Chereads / Cinta Yang Saling Menyakiti / Chapter 16 - Identitas Angelina

Chapter 16 - Identitas Angelina

Dua hari kemudian Zico dibebaskan dari kantor polisi dengan jaminan uang. Steven membawa pengacara terhebat di Beijing untuk membebaskan Zico dari tuduhan penculikan.

Setelah ia meninggalkan kantor polisi. Zico duduk di dalam mobil sambil menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Aku tidak akan mengampuni gadis itu! Aku pasti akan membalas semua perbuatannya!" Geram Zico di dalam mobil sambil mengepalkan tangannya dan rahangnya mengeras.

"Sepertinya yang bermasalah bukan gadis itu. Menurut aku pasti Bos pernah melakukan kesalahan kepada gadis itu di masa lalu tapi Bos sudah melupakannya," ujar Steven sambil menancap gas dan meninggalakan kantor polisi.

"Kalau aku pernah membuat kesalahan kepadanya aku pasti mengingatnya dengan jelas. Aku tidak pikun!" Tekan Zico sambil menatap lurus kedepan.

Steven tidak menanggapi atau membalas ucapan dari Zico. Ia lebih memilih untuk diam dan mencoba untuk mengemudikan mobilnya dengan baik.

Suasananya menjadi hening seketika. Jalanan yang tadinya sepi menjadi sangat ramai dan menimbulkan kemacetan. Mereka terjebak macet di lampu merah. Zico merasa bosan ia melihat sekeliling dan tanpa sengaja sorot matanya terhenti ke sebuah obyek didepannya.

"Bukankah dia gadis itu!" Seru Zico sambil menunjuk ke luar kaca mobil.

Steven langsung menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Zico. Ia melihat seorang gadis sedang berjalan dengan santai masuk ke dalam mall bersama seorang pemuda yang tidak asing.

"Tunggu tunggu tunggu ... bukankah dia itu ...." Steven langsung terdiam dan tidak melanjutkan ucapannya.

"Iya! Dia adalah orang yang sama!" Seru Zico mengeluarkan benda pipih dari skunya dan memotret kedekatan dua sejoli itu.

Steven terdiam sesaat sambil menatap seseorang. Ia mencoba melirik ke arah Zico dan melihat aura menyeramkan keluar dari tubuh bosnya. Tampak sangat jelas bagaimana raut wajah Zico dan kepalan tangannya menandakan ia sangat marah.

"Dasar gadis murahan!" Geram Zico sambil mengepalkan tangan. Steven terdiam, ia tidak berani bilang apapun saat melihat Zico sedang kesal.

Tiba-tiba Zico keluar dari mobil dan menyebrang jalan. Steven mengikutinya dari belakang. Mereka masuk kedalam mall dan mengikuti Angelina bersama Yun Feng.

"Dasar brengsek! Sudah punya tunangan masih jalan sama cewek lain. Steven! Foto mereka berdua!" Perintah Zico sambil mengikuti langkah Angelina dari jauh.

"Hubungan apa yang dimiliki oleh mereka berdua? Gadis yang membuatku tertarik, jangan harap bisa dimiliki oleh orang lain!" Batin Zico sambil menarik tangan Steven masuk kedalam kafe.

Mata Zico terus menatap Angelina. Ia tidak melepaskan pandangannya dari Angelina. Sudah satu jam mereka mengintai Yun Feng bersama Angelina.

Mereka pergi dari mall itu sedangkan Yun Feng mengantar Angelina pulang ke rumah. Yun Feng memberikan sesuatu kepada Angelina sebelum gadis itu masuk kedalam rumah.

Sebuah kalung dengan permata biru ditengahnya dipasang keleher Angelina. Angelina tampak senang mendapatkan hadiah itu dari Yun Feng. Ia memeluk Yun Feng sambil tersenyum. Angelina mengendurkan pelukannya. Ia masuk kedalam rumah sambil mengucapkan selamat tinggal kepada Yun Feng.

Setelah Angelina masuk kedalam rumah, Yun Feng kembali kemobilnya dan bergegas pergi. Zico menyuruh Steven mengirim foto mereka kepada tunangan Yun Feng.

"Sudah, bos!" seru Steven dengan semangat.

"Sekarang kita kerumah sakit. Aku mau tahu keadaan Devan seperti apa." Zico mengeluarkan ponselnya. Ia membuka salah satu game online dan mrmainkannya.

Sepanjang perjalanan kerumah sakit Steven harus mendengarkan umpatan-umpatan dari mulut Zico. Steven terus melirik kearah Zico. Ia menekan pedal gas dan mengemudi dengan cepat.

Setelah sampai dirumah sakit, Steven dan Zico melihat Devan sudah menunggu diteras rumah sakit. "Bos!" Teriak Devan saat melihat mobil Zico berhenti didepannya.

Zico membuka kaca mobil dan menyuruh Devan untuk masuk. "Pergi keperusahaan sekarang!" Perintah Zico.

