Chereads / Cinta Yang Saling Menyakiti / Chapter 21 - Pembalasan Angelina

Chapter 21 - Pembalasan Angelina

Ellia terpental hingga menabrak dinding. Ellia berusaha untuk bangun. Namun, Angelina menghampirinya dan memukul wajah Ellia hingga mengeluarkan darah.

Semua orang berusaha untuk menghentikan Angelina. Namun, mereka kesulitan untuk menarik Angelina dari atas tubuh Ellia. Angelina sempat melawan saat ditarik oleh Devan. "Nona, jangan membuat masalah diperusahaan! Kamu akan terkena masalah nantinya!" tutur Devan sambil menarik Angelina kebelakang dan menjauh dari Ellia.

"Aku tidak peduli! Sewaktu aku masih duduk dibangku SMA dia selalu menindas ku bersama teman-temannya. Mereka memperlakukanku layaknya hewan yang tidak punya perasaan," ujar Angelina yang terus memberontak dan berusaha melepaskan diri.

Hari pertama Angelina magang malah membuat kekacauan yang besar. Kejadian ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Devan terus mengunci tubuh Angelina supaya tidak memberontak.

"Lepaskan aku! Aku ingin memberikan pelajaran kepada gadis jalang itu! Beraninya dia melukai pak Zico hingga berdarah. Lepaskan aku!" Teriak Ellia sambil memberontak.

Tiga wanita cantik keluar dari ruangan mereka. Devan menyuruh salah satu dari mereka untuk memanggil dokter.

"Ada hak apa kamu membela dia? Kamu bukan siapa-siapa dia. Ellia! Mentang-mentang kamu anak walikota, kamu bisa semena-mena terhadapku? Dari dulu aku sudah menahan penghinaan dan penindasan yang kamu dan teman-teman kamu lakukan. Lepaskan aku!" Angelina mendorong tubuh Devan dengan kuat. Ia berhasil terlepas dari genggaman Devan.

Angelina menghampiri Ellia yabg dipegang oleh Steven. Angelina menendang Steven agar menjauh dari tubuh Ellia.

Zico yang menyaksikan itu tidak bisa tinggal diam. Ia segera berlari dan menarik Angelina pergi dari kerumunan. "Lepaskan aku! Dasar bajingan! Kamu pasti kasihan, kan, sama kekasihmu itu. Lepaskan aku, Zico!" Pekik Angelina sambil berusaha memberontak agar terlepas dari cengkram Zico.

"Kamu tidak malu menjadi tontonan semua orang? Lihat mereka! Mereka melihat mu menghajar seorang putri walikota. Kamu akan terkena masalah jika aku tidak menarikmu sekarang!" Bentak Zico.

Angelina terus memberontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Zico. Namun, Zico menariknya dengan kuat dan menggendong Angelina ala bride style. "Diam atau aku cium kamu!" Ancam Zico sambil mengusap bibir mungil Angelina.

"..." Angelina terdiam. Netranya menatap wajah Zico. Dulu ia sangat berharap agar bisa digendong oleh pujannya itu tapi harapannya pupus saat Zico menghinanya. Cinta yang tulus berubah menjadi kebencian.

Klek!

Zico membuka pintu ruangannya dan menurunkan Angelina. Ia mengunci pintunya dengan sidik jarinya.

"Kenapa kamu mengunci pintunya?" tanya Angelina sambil menatap Zico.

Zico mencondongkan tubuhnya kearah Angelina. "Tentu saja agar aku bisa menikmati kamu dengan puas, kucing liar!" Seru Zico tepat didepan wajah Angelina.

Angelina mengayunkan tangannya dan hendak menampar wajah Zico. Namun, Zico berhasil menangkap tangan Angelina. Ia menurunkan tangan Angelina lalu pergi duduk disofa. "Ambilkan kotak p3k di laci berwarna merah!" Perintah Zico sambil nunjuk ke laci berwarna biru disudut ruangan.

"Kenapa harus aku yang mengambilnya? Aku tidak mau!" Sungut Angelina dengan kesal.

"Kamu adalah asisten pribadiku sekarang. Terserah aku mau menyuruh kamu melakukan apa! Kamu harus menuruti semua perintahku atau aku akan membatalkan magangku dan membuat kamu tidak bisa bekerja di perusahaan manapun!" Ancam Zico dengan santai.

Angelina menghentakkan kakinya kelantai. Ia dengan terpaksa mengambil kotak p3k dari laci dan membawanya kearah Zico.

"Obati aku sekarang!" Perintah Zico.

"Ish!" Geram Angelina.

Angelina menahan kekesalannya dan mengobati Zico dengan mengerucutkan bibirnya. Saat Angelina menyentuh bagian luka Zico dengan kapas, Zico langsung meringis.

"Pelan-pelan!" Seru Zico dengan lembut.

Angelina menganggukan kepala. Ia membersihkan darah disekitar luka Zico. Setelah darah yang keluar bersih dan berhenti menetes. Angelina mengambil kapas dan menutup luka Zico.

