Chereads / Cinta Yang Saling Menyakiti / Chapter 10 - Penyiksaan Yang Kejam

Chapter 10 - Penyiksaan Yang Kejam

Zico duduk disebelah Angelina. Saat dia menatap wajah Angelina, ada rasa familiar. Akan tetapi ia tidak mengingat hal itu.

Zico menyuruh anak buahnya untuk menyelidiki ketiga orang itu. Ia memecat tuan Yun dari jabatannya. Saat Zico sedang berkonsentrasi memeriksa email yang masuk, ponsel Angelina berdering.

Zico menatap layar ponsel Angelina. Netranya melihat nama seseorang di layar ponsel itu. "Ayah!" Guman Zico.

Ia menjawab panggilan dari orang tua Angelina. "Halo!" Sapa Zico.

"Siapa kamu? Dimana Angelina sekarang?" tanya ayah Angelina dengan tegas.

"Saya adalah bos Angelina. Apakah anda ada waktu luang? Angelina saat ini sedang terbaring di rumah sakit perusahaan. Fobia-nya kambuh dan saat ini belum sadarkan diri." Tutur Zico.

"Tolong jaga anak saya sebentar! Saya akan segera pergi kesana dan menjemput anak saya!" Pinta ayah Angelina.

Ayah Angelina menutup panggilannya. Zico tersenyum samar saat berbicara dengan ayah Angelina.

Jari-jari Angelia bergerak secara perlahan. Ia mulai sadarkan diri. Zico memanggil dokter untuk memeriksanya. "Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Zico dengan cemas.

"Dia baik-baik saja. Sebentar lagi dia akan sadar tuan," ujar dokter.

Devan dan Steven mencari Zico kerumah sakit. Mereka memanggil Zico lalu mengajaknya untuk pergi menemui seseorang.

"Tuan," panggil Devan dari depan pintu.

Zico bangkit dari ranjang Angelina. Ia membuka pi Tu dan menutupnya kembali. "Kenapa kalian mencariku?" tanya Zico sambil meletakkan tangan kirinya kepinggul.

"Kami mendapatkan lebarengenai mereka bertiga. Dia diperintahkan oleh seseorang. Kita harus berangkat kesana untuk melihat semuanya!" Tutur Steven sambil memperlihatkan sesuatu kepada Zico.

"Apa ini? Dasar bajingan!" Umpat Zico dengan geram sambil membanting ponsel Steven lantai hingga hancur.

Steven nyawanya langsung melayang saat melihat ponselnya hancur berantakan dilantai. Ia menangisi ponselnya yang hancur berkeping-keping.

"Ini cek untuk kamu!" Zico memberikan cek kosong kepada Steven. "Tulis nominal uang yang kamu butuhkan untuk membeli yang baru," ujar Zico.

Dengan mata yang cerah, Steven meraup cek itu dari tangan Zico. Ia langsung menuliskan nominal uang untuk membeli ponsel barunya. "Terimakasih bos!" Seru Steven sambil memasukkan cek itu kedalam kantong.

"Bulan ini gajimu dipotong tiga puluh persen!" Seru Zico dengan dingin.

Seketika Steven kembali terkapar dilantai sedangkan Devan tertawa terpingkal-pingkal melihat sahabatnya. Ia menepuk bahu mereka berdua.

"Daripada kita menghabiskan waktu dengan hal yang gak penting lebih baik kita segera pergi dari sini." Devan meninggalkan mereka berdua dibelakang.

Steven masih menangisi gajinya yang dipotong secara sepihak oleh Zico. Ia ingin merobek kertas cek yang diberikan Zico. Namun, sangat disayangkan jika ia menghilangkan gajinya.

"Sudahlah, ayo!" Ajak Zico sambil amenjulurkan tangannya.

Steven meraih tangan Zico lalu berdiri. Mereka berdua menyusul Devan dengan segera. Setelah mereka sampai di parkiran perusahaan mereka bertiga masuk ke dalam mobil yang sama dan berangkat menuju ke suatu tempat.

***

Didalam sebuah gedung tua yang terbengkalai. Beberapa atapnya sudah runtuh akibat dimakan usia. Seorang gadis muda dengan rambut pendek hitam pekat sedang duduk di kursi. Ia membawa sebuah cambuk berwarna hitam ditangannya.

Wanita itu menyedot rokok lalu meniupkan asap itu kedepan wajah seornag pria tua. Pakaian hitam dengan lipstik merah menghiasi bibirnya. Sorot matanya yang tajam dan dingin membuat orang-orang yang didekatnya menunduk.

