Chereads / Cinta Yang Saling Menyakiti / Chapter 2 - Drama Ibu dan Anak

Chapter 2 - Drama Ibu dan Anak

Saat gadis itu menatap kepergian seseorang, dari kejauhan ada sosok wanita paruh baya memanggil namanya. "Angelina!!! Dimana kamu sayang?" Teriak wanita paruh baya dari kejauhan.

Setelah mendengar teriakan, gadis itu langsung bergegas menuju ke asal suara itu. Ia melihat mamanya dari seberang jalan. Gadis itu langsung berlari dan menghampiri asal suara.

"Mama! Angelina kangen sama mama," ujar gadis itu dengan manja sambil memeluk mamanya.

Plak!

Sebuah sentilan lembut mendarat di kening Angelina. Gadis itu langsung mengerucutkan bibirnya dan memasang wajah kesal. Dielus-elus kening yang sedikit sakit.

"Umur kamu sudah menginjak dua puluh lima tahun. Seharusnya kamu sudah menikah dan memberikan mama seorang cucu yang gemuk dan menggemaskan. Kamu lihat teman-teman kamu! Mereka sudah hidup bersama suaminya dan memiliki anak yang menggemaskan. Kamu kapan?" tanya mamanya sambil mencubit pipi tembem Angelina.

Tangan Angelina meraih dua tangan yang mencubit pipinya. Dengan bibir mengerucut, Angelina berbicara dengan nada manja. "Ihhh, mama! Aku tidak mau menikah. Aku maunya sama mama dan papa. Kalau nanti aku menikah, mau gak mau, suamiku harus ikut denganku dan kita tinggal bareng. Pokoknya Angelina gak mau tahu! Dia harus tinggal dengan kita!" Seru Angelina sambil melepaskan memeluk mamanya.

Mama Angelina hanya tersenyum. Ia mengacak-ngacak rambut Angelina sambil tertawa. "Hari sudah sore, ayo kita segera pulang! Nanti papa kamu mencari kita!" Ajak mama Angelina.

Mereka pulang dari taman Ritan Gongyuan dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan mereka terus tertawa dan mengobrol. Angelina menceritakan semua kejadian yang ia alami di taman tersebut. Dengan setia mama Angelina mendengarkan cerita putri kesayangannya.

"Itu semua bukan hanya salah pemuda itu tapi kamu juga salah. Seharusnya kamu harus ikut meminta maaf kepada pemuda itu," ujar mama Angelina setelah mendengarkan cerita Angelina.

Angelina menghentikan langkahnya. Ia menatap wajah wanita itu dengan kesal. "Ihhh, mama, kenapa malah belain dia, sih? Aku ini anak mama, loh! Mama harus belain Angelina!" Kesal Angelina.

"Kalau kamu tidak salah, mama akan belain kamu. Tapi kamu juga salah sayang! Kamu harus meminta maaf kepada pemuda itu jika kalian bertemu." Tutur mama Angelina sambil melihat luka di siku Angelina.

"Sakit?" tanya mama Angelina sambil menekan luka disini Angelina.

Angelina berteriak kesakitan. "Sakit, ma!" Pekik Angelina sambil memelototi dan menepis tangan wanita paruh baya itu.

Mama Angelina menghembuskan nafas kasar sambil melihat anaknya. Ia tidak menyangka jika Angelina akan berubah menjadi wanita yang keras kepala. Senyum bahagia terbit dibibirnya dengan sama hingga Angelina tidak bisa melihatnya.

Mereka saling terdiam disepanjang jalan. Sesekali Angelina melirik wanita yang telah melahirkan dia kedunia ini. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan pelan. Ditarik tangan wanita itu sambil tersenyum cerah.

Langit berwarna jingga perlahan mulai gelap. Matahari yang bersinar perlahan hilang ditelan alam. Semua nampak sepi dan tidak ada suara kebisingan seperti siang hari.

***

Cahaya matahari yang menyilaukan mata melewati setiap celah jendela dengan sempurna. Ocehan suara alarm yang keras menjadi pembuka hari bagi gadis itu.

Suara alarm yang membengkakan telinga membuat seseorang yang tengah memeluk guling terganggu. Gadis itu menggeliat sambil mengeluarkan suara kemalasannya. Tangan yang putih bersih menjulur keatas.

Angelina menggeliat di bawah selimut sambil membuka matanya dengan malas. "Hoamm~" Mulutnya terbuka lebar saat dia sedang menguap dan meregangkan otot-ototnya.

Tangan Angelina menjulur keatas meja dan meraih alarm yang terus berbunyi. Dalam keadaaan setengah sadar dia berusaha mematikan alarm itu. Namun, alarm tak kunjung berhenti dan membuat Angelina semakin kesal.

Jarinya yang lentik mencari-cari tombol alarm. "Mana, sih, tombolnya?" ujar Angelina sambil meraba-raba badan alarm yang terus bergetar saat berbunyi.

Brak!

Angelina melempar alarm ketembok. Alarm yang malang hancur berkeping-keping. "Rasakan! Siapa suruh kamu terus berdering dan mengganggu tidurku," guman Angelina sambil menarik selimut dan menutup kepalanya.

Angelina kembali melanjutkan tidur dan ingin menyambung mimpi yang sempat terhenti. Namun, dia melupakan sesuatu yang penting hari ini.