Ia menghembuskan nafas dengan kasar. Baginya ini adalah kali pertamanya mengobati orang yang telah ia lukai. Sebelum-sebelumnya ia tidak pernah mengobati seseorang dengan tangannya sendiri.

"Sekarang bagaimana?" tanya Angelina sambil menatap Zico dengan penuh harapan semuanya baik-baik saja.

Zico melirik Angelina dengan ekspresi datar. "Sini! Duduk di sampingku!" Pinta Zico sambil menepuk sebelahnya.

"Gak mau!" Seru Angelina dengan kesal.

"Hari ini jam tiga sore kamu ikut aku ke tempat pelelangan. Aku ingin membeli barang langka. Kamu harus berdandan dengan cantik dan jangan lupa memakai topeng. Sekarang kamu boleh pulang. Hari ini cukup sampai disini!" Tutur Zico.

Angelina langsung mengambil tasnya. Ia kembali melirik Zico yang tengah duduk dengan santai. "Dimana tempat itu?" tanya Angelina sambil berbalik kearah arah Zico.

"Aku akan menjemputmu," jawab Zico dengan dingin.

Tanpa berpamitan, Angelina langsung pergi. Namun, saat ia ingin membuka pintu dia teringat jika pintu sudah terkunci. Angelina meminta Zico untuk membuka kuncinya.

Klik!

Pintu terbuka setelah Zico menekan remot kecil ditangannya. Angelina langsung keluar tanpa berterimakasih.

Zico memanggil kedua temannya. Mereka mendiskusikan sesuatu dengan serius. Devan sempat melirik kearah tembelan putih dikening Zico.

"Pastikan keamanan ku dan Angelina dengan baik. Aku tahu nanti malam banyak pihak yang akan berpartisipasi. Mereka dari kalangan penjabat, pengusaha, organisasi bawah tanah, dan mafia. Aku tidak yakin jika pelelangan malam ini tidak akan berjalan dengan lancar. Pasti ada banyak punyak yang akan membuat kerusuhan. Devan kamu harus memerintahkan mata-mata kita disekitar acara pelelangan." Tutur Zico sambil menggambar tempat pelelangan.

"Tapi tuan, bukankah pengamanan dari pak presiden sudah cukup baik? Kenapa kita harus ikut terlibat didalamnya?" tanya Devan dengan heran.

Zico memberikan hasil gambarnya kepada Devan. Ia memperlihatkan lukisan seseorang yang akan ikut berpasangan dalam lelang malam nanti. Mata Devan dan Steven terkejut.

"Dia?!" Pekik mereka berdua bersamaan.

"Orang itu yang sudah lama bersembunyi didalam kegelapan akhirnya muncul. Aku mempunyai firasat buruk. Kita harus mencegah segala sesuatu yang akan terjadi kedepannya!" Zico mengambil gambarnya kembali.

Dengan semangat Devan dan Steven menganggukan kepala. "Kita akan melakukan yang terbaik bos," ujar mereka berdua.

"Sekarang kalian bubar dan salah satu dari kalian harus mengantar Ellia kembali kerumah," ujar Zico sebelum temannya pergi.

"Dia sudah diantar sekretaris Tya kerumah sakit untuk pengobatan," ujar Devan.

"Sekarang kalian bisa pergi dan mempersiapkan segalanya. Aku tidak ingin firasat ku menjadi kenyataan," seru Zico sambil menatap wajah seseorang yang dia lukis sendiri.

Devan dan Steven keluar dari ruangan Zico. Mereka segera mempersiapkan segalanya sesuai dengan perintah yang Zico arahkan.

***

Dirumah keluarga Davidson, tiga orang pemuda dengan penampilan serba hitam sedang berdiri tegak didepan seseorang. Salah satu dari mereka menyerahkan sebuah map berwarna hijau kepada orang didepannya.

"Bagus! Kalian boleh pergi sekarang. Ini bayaran untuk kalian." Pria itu melempar sebuah amplop berwarna coklat kepada mereka.

"Terimakasih, tuan! Kalau anda butuh bantuan dari kami jangan sungkan-sungkan," ujar salah satu dari pemuda berpakaian hitam.

"Pergilah!" seru pria itu sambil menghisap rokok ditangannya.

Mereka pergi meninggalkan rumah itu dengan cepat dan menghilang seperti bayangan. Pria itu membuka map hijau tersebut dan membacanya. Senyum licik terbit dibibirnya.

"Ternyata gadis itu akan ikut dalam acara malam ini. Aku akan memberinya pelajaran karena sudah membuat putriku menjadi murung." Pria itu menutup kembali berkasnya dan melempar puting rokok kedalam asbak.

Ia bangkit dan menaiki tangga menuju kesebuah kamar. Pria itu menemui putrinya yang sedang duduk di balkon dengan wajah murung. Rasa kasih sayang seorang ayah kepada putrinya meluap-luap saat melihat anak satu-satunya bersedih.

Ia menghampiri putrinya dan mengajak putrinya untuk bersenang-senang. Dengan semangat sang putri berdiri dan memeluk ayahnya. Dia meminta sang ayah untuk menyiapkan pakaian paling mewah untuk pergi ke pelelangan bersama tunangannya.