"Gak Kok, darimana saya bisa tahu. Sedangkan ini kali pertama saya ke sini, Tuan. Saya memang orangnya begini, tidak suka norak seperti dia." Zeline berkilah dan malah meledek Lexis yang bersikap berlebihan.
"Kenapa saya yang kena sih, Sis. Saya tidak tau apa-apa malah diikut-ikutin," gerutu Lexis.
"Sudah-sudah, ayo kita ke ruang kerja kalian." Alvaro menengahi lalu berjalan menuju sebuah ruangan berbeda.
Alvaro membuka pintu, telihat ruangan dengan layar-layar komputer besar dan keyboard super canggih yang masih Zeline ingat. Bagaimana dia bekerja di depan layar-layar itu selama in,i seolah berlkilas balik di dalam pikirannya. Lexis yang melihat alat-alat super canggih itu dengan antusias langsung mendekati dan duduk di kursi kerjaannya dengan mata berbinar.
"Wow, fantastik! Benar-benar canggih dan luar biasa," celetuk Lexis mengeluarkan pujian dari mulutnya.
"Hust, jangan berisik kebiasaan kamu nih. Nanti malah ganggu yang lain," omel Zeline sama seperti di masalalu.