Angelina menghentikan aksinya. Ia berjongkok disamping pria itu. "Entah berapa wanita yang sudah kamu lecehkan dengan burungmu itu. Aku hanya membalaskan dendam para gadis yang menjadi korbanmu," ujar Angelina sambil tersenyum menyeramkan.
Pria itu tak sadarkan diri. Angelina berdiri lalu merapikan pakaiannya dan mengusap wajahnya dengan sapu tangan Zico. Bau parfum sapu tangan itu mirip dengan pria yang menolongnya. Angelina melirik kearah pot besar.
"Keluar kamu!" Seru Angelina sambil melirik kearah pojok ruangan.
Zico berdiri dan melihat semua orang sudah terkapar di lantai kecuali satu orang. Ia menghampiri Angelina sambil menatap tuan Yun yang babak belur dan kemaluannya yang berdarah.
"Menyedihkan sekali!" Seru Zico dalam hati.
Angelina berbalik badan dan menatap Zico. "Aku akan melupakan kejadian didalam lift. Tapi bukan berarti aku memaafkan perbuatan mu," ujar Angelina.
"Darimana kamu tahu kalau aku adalah orang yang sama?" tanya Zico dengan alis terangkat sebelah.
Angelina mendekati Zico sambil tersenyum samar. "Dari sini!" Angelina menunjuk sapu tangan Zico yang berada di lehernya dan PIN yang ada di Jas Zico.
"Gadis yang pintar!" Puji Zico sambil meraih tangan Angelina dan mencium punggung tangan gadis itu.
"Memang aku pintar!" Seru Angelina dengan penuh percaya diri.
Senyum cerah Angelina mampu membuat hati Zico berdetak. Ia mengusap darah yang ada diwajah gadis itu dengan tangannya. Zico mengambil sapu tangannya dan menyuruh Angelina untuk membersihkan wajahnya dari darah yang menempel.
Angelina menerima sapu tangan baru milik Zico. "Terimakasih," ujar Angelina sambil membersihkan wajahnya.
"Kamu pergilah kekantin! Kamu bisa mengikuti jalan ini. Kamu akan sampai di kantin dengan cepat." Zico menunjuk kearah jalan yang berbelok.
Angelina melirik Zico lalu menggenggam tangannya. "Kamu gak ikut kekantin?" tanya Angelina sambil menatap wajah Zico yang masih memakai masker.
"Tidak! Aku ada hal yang harus diselesaikan sekarang." Zico melepaskan genggaman tangan Angelina.
"Sebentar ...." Zico mengambil sapu tangannya dan membersihkan darah yang tertinggal di pipi Angelina.
Mata mereka saling bertemu. Angelina sempat merasa dia sangat familiar dengan orang didepannya. Namun, pemikiran itu lagi-lagi di tepisnya.
"Sudah!" Lanjut Zico sambil menunjukkan noda darah di saputangannya.
"Terimakasih," ucap Angelina dengan antusias.
"Aku harus pergi! Jaga dirimu baik-baik dan semoga kamu berhasil!" Seru Zico sebelum meninggalkan Angelina.
Ia meninggalkan Angelina dan berbalik. Zico menghilang dari pandangan Angelina. "Ahh! Kenapa aku malah ingat dia, sih? Gak mungkin orang itu adalah dia. Sial!" Angelina menghentakkan kakinya kelantai.
Angelina langsung pergi kekantin dan memesan makanan kesukaannya. Ia melihat tempat duduk yang berbeda dari yang lain. Angelina menghampiri tempat duduk itu dan duduk disana sambil menunggu pesanannya.
Angelina merasa seseorang sedang menatapnya dan memerhatikan dirinya. Matanya melirik kearah orang itu. "Itu orang kenapa? Sepertinya tidak suka kalau aku duduk disini," guman Angelina sambil mengaduk minumannya.
