayar monitor.
Semua peserta langsung bergegas untuk mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di lembaran itu. Beberapa dari mereka tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik termasuk Angelina.
Ia terus menggaruk-garuk rambutnya dengan pensil karena memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan dikertas itu.
"Sialan! Kenapa sebagian besar pertanyaannya sangat sulit dimengerti? Kalau aku tahu pertanyaannya sangat sulit aku bakal bawa contekan dari rumah. Ahhh! Dasar senoir keterlaluan! Dia pikir semua orang otaknya lancar seperti dia. Huaaa~ ... Mama! Angelina mau nyerah aja. Pertanyannya sangat sulit!" Batin Angelina terus meronta-ronta.
Dia mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dan tahu jawabannya. Waktu semakin menipis sementara itu Angelina belum mendapatkan separuh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di kertas itu.