"Angelina lupakan dia! Dia itu gak butuh kehadiran kamu. Kenapa kamu masih menyimpan fotonya? Bodoh!" Seru Angelina sambil menepuk kedua pipinya.
Angelina memasukkan foto itu kedalam laci. Dia lanjut untuk memakai cream siang diwajahnya. Setelah semua siap, Angelina segera turun. Dengan stelan hitam putih, membuat Angelina semakin percaya diri.
Netranya melihat jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh. "What?!" Pekiknya sambil menatap jam dinding.
"Semua ini gara-gara mama! Angelina udah mau telat gara-gara mama gangguin Angelina mandi," ujar gadis itu dengan kesal.
"Apa?! Kamu menyalahkan Mama karena kamu hampir telat. Salah siapa tadi disuruh bangun malah molor terus. Rasain kamu sekarang!" Seru Mama Angelina sambil mengangkat spatula.
Angelina tidak membalas perkataan mamanya. Ia berlari ke meja makan dan meraih roti yang hendak dimakan oleh ayahnya. "Ini buat Angelina, ya, yah? Ayah bisa buat roti lapis lagi dan makan hingga kenyang." Angelina berlari keluar sambil memakan rotinya.
"Ini lagi, Kenapa, sih, taksi itu kalau dibutuhkan tidak ada yang muncul? Mana waktu tinggal dua puluh menit lagi ... taksi! Taksi! Taksi!" Angelina melambaikan tangannya untuk menghentikan taksi yang kebetulan lewat.
"Pak pergi ke perusahaan Luxury Alexander! Usahakan yang cepat, ya, pak soalnya ini waktu saya sudah mepet!" Pinta Angelina sambil menutup pintu taksi.
Broomm!
Taksi itu melaju dengan cepat melewati beberapa mobil. Sopir taksi meminta bayaran double karena jalanan di Beijing sangat ramai.
Perjalanan Angelina tak memakan banyak waktu. Ia sampai di perusahaan Luxury Alexander hanya dalam waktu sepuluh menit. "Ini pak uangnya! Terima kasih Pak karena sudah menuruti permintaan saya!" Angelina memberikan uang itu kepada sopir taksi lalu ia berlari menuju ke lobby perusahaan Luxury Alexander.
"Huft! Semoga wawancaranya belum dimulai! Kalau sampai wawancaranya sudah dimulai, mati aku!" Seru Angelina sambil menatap perusahaan itu..
Angelina menghampiri dua orang resepsionis. Ia bertanya tempat wawancara untuk karyawan baru. Mereka memberitahu Angelina tempatnya dan menyuruh Angelina untuk naik lift agar cepat sampai di lantai tiga.
"Terimakasih," ujar angelina.
***
Di bawah parkiran perusahaan Luxury Alexander sebuah mobil mewah berhenti di tempat parkiran khusus. Pintu mobil terbuka, sepasang kaki keluar dari dalam mobil. Seseorang berdiri membelakangi mobil itu sambil memakai kacamata hitam.
Ia berbalik badan dan beberapa orang menyambutnya. Ia memakai PIN emas di jas hitam yang ia pakai. Sebuah PIN khusus untuk keluarga kolongmerat.
Pemuda itu menghampiri anak buah sambil merapikan kancing di lengannya.
"Selamat datang tuan muda!" Seru mereka dengan kompak sambil membungkukkan badan.
"Lakukan tugas kalian dengan baik! Saya tidak butuh anak buah yang tidak berguna," ujar pemuda itu sambil melambaikan tangan kepada seseorang.
"Kembali bekerja! Saya ada urusan penting dengan dia!" Perintah pemuda itu sambil menghampiri seseorang.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya pemuda itu kepada seorang wanita berbaju merah pendek.
Wanita itu mengalungkan tangannya keleher pemuda itu. "Aku rindu! Aku ingin menghabiskan malam ini dengan kamu," ujarnya sambil menggoda pemuda itu.
Brak!
Pemuda itu mendorong dia hingga terjatuh dan menabrak sebuah mobil. Tangannya meraih leher leher wanita itu. Ia mencekik leher wanita itu dengan kesal.
"Aku tidak akan tergoda dengan wanita hina seperti kamu! Wanita kotor yang sudah dipakai oleh banyak pria, aku tidak sudi menghabiskan malam dengan kamu." Pemuda itu semakin mencekik wanita itu dengan kuat.
"Le-pas-kan!" seru wanita itu dengan terbata-bata.
"Enyah kamu dari sini!" Perintah pemuda itu sambil menghempaskan tubuh wanita itu dengan keras.
Ia pergi meninggalkan wanita yang tengah tergeletak dengan nafas tersengal-sengal. Pemuda itu memasuki lobi kantor dengan elegan. Seperti biasa ia selalu memakai masker diwajahnya untuk menyembunyikan identitasnya.
"Lihat! Lihat! Lihat! Presiden sudah datang bersama dua manajer yang sangat tampan!"
"Wah! Lihat, tuh, tuan muda yang sangat tampan!"
"Jaga matamu! Kamu tidak lihat sorot matanya yang sangat tidak bersahabat itu. Sepertinya dia sedang marah akan sesuatu," ujar salah satu resepsionis sambil mencolek lengan temannya.
Di sisi lain Angelina sedang berdesak-desakan mengantri di depan lift khusus untuk karyawan umum. Waktu yang sudah sangat mepet membuat dia semakin frustasi. Ia melihat satu lift yang kosong dan tidak ada orang yang mengantri lift itu.