Steven menuruti perintah Zico. Mereka berangkat ke perusahaan Luxury Alexander bertiga. Selama di perjalanan semua kenangan akan Angelina terlintas di benak Zico. Senyuman yang hangat yang hanya tunjukkan kepada Yun Feng masih segar di pikirannya. Ia tidak tahu kenapa Gadis itu selalu muncul di dalam ingatannya. Dia merasa telah melupakan sesuatu yang sangat penting di masa lalu.

Pandangan Zico beralih ke dua sahabatnya. "Penyelidikan yang aku tugaskan untuk kalian apakah sudah ada hasil? Aku mau hasilnya sekarang juga!" Seru Zico dengan dingin.

Mereka meminta agar bosnya mendengar penjelasan dari mereka setelah dari perusahaan. Selama di perjalanan pulang keadaan hening dan sepi menghampiri mereka.

Ting! Sebuah pesan email masuk ke ponselnya Steven.

Zico dengan cepat meraih ponsel bawahannya itu dan melihat siapa yang mengirim pesan. Senyum mereka terbit di bibirnya. "Ikan sudah terpancing!" Seru Zico sambil melihat layar ponsel milik Steven.

"Memangnya bos memancing dimana?" tanya Devan yang tidak tahu apapun.

"Kamu akan tahu setelah sampai di perusahaan," jawab Steven.

Setelah satu jam kemudian, mereka sampai di perusahaan Luxury Alexander. Perusahaan tampak sepi karena semua pekerja sudah pulang. Zico langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam perusahaan. Disusul oleh kedua temannya dari belakang mereka menuju ke ruangan Zico.

"Bagimana hasilnya?" tanya Zico sambil duduk di kursinya.

Devan duduk didepan Zico. Ia menyerahkan lembaran kertas yang berisi tentang informasi Angelina.

"Semua data Gadis itu sudah ada di dalam kertas itu. Dia adalah anak dari pengusaha Ray Putra dan mantan aktris yang terkenal itu. Ibu Angelina adalah Cai Caizi, seorang aktris terkenal dari Jepang. Angelina selama ini adalah sosok gadis yang ceria dan energik. Ia selalu membuat orang di sekitarnya bahagia dan tertawa. Walaupun ia selalu dimanfaatkan oleh teman-teman tidak pernah membalas mereka. Anda dan Nona Angelina sebenarnya pernah satu sekolah sepuluh tahun yang lalu. Menurut informasi yang saya dapatkan dulu Nona Angelina adalah seorang gadis yang pendiam dan berpenampilan apa adanya. Ia pernah menjadi bahan Bulian oleh teman-temannya karena penampilannya. Namun, nona Angelina hanya diam dan menerima penghinaan mereka. Entah apa yang mendorongnya? Dia berubah total dari waktu ke waktu. Angelina menjadi pribadi yang lebih kuat dan mandiri. Ia menjadi seorang gadis yang tidak gampang ditindas oleh orang lain. Pergaulannya sangat luas dan ia salah satu wanita sosialita. Bos! Apakah kamu tahu hal apa yang paling menarik dari diri Angelina?" Devan menatap Zico.

Zico mengalihkan pandangannya dari berkas itu. Ia menatap Devan dan menaruh laporan itu. "Apa?" tanya Zico dengan singkat.

"Dia pernah menjadi model untuk dress mewah milik salah satu brand ternama. Setelah foto Angelina tersebar di internet. Dres itu laku keras bos! Perusahaan yang mengontrak Angelina untuk berkali-kali lipat." Tutur Devan dengan antusias.

"Besok beritahu bagian personalia agar menempatkan Angelina di ruanganku. Aku ingin dia menjadi asisten pribadiku setelah kalian berdua!" Perintah Zico sambil meraih tumpukan berkas di mejanya.

Zico mengerjakan tumpukan berkas itu dan menyuruh mereka untuk pulang terlebih dahulu. Devan dan Zico pulang dan membiarkan Zico diperusahaan sendirian.

Jam 00.00 pm, sebuah pesan singkat hadir diponsel Zico. Sebuah nama wanita terpampang di layar Zico. Tangannya meraih ponselnya dan membuka pesan itu.

"Aku tidak peduli lagi denganmu! Persetan dengan kehidupan pribadimu!" Kesal Zico lalu melempar ponsel berharga ratusan juta itu kelantai dan hancur berkeping-keping.

Suara seseorang teringang ditelinga Zico. Ia menutup telinganya sambil berteriak kencang. Seseorang masuk kedalam ruangan Zico. Devan melihat Zico tidak sadarkan diri dan ponsel telah hancur dilantai.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Guman Devan sambil mengangkat tubuh Zico.

Devan memanggil bagian keamanan untuk membantunya mengangkat tubuh Zico. Mereka memasukkan Zico kedalam mobil Devan. "Terimakasih pak! Saya akan membawa tuan muda pulang kekediamannya," ujar Devan sambil memberikan uang kepada security.