Angelina memakan makanannya dengan lahab. Disaat Angelina sedang makan, ada tiga tuan muda datang kekantin dan memesan makanan. Saat mereka berbalik badan. Mereka dikejutkan dengan seseorang.
"Bukankah dia gadis itu?" tanya Steven sambil mencolek lengan Devan.
"Calon kakak ipar, nih, bos! Hahaha!" Seru Devan sambil menyenggol Zico.
Mereka menghampiri Angelina. Steven dan Devan duduk didepan Angelina. Mereka menatap Angelina sambil senyam-senyum tidak jelas sedangkan Zico duduk disamping Angelina.
"Tadi ditawari kekantin tidak mau sekarang malah datang bersama mereka," ujar Angelina sambil memutar bola matanya.
"Tadi ada sedikit urusan. Jadi, aku tidak bisa menemani kamu." Zico menatap wajah Angelina.
"Kakak ipar!" Panggil Steven.
Angelina tak bergeming. Ia melanjutkan makannya tanpa melihat mereka bertiga. Baginya kehadiran mereka sama seperti nyamuk yang beterbangan.
"Sepertinya enak juga makanan ini!" Seru Steven sambil menjulurkan tangannya.
Ia ingin mengambil makanan Angelina yang belum tersentuh. Saat tangan steven menyentuh paha ayam goreng, Angelina memukul tangan Steven dengan sumpitnya.
"Dasar lalat pengganggu!" Seru Angelina tanpa melihat mereka.
"Apa? Kamu samakan kami seperti lalat?" tanya Devan yang mulai tidak terima dirinya dianggap lalat oleh Angelina.
Devan duduk didepan Angelina sambil memolotinya. Angelina masih melanjutkan makannya dengan santai.
Zico memilih pindah dari tempat itu. Ia tidak mau ikut campur urusan mereka berdua. Ia punya rencana sendiri untuk Angelina.
"Rasanya aku ingin mengebiri mereka. Nafsu makanku jadi berkurang sejak kedatangan mereka." Batin Angelina.
Brak!
Angelina meletakkan sumpit diatas dengan tenaga. Ia bangkit dan mulai menatap dua orang didepan dan disebelahnya.
"Kemana perginya orang itu?" batin Angelina mencari keberadaan Zico.
Sorot mata Angelina menatap Devan dan Steven. "Ohh, jadi kalian berdua, ya? Kenapa kalian mengganggu makanku?" tanya Angelina dengan ketus sambil memelototi Devan dan Steven.
"Gadis kecil! Kamu tidak mungkin tidak tahu peraturan ditempat ini, kan?" Steven bangkit sambil menggoda Angelina.
Steven mencolek dagu Angelina. Ia mengedipkan matanya sambil duduk disebelah Angelina.
"Tidak tahu dan tidak mau tahu!" Pungkas Angelina sambil memegang paha ayam lalu menggigitnya dan mengunyah daging ayam yang lembut itu.
Zico tersenyum saat mendengar ucapan Angelina. Baginya Angelina adalah gadis yang menarik. Ia tidak pernah bertemu dengan gadis yang seunik Angelina. Walaupun dia bukan karyawan di perusahaannya tapi Angelina sudah berani membuat kedua sahabatnya emosi.
Steven dan Devan mengambil semua piring yang ada didepan Angelina. Ayam gorengnya seketika hilang dari pandangan mata Angelina. "Disini adalah tempat duduk kami! Tempat khusus untuk kami bertiga bukan untuk cewek ingusan seperti kamu!" Seru Steven dengan bangga bisa menyingkirkan makanan itu dari mejanya.
Sorot mata Angelina berapi-api. Ia tidak terima ayam goreng kesukannya diambil dan disingkirkan dari meja.
"Hahaha! Sekarang kamu harus pindah dari tempat ini!" Sahut Devan sambil menyuruh Angelina pindah ketempat duduk biasa.
"Buruan!" Seru Steven sambil menyenggol Angelina.