Dengan berani ia melangkahkan kakinya dan berdiri di depan lift kosong itu. Ia menekan tombol dan lift itu terbuka. Sebelum ia masuk lift dia menengok ke kanan dan ke kiri. "Kenapa orang-orang memilih berdesak-desakan di sana? Padahal di sini ada lift kosong," ujarnya sambil melihat antrian panjang di lift sebelah. Ia menghentikan bahunya sambil menggelengkan kepalanya.
"Nona! Lift ini khusus untuk presdir! Anda tidak boleh masuk!" Seru seseorang dari belakang.
"Aku tidak peduli! Mau lift ini khusus untuk presdir, khusus untuk presiden, aku bodoh amat!" Seru Angelina sambil menatap orang itu dengan kesal.
"Anda akan menyesal!" Orang itu memberikan sebuah peringatan untuk Angelina sebelum ia pergi.
"Aku tidak peduli, yang penting aku sampai disana tepat waktu," ucap Angelina sambil masuk kedalam lift.
Pintu lift perlahan mulai menutup. Tiba-tiba tiga tangan menjulur kedalam dan membuat pintu itu terbuka kembali.
Tiga orang pemuda masuk kedalam lift. Sorot mata mereka bertiga menatap heran kearah Angelina. Mereka melihat Angelina dari atas sampai bawah.
"Permisi! Apakah nona tidak tahu peraturan disini?" tanya seorang pemuda berjas biru.
Angelina menoleh kebelakang. Ia melihat pria itu dengan kesal. "Peraturan apa? Peraturan tentang lift ini khusus untuk presdir. Aku tidak percaya, kecuali Presdir sendiri yang menjelaskannya padaku!" Seru Angelina lalu berbalik dan menekan angka tiga.
"Gadis yang menarik!" Seru pemuda berjas hitam dengan pin emas menempel.
Angelina saat itu langsung membalikkan badan dan menatap pemuda yang berada ditengah. "Apa kamu bilang? Gadis yang menarik ... menarik, pala lo peyang! Dasar lelaki mesum!" Gerutu Angelina sambil menjitak kening pemuda itu dengan tangannya.
"Tunggu tunggu tungu! Sepertinya kita pernah bertemu disuatu tempat ... tapi dimana?" Angelina menatap wajah pemuda itu sambil mengamati wajah yang tertutup oleh kain hitam.
Sorot mata pemuda itu sedikit terkejut. Ia mengingat dengan jelas wajah gadis didepannya. Dia adalah gadis yang ditemui sewaktu ditaman. Gadis itu juga yang memarahi dia habis-habisan.
"Rupanya takdir mempertemukan aku dengan dia sekali lagi," batin pemuda itu sambil menatap Angelina.
"Apa lihat-lihat?" Sungut Angelina dengan kesal.
Kedua teman pemuda itu terkejut. Mereka menyaksikan sebuah momen langka. Pemuda yang berada didepan Angelina mengepalkan tangannya. Ia menahan emosinya yang sudah mau meledak sejak berada diparkiran.
"Pergi dari hadapanku!" Perintah pemuda itu.
"Kenapa aku harus pergi? Lagian, pintu lift belum terbuka. Jadi, aku tidak akan pergi." Angelina membalikan badan dan membelakangi pemuda itu.
Pemuda itu meraih tangan Angelina dan menariknya kebelakang. Ia menyuruh kedua temannya untuk maju dan tidak melihat kebelakang. Mereka perlahan maju sambil mengedipkan mata kearah Angelina.
"Lepaskan tangan ku! Dasar lelaki tidak tahu diri!" Pekik Angelina sambil memberontak.
"Percuma kamu memberontak! Aku tidak akan melepaskan kamu!" Ancam pemuda itu.
Ia menarik tubuh Angelina kedalam dekapannya lalu menghempaskan tubuh Angelia kedinding lift lalu menguncinya. Perlahan wajahnya mendekat ketelinga Angelina.
Huftt
Dia meniup daun telinga Angelina. "Aku tidak pernah melepaskan siapapun yang berani membentak ku! Namun, kamu berbeda. Aku akan memberikan sesuatu sebagai hadiah pertemuan pertama kita," bisik pemuda itu tepat ditelinga Angelina.
Bibirnya yang lembut dan hangat menempel di daun telinga Angelina. Mata Angelina terbelalak saat merasakan sesuatu yang menyapu telinganya.
"Ahh! Lepaskan aku!" Teriak Angelina sambil berusaha membuka kuncian orang itu.
Tangan pemuda itu meraih pinggul Angelina. Ia meraih tubuh Angelina lalu memeluk Angelina dengan erat.
"Dasar pria mesum!" Pekik Angelina sambil mendorong tubuh pemuda itu.
Cup!
Pemuda itu memberikan kecupan lembut keleher Angelina. Ia mencium leher jenjang Angelia dan meninggalkan jejak merah di sana. Tubuh Angelina sempat menggelinjang saat merasakan bibir lembut pemuda itu menyapu kulitnya.
"Ahh~" desahan itu keluar dari mulut Angelina. Namun, Angelina langsung menutup mulutnya.
Senyum tipis terbit dibibir pemuda itu. Ia kembali memakai maskernya dan melepaskan Angelina. Netra melihat wajah Angelina yang memerah.
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pemuda itu. Dengan mata berkaca-kaca Angelina menampar pemuda itu dua kali. Ia mengacungkan jari telunjuknya.