Brommm! Mobil itu melesat menuju kerumah pribadi Zico. Setelah sampai dirumah Devan dibantu pelayan membawa Zico kekamar. Devan terkejut saat melihat potret seseorang masih terpajang dikamar Zico.
"Pasti dia! Dia yang membuat Zico seperti ini! Dasar jalang!" Geram Devan.
Ia mengambil foto itu dan membakarnya. "Semua ini gara-gara kamu. Seharusnya kamu pergi untuk selamanya dan jangan muncul di kehidupan Zico. Tapi kenapa ... kenapa kamu muncul lagi? Aku tidak akan membiarkan kamu mendekati Zico lagi!" Geram Devan sambil menginjak-injak abu bekas foto yang dia bakar.
Dokter Shen datang. Dokter Shen langsung memeriksa keadaan Zico. Ia meresepkan obat kepada Devan dan menyuruh Zico untuk beristirahat. Setelah itu dokter Shen pergi diantar beberapa pelayan.
***
Kediaman keluarga Davidson, seorang gadis seumuran Angelina mengamuk dan memecahkan semua barang-barang yang ada diruang tamu. Ia berteriak dan memaki seseorang. Semua pelayan berusaha untuk menghentikannya. Namun, mereka terkena hantaman dari gadis itu.
Brak! Dor!
Pintu dibanting dengan keras dan sebuah tembakan terdengar. Gadis itu berhenti mengacau dan terdiam saat ia melihat seseorang datang.
"A-ayah?!" gadis itu terkejut hingga wajahnya menjadi pucat.
"Ma-maafkan aku! Ak-aku ...." Lanjutnya terbata-bata.
"Kemarilah dan peluk ayah," ayah gadis itu menelentangkan tangan dan meminta putrinya untuk berlari kearahnya.
"Ayah!!!" Teriak gadis itu sambil berlari kepelukan ayahnya.
Gadis itu memeluk ayahnya dengan erat. Ia menangis di pelukan ayahnya dna membuat ayahnya kebingungan.
"Ayah dia menyakitiku! Dia berselingkuh dariku," ujarnya sambil menangis.
Ayahnya mengusap air mata gadis itu. Ia meminta pelayan untuk membawakan minuman hangat. Salah satu pelayan langsung berlari kedapur. Ayah gadis itu menatap mata putrinya. "Siapa yang bersama dia?" tanya ayah gadis itu sambil mencengkram bahu putrinya.
"Gadis ini ayah." Gadis menunjukkan potret seseorang kepada ayahnya.
Ayah gadis itu langsung merebut ponsel putrinya. Matanya melotot dan rahangnya mengeras. "Andreas!!!" Teriak ayah gadis itu dengan keras.
Seseorang datang dengan cepat. Ia membungkuk dihadapan ayah gadis itu. "selidiki latar belakang gadis ini! Besok hasilnya harus ada dimeja ku!" Perintahnya sambil menunjukkan foto seseorang.
"Baik," ujar Andreas lalu pergi secepat kilat dan hilang entah kemana.
"Kamu tenang saja! Aku akan membuat dia menderita karena membuatku putriku menangis," ujar ayah gadis itu sambil mengelus rambut anaknya.
Tanpa disadari, putrinya tertidur dipangkuannya. Ia meminta para pelayan membawa putrinya masuk kedalam kamar.
Ayah gadis itu masuk kedalam sebuah ruangan dengan penuh emosi. Ia membanting pintu dengan keras dan membuat putrinya terbangun.
"Dimana ayah?" tanyanya dengan lembut.
"Ayah nona sudah masuk kedalam ruang kerja. Nona sekarang pindah ke kamar, ya, dan istirahat dikamar!" Pinta salah satu pelayan.
Tanpa merespon pelayannya gadis itu berlari manaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya. Ia menutup dan mengunci pintunya dari dalam. Tangannya meraih pisau tajam di atas meja.
Srettt!
Gadis itu menyayat tangannya. Darah menetes dari pergelangan tangannya. Ia tersenyum samar sambil menatap foto seseorang.
"Kamu adalah milikku! Kamu tidak boleh menjadi milik orang lain!" Seru gadis itu sambil menetaskan darah itu kefoto.
***
Mereka yang lulus tes datang keperusahaan Luxury Alexander. Semua peserta training diarahkan kebagian personalia untuk menerima tugas mereka. Angelina menggenggam tangan Nana sambil memegang detak jantungnya. Wajahnya cemas akan sesuatu. Seakan-akan ia akan menghadapi masalah besar.
Kepala bagian personalia menghampiri mereka dan mengarahkan mereka menuju kesebuah ruangan. Didalam ruangan itu, Yun Feng sedang merapikan berkas-berkasnya. Aktivitasnya terhenti saat melihat peserta training datng. Sorot matanya tertuju kearah Angelina. Ia tersenyum tipis hingga orang tidak bisa melihatnya.
Yun Feng menyuruh semua orang untuk duduk dan mendengarkan apa yang akan dia sampaikan. Nana mengajak Angelina untuk duduk didepan. Mereka memerhatikan Yun Feng dengan seksama.
Yun Feng bangkit dari kursinya. Ia berdiri didepan semua orang. Kepala bagian personalia menganggukkan kepala kepada Yun Feng.
