Chereads / Cinta Yang Saling Menyakiti / Chapter 4 - Teman Baru Musuh Baru!

Chapter 4 - Teman Baru Musuh Baru!

"Aku tidak akan melupakan masalah hari ini? Aku akan membalas perbuatan kamu terlepas siapapun kamu!" Seru Angelina dengan kesal.

"Sebelum kamu marah, lebih baik kamu sembunyikan ini dulu," ujar pemuda itu sambil menunjuk bekas cupang dileher Angelina.

Mata Angelina melirik tangan yang berani menyentuh lehernya. "Singkirkan tangan kotormu dari kulitku!" Angelina menepis tangan pemuda itu.

TING! Pintu lift terbuka.

Ia mengambil sapu tangan pemuda itu dari saku jasnya. Angelina melilitkan sapu tangan itu ke lehernya dengan rapi. Setelah selesai, ia mendorong dua pemuda yang sedari tadi tidak berani menoleh kebelakang dengan keras. Sebelum ia menjauh, Angelina melirik kebelakang dan menunjukkan jari tengahnya.

"Aku tidak akan melepaskan dia! Aku pasti bisa membalas perbuatannya yang tidak senonoh!" Seru Angelina dalam hati sambil melanjutkan perjalanannya dengan elegan.

"Sepertinya gadis itu tidak beres," celetuk salah satu pemuda berjas abu-abu.

"Sama seperti kamu, kan, Stev," sahut pemuda berjas biru.

"Sepertinya dia baru akan melamar di sini! Lihat saja pakaiannya! Dia masih memakai pakaian Hitam Putih yang biasanya dipakai untuk melamar kerja," sahut temannya sambil menepuk punggung pemuda itu.

"Kalau tanganmu menepuk punggungku seperti itu lagi, percaya atau tidak aku akan menghilangkan salah satu tanganmu di sini, di tempat ini!" Ketus pemuda itu sambil menekan tombol nomor lift.

"Santai bro! Kalau memasang muka itu jangan terlalu masam. Bukankah tadi sudah mendapatkan penyegar, hahaha." Mereka berdua tertawa sambil menepuk bahu pemuda itu.

"Steven! Devan! Jika kamu terus berbicara, aku akan memutilasi mulutmu!" Ketusnya dengan dingin.

"Perintahkan HRD untuk memberikan pertanyaan yang sangat sulit kepada gadis itu. Aku ingin tahu kemampuan Gadis itu," ujar pemuda itu dengan dingin.

"Siap bos," ujar mereka dengan kompak sambil cengengesan.

TING!

Akhirnya pintu lift terbuka. Mereka keluar dari pintu lift itu secara bersamaan. Di lantai lima belas hanya terdiri dari lima ruangan. Satu ruangan untuk pemimpin di perusahaan Luxury Alexander sedangkan empat lainnya untuk meneger keuangan, ruangan sekretaris, satu ruang pertemuan, dan ruang pribadi Presdir.

"Selamat datang bos! Selamat datang manager Devan dan manager Steven!" Tiga gadis cantik menyambut mereka bertiga.

"Kembali bekerja!" Tegasnya tanpa senyum dan tanpa melihat ketiga gadis itu.

"Baik bos."

Mereka bertiga berpisah satu persatu. Devan dan Steven masuk kedalam ruangannya begitupun dengan pemuda itu.

***

Lantai tiga, ruangan khusus untuk tes.

"Gawat! Waktu ku tinggal satu menit lagi. Mana, sih, ruangannya?" Angelina celingak-celinguk mencari ruang khusus untuk wawancara.

Seseorang melambaikan tangan kepadanya. Ia mencopot sepatunya dan berlari menghampiri orang itu. Angelina memberikan amploknya kepada petugas dan duduk dikursi tunggu.

"Kamu silakan tunggu di sini dan berkas kamu akan saya bawa masuk ke dalam. Kamu akan mendapat giliran terakhir karena kamu terlambar satu detik," ujar petugas itu dengan ketus.

Angelina duduk di kursi tersebut dan melihat sekeliling. Tangan dan kakinya tidak bisa diam. Angelina menghentakkan kaki itu kelantai dengan pelan dan menimbulkan irama yang membuat orang lain terganggu.

Seorang gadis berambut pirang menoleh kebelakang. Ia menatap Angelina dengan tajam. "Nona! Bisakah kakimu itu diam? Apakah kamu tidak melihat kami terganggu dengan bunyi sepatumu itu?" Protes gadis itu sambil memelototi Angelina.

