Sebulan sudah Zeline dan Lexis bekerja di perusahaan Alvaro, Mereka mulai terbiasa dengan pekerjaannya. Kesibukan mereka dalam bekerja membuat Alvaro kagum, mereka bahkan akan terus bekerja meski sudah pulang kerumah. Alvaro selalu memperhatikan apa yang mereka kerjakan.
"Yey, hari ini gajian. Apa aku boleh pulang sebentar nanti ya, aku ingin mengantarkan uang sekaligus melihat keadaan mereka. Tapi bagaimana caranya meminta ijin ya, sedangkan untuk pulang pergi ke rumah tuan Alvaro saja kita harus diantar jemput. Tapi aku sangat merindukan keluargaku," ucap Lexis saat mereka berjalan untuk keluar rumah.
"Kamu bilang saja nanti, mungkin akan di antar oleh asisten Rafael. Bilang saja kamu merindukan keluargamu, mintalah ijin menginap semalam di sana. Kan kamu tau, tuan Alvaro seperti itu karena pekerjaan kita beresiko, akan ada banyak orang yang mencari tau siapa kita. Bisa jadi itu membahayakan kita," jelas Zeline menyahuti Lexis.
"Tapi, kita kan bekerja di dalam ruangan. Siapa yang bisa tau apa pekerjaannya kita di perusahaan itu?" tanya Lexis heran.
"Orang jahat akan memiliki seribu akal, kita tidak tau bagaimana cara mereka untuk mencari tau. Bukankah mencegah lebih baik, itulah yang sedang dilakukan tuan Alvaro." Zeline berusaha membuat Lexis memahami, bagaimana pekerjaan mereka sangat beresiko.
"Iya aku paham, udah nanti aja kita bahas di mobil. Aku akan minta ijin pada tuan Alvaro, semoga saja beliau mengijinkan." Lexis menghentikan obrolan mereka, karena mereka sudah hampir sampai di teras rumah Alvaro.
Dua sahabat itu langsung naik ke dalam mobil, seperti biasanya, Lexis akan duduk di depan sementara Zeline di belakang bersama Alvaro. Entah kenapa seminggu ini Alvaro meminta mereka pindah ke mobil yang di tumpanginya, padahal selama ini mereka menaiki mobil yang berbeda.
Tidak terlalu lama menunggu, pintu mobil di buka kembali oleh Rafael. Alvaro naik ke dalam mobil, Zeline bergeser saat Alvaro naik ke dalam mobil. Setelah menutup pintu, Rafael berputar dan naik ke kursi kemudi. Mobil pun melaju meninggalkan perkarangan rumah, dua mobil anak buah Alvaro yang lain mengikuti dari belakang.
Alvaro memang selalu di kawal, sebagai pegawai pemerintahan yang terkenal adil dan tidak senang dengan kecurangan-kecurangan yang di lakukan oknum-oknum pemerintahan, akhirnya membuat Alvaro menjadi incaran mereka. Ada saja orang-orang yang ingin mencelakainya, tapi seperti tidak pernah takut Alvaro tetap mempertahankan apa yang menjadi pendiriannya. Alvaro tidak pernah mau saat rekan-rekannya memintanya melakukan hal yang menjurus pada kejahatan. Bahkan Alvarolah yang sering membuka kedok mereka, lewat perang dunia teknologi Alvaro sering membongkar kejahatan mereka.
"Tuan Alvaro, apa boleh setelah pulang bekerja nanti saya pulang ke rumah. Saya merindukan keluarga saya, besok pagi saya akan langsung pergi bekerja dari rumah. Apalagi hari ini gajian, Saya ingin mengantarkan uang itu sendiri untuk ibu saya," tutur Lexis meminta ijin Alvaro.
"Apa kamu tidak takut jika sampai diketahui orang dan di tangkap? Saya tidak ingin bawahan saya celaka, itu kenapa saya memberikan tempat tinggal pada kalian. Karena tugas sayalah menjaga keselamatan kalian," sahut Alvaro menjelaskan.
"Hanya semalam saja, Tuan. Saya janji akan menjaga diri, lagi pula tidak akan ada yang tau saya siapa. Saya bukan Zeline, yang memegangi peranan penting dalam Cyber Security. Jadi kemungkinan mereka mengincar saya itu kecil," ucap Lexis meyakinkan Alvaro.