"Gawat, nih, cewek sudah marah! Semoga kalian Beruntung!" Zico pergi dari tempat itu. Ia memilih untuk duduk sedikit menjauh dari mereka bertiga.
Zico menyuruh pelayan untuk membawakan popcorn dan minuman hangat untuknya.
"Ini tuan pesanannya!" Pelayan itu meletakkan pesanan Zico di meja.
Klontang!
Tanpa sengaja Steven menjatuhkan piring berisi ayam goreng milik Angelina. Paha ayam berhamburan dilantai. Sorot mata Angelina manatap paha ayam yang menggelinding dilantai. Makanan kesukaannya terbuang bergitu saja.
"Ayam-ayam ku!" Jerit Angelina dalam hati.
Angelina bangkit dan menatap tajam kearah Devan dan Steven yang cengengesan. Niat mereka hanya untuk menggoda Angelina. Namun, mereka membuat Angelina benar-benar marah.
"Kalian berdua sudah melewati batasanku. Aku akan membuat kalian menyesal!" Seru Angelina dalam hati.
Brak! Pyar!
Angelina menggebrak meja hingga terbelah menjadi dua dan piring-piring diatas meja jatuh.
"..." Devan dan Steven terdiam saat melihat meja itu terbelah.
Bola mata mereka seakan akan terlempar keluar saat melihat meja kayu yang ketat terbelah. Api amarah dalam diri Angelina semakin tersulut. Anglina menghembuskan nafas kasal. Jari jemarinya bergoyang dan bersiap untuk menerkam mangsa.
Steven menyenggol Devan yang berada disebelahnya. Mereka saling menatap dan menganggukkan kepala.
"Kenapa kakak ipar marah-marah? Kita hanya bercanda. Kita gak ada niat untuk mengganggu kakak makan. Kalau tidak percaya tanya saja pada bos," Devan menunjuk kearah Zico.
Namun, sialnya Zico tidak ada meja itu lagi. Devan melirik Steven dan memberi isyarat untuk menolongnya.
Devan menatap Angelina dan melihat hidungnya bergerak. Rasa geli dan ingin tertawa menyelimuti dirinya. Ia berusaha untuk menahannya namun pertahanannya jebol.
"Hahaha ... Steven kamu lihat hidungnya!" Devan menunjuk kearah hidung Angelina.
Steven langsung melihat keatas dan melihat hidung Angelina yang bergerak. Ia ikut tertawa terbahak-bahak.
Plak!
Angelina menampar mereka berdua dengan kedua tangannya. Zico menahan tawa saat melihat ekspresi sahabatnya.
Devan memelototi Angelina. "Beraninya kamu menampar kami! Kamu tidak tau siapa kami?" Devan menyingkirkan meja yang terbelah itu.
Ia mendekati Angelina sambil mengamati penampilan Angelina. Tangannya menjulur dan menangkap pinggang Angelina. Devan mendekap tubuh angelian sambil membisikkan sesuatu ketelinga Angelina.
"Malam ini datang kekamar ku!" seru Devan sambil menyelipkan kartu namanya kantong rok Angelina.
"Bro! Apa yang kamu lakukan? Kamu mau bermain dengan dia?" tanya Steven sambil melihat tingkah Devan.
"Sayang banget kalau gak dimainin," ujar Devan tanpa melihat gerakan Angelina.
Krak!
Angelina menendang kelemahan pria. "Rasakan!" Seru Angelina sambil mendorong tubuh Devan.
"Arghh!" Teriak Devan sambil memegang juniornya.
Angelian melepas sepatunya. Ia memukul kepala Steven dengan sepatunya lalu melarikan diri. Ia tidak mau berurusan dengan mereka lagi.
Sebelum ia menghilang dari pandangan mata Devan dan Steven. Angelina menjulurkan lidahnya lalu mengejek mereka berdua.
"Makanya jangan gangguin orang! Sekarang rasakan akibatnya." Angelina langsung berlari dan bayangannya hilang dari sorot mata Devan dan Steven.