"Memangnya kamu siapa? Ini, kan, sepatuku terserah aku dong! Kalau kalian terganggu tinggal tutup aja telinga kalian! Gitu aja repot," Sahut Angelina dengan tatapan sinis.

"Aku bukan siapa-siapa. Aku tahu itu sepatu kamu dan itu hak kamu mau melakukan apa tapi tolong kamu perhatikan sekitar dan lihat situasi. Jangan seenaknya saja!" Tutur gadis itu dengan baik.

"Aku tidak bisa diam! Kenapa? Masalah buat kamu? Aku memang tidak bisa diam. Kalau kamu terganggu lebih baik kamu pindah, bereskan!" Seru Angelina dengan santai.

"Iya! Memang masalah buat aku!" Bentak gadis itu. Ia naik keatas bangku dan menatap Angelina dengan tajam.

Angelina dengan santai tersenyum sinis kearah gadis itu. Ia tersenyum miring dan membuat gadis itu tambah kesal. Mereka berakhir dengan adu pendapat dan membuat suasana menjadi gaduh.

"Apakah kalian berdua bisa diam? Kalau kalian tidak bisa diam, aku akan mengusir kalian dari ruangan ini dan kalian dinyatakan gugur di wawancara ini!" petugas itu menatap Angelina dan gadis itu secara bergantian.

Mereka terdiam dan tidak berani membantah. Angelina tersenyum dengan puas. "Mau mengalahkanku dalam adu pendapat, kamu salah pilih lawan!" Seru Angelina dalam hati.

Gadis itu menoleh kebelakang dan tersenyum miring kepada Angelina. "Urusan kita belum selesai!" Seru gadis itu melalui bahasa bibir.

"Aku tunggu," jawab Angelina dengan isyarat.

Angelina dan gadis itu kembali duduk dengan tenang. Ketukan dari sepatu Angelina terus terdengar ditelinga gadis itu dan membuat dia semakin kesal.

***

Setelah sekian lama menunggu seperti menunggu cinta yang tidak terbalas. Angelina akhirnya dipanggil bersama gadis yang berdebat dengan dia.

"Kita belum selesai!" Bisik gadis itu lalu pergi meninggalkan anglina.

Angelina membalasnya dengan senyuman yang aneh. Ia melihat wajah para HRD yang nampak tegang dan tidak bersahabat. Angelina menelan salivanya. Ia memejamkan matanya dan mengatur nafas agar tidak tegang.

"Selamat pagi pak," sapa Angelina sambil berdiri.

Para HRD tetap diam tanpa mempersilahkan Angelina untuk duduk. Mereka mewawancai Angelina dan membiarkan Angelia berdiri. Angelina menjawab semua pertanyaan sulit yang mereka lontarkan padanya.

"Nona sangat pintar sekali. Apakah nona pernah melamar pekerjaan sebelumnya?" tanya salah satu HRD.

"Tidak pernah! Kapan aku melamar pekerjaan? Lihat saja disana! Disitu tertulis aku baru lulus dan melamar di perusahaan kalian. Kalau aku tidak pintar maka namaku bukan Angelina. Apakah kalian sudah selesai bertanya? Kalau sudah selesai aku akan keluar." Angelina menyombongkan diri karena berhasil menjawab pertanyaan yang di lontarkan HRD.

Tiga HRD yang sedang duduk tidak bisa berkata-kata. "Emmm ... baiklah! Nona bisa keluar sekarang dan menunggu hasilnya!" ujar salah satu HRD sambil menunjuk kearah pintu keluar.

"Memangnya mereka kira aku buta," batin angelina.

Anglina keluar dari ruangan itu tanpa mengucapkan apapun. Ia hanya melirik tajam kearah HRD itu sambil melempar senyum mengejek.

Semua peserta tes wawancara disuruh menunggu untuk melihat pengumpan siapa saja yang lolos untuk tahab selanjutnya. Angelina memilih untuk duduk di bangku paling belakang dan paling pojok sambil melihat semua orang yang saling menyapa satu sama lain. Ia sangat malas untuk perkenalan dengan mereka karena dandanan mereka yang terlihat tidak pantas untuk seorang pelamar.

Seorang gadis berkacamata menghampiri Angelina yang duduk di pojok. Dia menjulurkan tangannya di hadapan Angelina sambil menyapa. "Hai, boleh aku duduk di sini?" Tanya gadis itu sambil bersalaman dengan Angelina.