Dari luar, mama Angelina membuka pintu dan membanting pintu dengan keras. Ia melihat Angelina masih yang tertidur pulas. Dengan kesal ibu gadis itu berjalan sambil menghentakkan kaki dilantai.

"Gadis ini tidak pernah berubah sama sekali. Ini keseratus kalinya alarm rusak. Pagi-pagi sudah membuat orang emosi. Anak ini harus diberi pelajaran biar kapok," ujar mama Angelina dengan kesal.

Mama Angelina menggulung lengannya keatas. Ia menghampiri Angelina sambil membawa spatula berwarna hitam.

Mama Angelina mengambil nafas dalam dan menahannya. Dia mebgambil momen yang pas untuk membangunkan putrinya. "A N G E L I N A!!" Teriaknya dengan keras sampai-sampai ayah Angelina yang berada di lantai satu tersedak air minum.

Sorot mata pria itu menatap kelantai dua. "Lama-lama jebol, nih, telinga. Pagi-pagi selalu saja denger dia teriak-teriak, apakah mulut dia terbuat dari speaker?" celetuk papa Angelina dengan kesal.

Mama Angelina mengayunkan spatulanya dan memukul pantat Angelina. Ia terus memukul pantat Angelina hingga terbangun.

Rasa perih dipantat membuat Angelina mau tidak mau harus bangun. Ia menatap tajam kearah wanita paruh baya itu. Bibirnya yang mungil mengerucut sempurna. "Mama! Mama apa-apaan, sih? Sakit pantat aku!" Gerutu Angelina sambil mengelus pantat yang mulai memerah.

Mama Angelina semakin kesal saat melihat tingkah laku putri kesayangannya. Ia mengayunkan spatula kembali dan ingin memukul pantat Angelina. Namun, Angelina langsung melompat dari ranjang dan lari terbirit-birit ke kamar mandi.

Sebelum ia masuk kedalam kamar mandi, Angelina menjulurkan kepalanya keluar pintu. "Mama tidak bisa memukulku lagi sekarang! Angelina bebas! Angelina mau tidur lagi dikamar mandi! Bye-bye mama!" Teriak angelina sambil mengunci pintu kamar mandi.

"Dasar anak durhaka! Jangan salahkan siapapun kalau kamu telat wawancara hari ini! Perusahaan yang kamu lamar bukan perusahaan kecil. Perusahaan itu perusahaan besar. Kalau kamu mau melanjutkan tidur silahkan dilanjut!" Teriak mama Angelina sambil meninggalkan kamar Angelina dan menutup pintu dengan halus.

Mata Angelina seketika langsung terbelalak saat mendengar ucapan mamanya. Ia memukul kepalanya karen melupakan hari yang begitu penting. "Dasar Angelina pikun! Hari ini, kan, kamu akan pergi wawancara. Kenapa aku gak ingat sama sekali,sih?" ujar Angelina sambil menepuk keningnya.

Dengan cepat Angelina menyalakan shower. Ia mengguyur tubuhnya dengan air shower yang hangat.

Di bawah, mama Angelina sedang memasak didapur. Sebuah ide jahil muncul dalam benaknya. "Rasakan kamu!" Seru wanita itu sambil melirik ke arah kamar Angelina.

Beberapa menit kemudian, ada teriakan dahsyat dari kamar Angelina. Papa Angelina menutup telinganya dan berharap pertarungan mereka segera berakhir.

"Mama!!!" Teriak Angelina dengan keras dan melengking.

Ia menoleh kearah istrinya. "Ma! Buruan nyalakan airnya! Kasihan anak kita!" Pinta papa Angelina.

Mama Angelina melirik suaminya dengan tajam disertai hawa membunuh yang pekat. Ia tidak merespon perkataan pria itu.

"Mama!!! Dimana kamu?" Teriak Angelina sambil menuruni tangga.

Rambut Angelina masih tertutup busa sampo. Ia terpaksa turun hanya memakai handuk dan berlari kebawah.

"Papa! Belain dong anaknya! Jangan diam melulu, setiap hari mama menindas Angelina tapi papa hanya diam saja. Papa pilih kasih!" Protes Angelina sambil melihat papanya yang sedang meminum kopi di meja.

"Lihat jam! Matamu itu ditaruh dimana? Sekarang sudah jam berapa dan kenapa kamu masih belum siap? Mau mama mandiin pakai air bekas cucian beras ini." Mama Angelina mengangkat ember berisi air cucian beras.

Angelina lari terbirit-birit menuju kamar mandi pelayan. Ia segera membersihkan rambutnya. Setelah itu ia berlari saat ia melihat seseorang sedang menyiapkan sarapan. Angelina meledek wanita itu dengan menjulurkan lidahnya keluar.

"Bye-bye mama jelek!" Ejek Angelina sambil memukul pantatnya.

Klontang!

Sepatula melayang dan hampir mengenai kepala Angelina. Untung saja Angelina sempat mengelak.

"Wee ... gak kena! Gak kena!" Angelina terus meledek mamanya sambil naik ke atas.

Tangannya meraih gagang pintu. Ia membuka pintu kamarnya dan langsung berpakian lengkap. Angelina duduk didepan cermin sambil melihat wajah yang kini bersih dari jerawat.

Matanya menatap foto sudut meja rias. Kenangan itu muncul sekilas dibenaknya. "Huft~ semoga kita tidak bertemu lagi," guman Angelina sambil membalikkan foto itu.