"Ya sudah jika kamu yakin, tapi Ingat kamu hanya boleh langsung pulang ke rumah. Jangan pergi kemanapun, anak buah saya yang akan mengantar dan menjemputmu besok. Kau tidak minta pulang juga kan?" tanya Alvaro menoleh pada Zeline.
"Tidak, Tuan. Saya akan tetap di rumah, lagi pula tidak ada yang saya sangat rindukan di rumah. Paling nanti saya akan mengirimkan uang saja, karena bibi hanya membutuhkan itu saat ini. Jadi saya tidak akan kemana-mana," jawab Zeline.
"Baguslah kalau begitu, saya juga tidak akan mengijinkan kalau kamu ingin pulang. Karena kamu bisa terancam," gumam Alvaro pelan.
"Kalau tidak diijinkan kenapa di tanya, Tuan Alvaro. Tapi bagaimana caranya kami menikmati hasil jerih payah kami kalau tidak bisa kemana-mana. Apalagi selalu ketakutan seperti sekarang," celetuk Zeline menyahuti ucapan Alvaro.
"Mau bagaimana lagi, itu resiko pekerjaan kalian. Itu kenapa saya memberikan kalian upah yang besar, karena resiko pekerjaan ini juga besar." Alvaro menjelaskan alasannya memberikan upah besar kepada mereka.
"Apa pekerja yang lain juga seperti kami?" tanya Zeline penasaran.
"Mereka tinggal di Mess yang di jaga ketat, mereka akan pulang dan pergi kerja di antar langsung oleh anak buah saya. Mereka boleh keluar asal jangan sampai dikenali, itu kenapa yang perempuan pun akan berdandan sebagai laki-laki. Jadi sama saja, hanya saja tempat tinggalnya yang berbeda." Varro pun mengungkapkan tentang rekan-rekan kerja Zeline lainnya.
Sebenarnya semua aturan itu tidak berlaku pada seluruh pekerja Alvaro, hanya pekerja bahkan pengendali komputer dan Cyber Security yang mendapatkan penjagaan ketat. Karena jika sampai mereka di tangkap oleh penguasa-penguasa dzolim, maka bisa saja mereka akan di paksa membocorkan kode-kode rahasia.
Akhir mereka sampai di perusahaan Alvaro, seperti biasa mereka akan langsung berhentilah di basemen. Mereka akan langsung masuk ke perusahaan melalui lift khusus, lalu akan langsung sampai ke ruang kerja Alvaro juga ruang kerja tempat Zeline dan Lexis. Itu kenapa mereka bahkan jarang menemui pekerja lainnya, kecuali saat makan siang di kantin. Itu pun tidak ada yang mengetahui mereka pekerja dibagian mana, mereka hanya berpikir mereka pekerja biasa seperti yang lainnya.
"Ingat kamu jangan langsung pulang sendiri nanti," ucap Alvaro berpesan sebelum sampai di ruang kerjanya.
"Siap, Tuan Alvaro. Saya akan menuruti apa yang Anda katakan, toh nanti saya akan turun bersama Zeline juga. Dia pasti mengomeli saya jika nekat langsung pulang," sahut Lexis seraya melirik Zeline.
"Sudah di baweli saja kamu suka membantah, apalagi di biarin." Zeline langsung menimpali, membuat Alvaro hanya bisa tersenyum menlihat kedua orang itu yang selalu saja berdebat.
"Sudah, apa kalian tidak lelah berdebat terus?" tanya Alvaro.
Ting!
Pintu lift terbuka, Alvaro pun pamit pada mereka. Dia dan Rafael pun langsung keluar dari lift, Zeline dan Lexis hanya tersenyum. Zeline pun menekan tombol, membuat pintu lift tertutup dan Mambawa mereka menuju lantai tempat mereka bekerja.
"Anda yakin memberi ijin Lexis pulang, Tuan?" tanya Rafael.
"Apa saya bicara tanpa pertimbangan? Tentu saja saya sudah memikirkannya lebih dulu, saya akan tetap menyuruh orang yang akan mengantarkannya supaya tetap menjaganya di sana. Agar mereka bisa mengawasi, juga menjaga keselamatannya. Jadi jangan terlalu khawatir dan mengekang mereka," jawab Alvaro sambil menunduk sekilas ke arah sekertarisnya yang memberi salam.
"Iya, Tuan. Saya paham maksud Anda," ujar Rafael yang tidak bisa membantah lagi.