Angelina menyuruh Gadis itu untuk duduk di sebelahnya. Dia melemparkan senyum yang indah kepada gadis itu. "Kenapa kamu kesini? Padahal mereka semua membenciku. Apakah kamu tidak membenciku juga seperti mereka?" Tanya Angelina sambil memandang wajah gadis itu.

Gadis itu membuat naikkan kacamatanya lalu menatap mata Angelina. "Aku tidak membencimu. Alasan apa yang membuat ku harus membencimu? Oh, ya, perkenalkan namaku Nana. Bolehkah aku tahu namamu?" Tanya Kak di situ sambil memegang tangan Angelina.

"Aku adalah Angelina Faraditha Anand. Panggil saja aku Angelina." Angelina memeluk Nana dengan erat sambil mengelus punggung Nana.

Nana sangat senang bisa mengenal Angelina dan diterima sebagai teman oleh Angelina. "Angelina ... nama kamu seperti malaikat, ya. Aku sangat senang bisa berkenalan dengan kamu dan bisa berteman dengan kamu."

"Apa yang mereka obrolin di sana? Kenapa di sana sangat ramai sekali?" Angelina menatap para gadis-gadis yang sedang membicarakan sesuatu dengan semangat.

"Mereka sedang membahas pak Alexander. Orang terkaya dan terpopuler dikalangan pembisnis muda." Nana mengambil sesuatu dari tasnya.

Ia memberikan sebuah permen kepada Angelina. "Makanlah! Permen ini enak sekali. Ibuku yang membuatnya!" Seru Nana sambil membuka bungkus permen.

Angelina membuka bungkus permen itu dan memakan permen pemberian Nana. "Emm ... ini sangat enak sekali! Apakah ibu kamu pengusaha permen?" tanya Angelina sambil melihat wajah Nana.

"Tidak! Dia selalu membuatkan ku permen sewaktu masih kecil."

"Lebih baik kita ikut bergosip disana! Siapa tahu bisa mendapatkan informasi penting."

Ia mengajak Nana untuk ikut bergabung bersama mereka. Angelina Hanya duduk dan mendengar apa yang mereka bicarakan. Gadis yang ingin bertarung dengannya merupakan putri walikota. Dia adalah Ellia Davidson.

"Apakah kalian pernah bertemu dengan Presdir diperusahaan ini?" tanya Ellia kepada semua orang.

"Tidak!" Jawab mereka semua dengan tegas.

"Kalian kurang beruntung! Aku pernah bertemu dengannya. Waktu itu ayahku membuat pesta untuk kalangan orang atas dan ayah mengundangnya untuk datang. Pesta Itu hanya segelintir orang saja yang bisa hadir. Salah satu tamu ayah adalah tuan muda Alexander. Saat dia datang pandangan semua orang tertuju padanya. Tatanan rambut yang rapi, badan yang atletis, wajah yang tampan, bibirnya yang indah, dan saat dia tersenyum walaupun sedikit saja ada dua lesung pipi di wajahnya. Tampan dan manis!" tutur Ellia dengan antusias sambil memamerkan gelang jam edisi terbatas miliknya.

"Apakah kamu pernah mengobrol dengannya?" tanya seorang gadis di samping Ellia.

Ellia menoleh dan melihat gadis itu. "Tidak! Siapapun tidak ada yang berani bicara dengannya kecuali dua tuan muda dari keluarga Kasela. Tuan muda dari keluarga Kasela juga sangat tampan. Sifat mereka yang sangat ramah membuat semua orang ingin berkenalan dengannya dan mencium bibirnya yang menggoda itu. Aku-aku pernah mengobrol dengan salah satu dari mereka. Kalian tahu apa yang dia katakan pada ku?" Ellia membuat semua orang penasaran dengan ceritanya termasuk Angelina.

"Dia mengatakan apa?" Sahut Angelina dengan keras.

"Dia mengatakan aku sangat cantik dan dia mencium tanganku dengan bibirnya yang lembut itu! Saat itu aku ingin pingsan ditempat," jawab Ellia.

"Cantik dari mana? Bodi seperti ikan buntel gitu, cantik? Matanya pasti rabun tuh!" Seru Angelina dengan santai.

Ellia menghentakkan kaki ketanah. Ia tidak terima dikatakan ikan buntal. Matanya berapi-api saat menatap sosok Angelina. Ellia menghampiri Angelina dan ingin menamparnya. Namun, Angelina menangkap tangan Ellia.