Chereads / Cinta Yang Saling Menyakiti / Chapter 6 - Pikiran Kotor Angelina

Chapter 6 - Pikiran Kotor Angelina

Kaki Angelina gemetaran. Ia memaksakan kakinya untuk berlari secepat mungkin. Matanya sesekali melihat ke kebelakang untuk memastikan ia tidak diikuti.

"Ayo cepat Angelina! Kamu harus lari dari ruangan gelap ini!" Saat Angelina berlari tiba-tiba ia menabrak seseorang.

Seketika jantungnya berhenti berdetak, nafasnya tercekat di tenggorokan. Ia diam sejenak, lalu berteriak sekencang mungkin. "Tidak! Lepaskan kau! Aku tidak mau bersama kamu! Dasar pria hidung belang! Memangnya kenapa kalau kamu adalah HRD diperusahaan ini? Kamu bukan bos diperusahaan ini. Singkirkan tangan motormu itu dariku! Aku bukan gadis murahan yang bisa tidur dengan pria manapun. Dasar brengsek! Dasar bajingan sialan! Lepaskan tanganmu dari tubuhku!" Angelina terus berteriak dan memaki orang didepannya.

Pria misterius didepannya memeluk Angelina dengan erat. Bau parfum yang tercium, membuat Angelina mulai tenang. Tangan pria misterius itu mengelus pucuk kepala Angelina. "Kalau kamu terus berteriak seperti itu. Aku akan menyumpal mulutmu! Diam!" Bentak orang itu.

Mata Angelina berhenti melihat kesatu arah. Otaknya berusaha mencerna suara itu. Dalam ketakutan Angelina berfikir dengan jernih. "Kenapa suara ini berbeda dari yang tadi? Apakah dia adalah penolongku?" Batin Angelina sambil mengendus aroma parfum yang berbeda dengan pria sebelumnya.

Angelina mulai mengatur nafasnya. Ia lebih tenang dari sebelumnya. Hidung mancung Angelina terus mengendus aroma parfum yang khas dari pria didepannya.

"Siapa kamu?" tanya Angelina sambil menundukkan kepala.

"Aku tidak akan memakanmu!" Seru pria yang memeluk tubuhnya.

Angelina mendorong tubuh pria itu. Ia mengulurkan tangannya yang terikat sabuk. Dengan mengeluarkan jurus andalan mata berkaca-kaca ia meminta ikatannya dilepaskan.

"Lepaskan ikatan ku!" Seru Angelina.

"Ini aku yang sudah tua atau mataku yang rabun? Kenapa wajahnya sangat imut sekali? Zico, sadar!" Batin pria itu sambil menepuk keningnya.

"Apa imbalannya?" tanya Zico menggoda Angelina.

Angelina menatap wajah Zico yang misterius. Saat ini dia tidak mempunyai apa-apa untuk ditukar. "Jangan-jangan dia mau tubuhku?" batin Angelina asal menebak.

pletak!

Zico menjitak kening Angelina dengan jarinya. "Apa yang sedang kamu pikirkan? Jangan-jangan kamu ingin membayarku dengan tubuhmu," ujar Zico sambil memyentuh dagu Angelina.

Angelina mundur kebelakang. Ia tidak ingin dirinya disentuh oleh orang yang tidak tahu malu seperti pria didepannya. "Lepaskan ikatanku!" Seru Angelina dengan tegas.

Zico meraih tangan Angelina. Ia melepaskan ikatan di tangan Angelina. Tangan zico menggenggam tangan Angelina lalu mengajaknya keluar dari tempat itu.

Krukkk! Krukkk! Krukkk!

Perut Angelina terus berbunyi dan membuat ia malu. Angelina menekan perutnya dengan telapak tangannya. Wajahnya memerah karena malu. Zico diam-diam tersenyum saat mendengar perut Angelina yang berbunyi.

"Aku akan membawamu ke kantin dan kamu bisa makan sepuasnya di sana." Zico mempercepat langkahnya dan membuat Angelina kesal.

Kaki Angelina berusaha mengimbangi langkah pria didepannya. Namun, ia tidak bisa mengimbangi langkah pria didepannya. Dengan bibir mengerucut kesal, Angelina protes dan berusaha melepaskan cengkraman pria itu.

"Kenapa jalan kamu seperti kuda? Di sini pasiennya adalah aku! Seharusnya kamu memperlakukan aku dengan baik. Kenapa kamu mempercepat langkah mu seperti itu?" Teriak Angelina sambil menghempaskan tangan Zico.

Tanpa disadari Angelina, Zico tiba-tiba berdiri di belakang punggungnya. Ia tersenyum samar sambil berniat sesuatu terhadap Angelina.

"Hei, di mana kamu? Apakah kamu pergi meninggalkanku di sini? Kenapa hidupku sial sekali, sih? Salah satu penolongku malah pergi meninggalkanku. Sekarang aku harus jalan ke arah mana?" Keluh Angelina.

Saat Angelina ingin mengambil langkah pertama untuk keluar dari ruangan itu tiba-tiba dari belakang Pemuda itu mengangkat tubuh Angelina.

"Ahhhh! Tolong!" Teriak Angelina dengan keras dan membuat beberapa lampu di ruangan itu meletus.

Cup!

Pria itu mencium bibir Angelina dan membuat Angelina terdiam sesaat. Bibir yang hangat dan ciuman yang lembut membuat Angelina hanyut sesaat.

Ia memejamkan matanya sambil mencengkram baju Zico. Saat ia teringat dengan sesuatu, Angelina langsung tersadar. Dia memukul wajah Zico dengan keras dan membuat Zico kesakitan.