Ctarr! Ctar! Ctar!

Wanita mencambuk ketiga pria yang berada didepannya dengan kuat. Punggung mereka robek akibat cambukan yang bertubi-tubi. Cairan merah kentas keluar dari sela-sela luka dikulit ketiga orang itu.

Teriakan meminta pengampunan tak didengar oleh wanita itu. Tetesan darah yang membasahi cakbuknya tidak berhasil meredam amarahnya. Wanita itu tersenyum tipis. "Siapapun yang tidak mematuhi perintah akan bernasib sama seperti mereka!" Seru wanita itu sambil mencambuk mereka bertiga.

"Ampuni kamu nona! Kami salah!" Tiga orang yang berada didepan wanita itu berusaha meraih kaki wanita itu.

Mereka bersujud dikaki wanita itu smbil memohon ampun. Namun, wanita itu menendang mereka bertiga. Ia bangkit dari kursi dan berjalan menghampiri mereka bertiga. Kaki kanannya menekan dada pria gemuk yang sedang terkapar di lantai.

"Kalian tidak bisa menyingkirkan gadis itu. Jangan harap bisa meminta bantuan ku! Aku tidak akan membantu kalian karena kalian tidak becus mengurus gadis kecil itu. Sekarang tanggung sendiri akibatnya!" Seru wanita itu sambil menekan dada orang itu.

Hak runcing wanita itu menembus dada orang itu. "Rasakan ini!" Seru wanita itu sambil terus menekan sepatu.

"Nona! Anda berjanji kepada saya bahwa anda akam melepaskan saya jika tugas ini gagal. Sekarang saya meminta janji nona," ujar pria itu sambil memegang kaki wanita itu dengan erat.

"Lepaskan!" Perintah wanita itu sambil memukul pria itu dengan tangannya.

Wanita itu mengambil satu tangannya. Ia membersihkan darah yang menempel ditangannya. Matanya melirik kearah bodyguard yang sedang berdiri tegap dibelakangnya. "Singkirkan mereka!" Perintahnya dengan dingin.

Tiga orang bertubuh tinggi dan berkulit hitam menunduk hormat pada wanita itu. Mereka menyeret ketiga orang itu dengan kejam.

"Lempar mereka kesungai belakang bangunan ini! Lepaskan pakaian mereka dan sumpal mulut mereka dengan celana dalam yang mereka pakai," lanjutnya lalu pergi dari ruangan gelap itu.

"Baik nona," ujar mereka sambil memberi hormat kepada wanita itu.

Wanita itu pergi dengan elegan dan satu. Lekuk tubuhnya terlihat dan membuat para bodyguard-nya menundukkan pandangan mereka. Wanita itu pergi sambil menyeret cambuknya dan meninggalkaj bekas merah dilantai.

Wanita itu pergi depan gedung. Ia membuka pintu mobil dan duduk di kursi belakang. "Kembali ke rumah ayah!" Perintahnya kepada supir yang mengantar dia.

"Baik nona," jawab sopir wanita itu.

Mobil wanita itu pergi dari gedung terbengkalai. Sebelumnya ia meninggalkan sejumlah uang untuk para bodyguard-nya. Bibirnya menyeringai sambil mengelap cambuknya dengan tissue.

Di sungai belakang bangunan, ketiga orang itu ditelanjangi. Mereka di ikat tanpa mengenakan sehelai benangpun. Mulut mereka disumpal dengan celana dalam yang mereka pakai.

"Lihat buaya yang kelaparan itu!" Tunjuk pria bertubuh hitam dan berbadan kekar.

"mmm mmm mmm" ketiga orang itu mencoba untuk berteriak. Namun mulut mereka tersumpal oleh CD mereka masing-masing.

"Kita masukkan sekarang!" Seru salah satu pria bertubuh kekar itu.

"Tunggu!" Salah satu dari mereka menyuruh anggotanya untuk menghentikan aksinya.

"Kita lukis tubuh mereka dulu. Kita lukis gambar-gambar yang indah ditubuh mereka." Lanjutnya sambil tersenyum.

Mereka melukis gambar yang tidak senonoh ketubuh tiga pria itu. Tawa geli dan tawa menghina keluar dari mulut para bodyguard wanita itu.

Setelah mereka puas, mereka menjalankaj perintah gadis itu. Mereka menggotong tubuh tiga pria itu menuju ke tepi sungai. Buaya-buaya yang kelaparan membuka mulutnya untuk menangkap mangsanya. Tiga pria itu ketakutan sampai-sampai mereka terkencing-kencing.