"Tuan muda Yun! Sekarang saya serahkan mereka kepada anda. Atasan kami meminta anda untuk membagi mereka kebeberapa departemen. Kami serahkan semua tugas yang berkaitan dengan mereka kepada anda," ujar kepala divisi bagian personalia sambil memberikan mapa berwarna hijau kepada Yun Feng.
Yun Feng menerima map tersebut dan membukanya. Ia tersenyum sambil mengulurkan tangan dan disambut oleh kepla divisi personalia. "Selamat bekerja kembali, pak!" Seru Yun Feng sambil menepuk bahu kepala divisi.
"Kembali, tuan!" Kepala divisi keluar dari ruangan itu sambil melambaikan tangan dan tersenyum ramah kepada semua peserta training.
Setelah kepala divisi personalia keluar dari ruangan, Yun Feng duduk kembali. Sorot matanya berkeliling melihat semua peserta. Dengan muka dinginnya, Yun Feng mengabsen semua peserta satu persatu. Setelah dirasa semua sudah hadir ia melanjutkan langkah selanjutnya.
"Kalian akan dibagai menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua orang. Biar semuanya adil, aku akan membagikan kelompok untuk kalian. Didepanku ada undian. Kalian maju satu persatu dan mengambil nomor undiannya. Setiap peserta yang memiliki nomor yang sama berarti satu kelompok. Apakah semuanya sudah faham?" tanya Yun Feng sambil melihat semua peserta.
"Tidak ada, sir!" Jawab semua peserta dengan serempak.
Yun Feng menyuruh mereka untuk maju satu persatu dan mengambil nomor undian. Angelina maju duluan disusul Nana dan peserta yang lainnya. Setelah mengambil nomor undian mereka kembali duduk ditempatnya.
Angelina berusaha untuk mengintip nomornya. "Aku dapat nomor berapa, ya?" tanya Angelina dalam hati. Matanya menelusuri didalam lorong kecil dari gulungan kertas undian.
Yun Feng tertawa kecil saat melihat tingkah Angelina. "Dasar gadis kecil!" Serunya pelan. Setelah semua orang duduk ditempatnya masing-masing. Yun Feng menyuruh mereka untuk membukanya. "Kalian bisa membukanya sekarang!" Seru Yun Feng sambil berdiri dan turun dari tempatnya.
Semua peserta langsung membuka kertasnya. Mereka berbisik-bisik kepada teman sebangkunya. Banyak dari mereka yang mengeluh karena tidak mendapatkan undian yang sama dengan orang yang diinginkan.
Yun Feng menghampiri Angelina. Ia mengambil kertas undian dari tangan Angelina. Matanya melihat nomor yang ada diundian gadis itu. "Satu?!" Batin Yun Feng dengan alis kanannya terangkat.
Yun Feng memberikan kertas itu kepada Angelina. Ia kembali ke tempatnya dan kembali duduk. "Mulai dari Angelina, maju kedepan! Kamu tulis nomor yang kamu dapat dan biarkan yang lain mengikuti. Bagi yang mendapatkan nomor sama kalian bisa melingkari India itu dan duduk disamping pemilik nomor undian yang sama. Silahkan nona Angelina!" Yun Feng memberikan spidol warna hitam kepada Angelina.
Dengan rasa kikuk, Angelina mengambil spidol itu dan menulis nomornya dipapan. Semua peserta mengikuti Angelina.
"Kalian duduk di meja sesuai dengan nomor kalian!" Perintah Yun Feng.
Angelina mencari meja nomor satu. Ia duduk di kursi dan menunggu temannya. Ellia dengan ketus duduk disamping Angelina. Ia memalingkan muka dengan kesal sambil berdecak.
"Dasar orang sombong! Malas banget berpasangan sama dia," batin Angelina sambil melirik Ellia.
"Jauh-jauh dari aku! Aku tidak mau ketularan gaya kamu yang kampungan itu," ujar Ellia tanpa menatap wajah Angelina.
"Siapa juga yang mau dekat-dekat dengan ikan buntek. Ogah!" Timpal Angelina sambil membuang muka.
Yun Feng membagikan kertas kepada semua peserta. Mereka membuka kertas pemberian Yun Feng. Angelina terkejut saat melihat tulisan dikertasnya. Sorot matanya bergantian melihat kertasnya dan wajah Yun Feng.
"Asisten pribadi bos? Ini ... keberuntungan atau kesialan?" Batin Angelina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Angelina menggaruk kepalanya. Ia tidak tahu harus menolak atau menerimanya. Ia memberanikan diri untuk mengangangkat tangannya. "Tuan! Apakah posisi ini bisa ditukar?" tanya Angelina dengan ragu.
Yun Feng beralih melihat Angelina. "Tidak! Setiap posisi yang kalian dapat tidak dapat ditukar. Pilihan kalian hanya ada satu yaitu mundur dari sini. Namun, ada yang perlu kalian ingat! Setelah kaki kalian keluar dari sini, mungkin kalian tidak akan mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus di tempat lain," jawab Yun Feng sambil menghempiri Angelina.
Yun Feng mendekati Angelina dan meminta kertasnya. Sorot matanya berubah menjadi tak bersahabat saat dia melihat kertas Angelina. Yun Feng memberikan kertas itu kepada Angelina kembali. Ia kembali ketempat duduknya tanpa berkata apapun.