Sebelum Angelina memukul wajah Zico, ia menggigit bibir Zico. "Rasakan ini!" Seru Angelina dalam hati. Ia merasakan cairan asin di sudut mulut keluar dan masuk kedalam rongga mulutnya.

"Ahh! Cairan apa ini? Apakah ini darah dari bibir orang ini?" Batin Angelina sambil menjilat cairan itu.

Pria itu mencubit perut Angelina. Ia membuat Angelina meringis kesakitan. "Apakah kamu gila? Kenapa kamu mencubit ku?" Tanya Angelina kesal.

"Kenapa kamu mengigit bibirku?" Sahut pria itu.

Saat mereka hendak keluar dari ruangan itu tiba-tiba dari luar ada dua pemuda yang nampak familiar. Mereka adalah Steven dan Devan.

"Bukankah dia Bos?" Bisik Devan ketelinga Steven.

"I-iya! Dia adalah bos! Kenapa dia menggendong gadis itu?" bisik Steven ke Devan.

"Tunggu tunggu! Bukankah gadis itu ...." Saat Steven ingin melanjutkan kalimatnya, sorot mata pria itu tertuju kepada mereka berdua.

"Sedang apa kalian di sini? Apakah pekerjaan kalian kurang? Aku bisa memberikan pekerjaan untuk kalian sekarang." Pria itu menatap mereka berdua dengan tatapan tak bersahabat.

Dua orang itu mundur secara perlahan-lahan. Setelah jarak mereka terpaut sedikit jauh mereka berdua langsung berbalik badan dan kabur.

"Selamat menikmati hidangan baru Bos!" Teriak Devan sambil memukul pantatnya.

Steven dan Devan pergi dari hadapan pria itu. Dua orang itu lari terbirit-birit dan meninggalkan Angelina bersama pria itu.

"Turunkan aku! Sampai kapan kamu ingin menggendongku? Sepertinya kamu ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, ya!" Tuduh Angelina sambil mengayunkan tangannya kewajah pria itu.

Plak!

Telapak tangan Angelina mendarat dengan keras diwajah Zico. Dia meninggalkan bekas merah di wajah Zico dengan jelas. Untung saja pemuda yang menggendongnya memakai masker.

Bruk!

Pria itu melepaskan tangan dari badan Angelina. Tubuh Angelina terjatuh dan menabrak ke tanah. Angelina mengelus-elus punggung yang sakit akibat terbentur lantai.

"Kenapa kamu ... emm!" Saat Anggelina ingin mengatakan sesuatu, Zico menutup mulut Angelina dengan tangannya.

Dia menarik tangan Angelina menuju ke pot besar. Dengan bahasa isyarat, Zico menyuruh Angelina untuk tetap tenang.

"Sebaiknya kamu diam! Ada seseorang yang datang!" Ujarnya menarik Angelina dan bersembunyi di belakang pot besar.

"Bukankah dia yang mengajakmu kekantin?" Lanjutnya sambil menunjukk kearah seorang pria paruh baya yang sedang mencari sesuatu.

"I-iya! Dia adalah orang itu! Aku akan memberikan pelajaran padanya sekarang. Dasar tua bangka! Kalau aku tidak bisa membuatmu babak belur sekarang. Jangan panggil aku Angelina!" Angelina menggulung lengan kemeja ke siku.

"Angelina ...? Nama yang sangat familiar tapi siapa?" batin Zico sambil menatap wajah Angelina.

"Jangan sekarang! Dia membawa teman sekarang! Lihat disana!" Zico menunjuk kearah dua pria berbadan gemuk lainnya.

"What?! it's so crazy! Sebenarnya mereka siapa?" tanya Angelina frustasi.

"Kita diam disini dulu dan dengarkan pembicaraan mereka baik-baik!" pria itu menggenggam tangan Angelina dengan erat.

Seakan-akan dia takut jika Angelina pergi meninggalkan dia sendiri. Angelina dengan patuh mengikuti saran pria asing itu. Dia mendengarkan percakapan ketiga orang itu.

Angelina mendengarkan dengan jelas pembicaraan mereka. Saat mereka menyebut nama seseorang, netra Angelina melebar.

"Sepertinya gadis ini pernah menyinggung seseorang," batin pria misterius itu sambil melirik kearah Angelina.

"Anna? Siapa Anna? Kenapa dia memerintahkan mereka untuk melecehkan diriku?" rasa resah terus menyelimuti fikiran Angelina.

"Apakah kamu pernah menyinggung seseorang?" tanya pria itu sambil menatap wajah Angelina.

"Tidak! Aku tidak tahu," jawab Angelina dengan santai.

"Kalau kamu tidak pernah menyinggung seseorang, dia tidak akan menyuruh mereka untuk melecehkan kamu. Coba kamu ingat-ingat lagi!" Seru sambil mengamati anak buahnya yang berbuat hal buruk diperusahaan.

"Kamu bisa diam gak, sih? Dari tadi nyerocos mulu." Keluh Angelina sambil menatap sesesok wajah yang memakai masker hitam.

Netranya menatap manik mata berwarna coklat itu sambil mengingat wajah seseorang. Rasa sakit dan kenangan buruk itu terlintas di fikirannya. Angelina berusaha untuk menepis fikirannya.

"Mana mungkin orang ini adalah dia. Dia adalah pria yang dingin dan sulit untuk didekati. Dia bahkan tidak pernah dekat dengan seorang wanita. Aku tidak mungkin mengira kalau pria didepan ku adalah dia." Batin Angelina sambil menunjuk mengedipkan matanya.

Zico melirik Angelina yang memikirkan sesuatu. Ia menyentil telinga Angelina sambil tersenyum dan mengisyaratkan untuk tetap diam.

"Dasar pria sialan!" gerutu Angelina sambil meraba keningnya.