Keesokan paginya, Bella sudah mempersiapkan setidaknya 5 lelaki yang bisa dipergunakan sebagai pengantin lelaki untuk sang Nyonya.
Lima lelaki itu berdiri dengan tegap sambil memandangi ujung kaki mereka, Bella memang sudah berkata bahwa mereka tidak boleh menatap wajah Auristella nanti, hanya boleh menatap jika memang disuruh saja.
Stella sudah keluar hanya memakai gaun tidur berwarna hitam, rambutnya yang panjang tergerai bebas. Di tangannya terpegang gelas berisi kopi yang masih hangat, kini dia mulai berjalan menatap kelima lelaki yang hanya menunduk saja.
Kakinya yang putih bersih tanpa luka sedikitpun membuat beberapa mata lelaki yang menatap lantai mulai melihat sekilas, Auristella memang berdiri di depan Mereka. Memperhatikan bagaimana tubuh besar dari kelima lelaki itu mulai menarik perhatian Stella.
"Angkat kepala kalian semua." Kata Stella,
Mereka semua langsung mengangkat kepala dan mulai menatap wajah Cantik Stella. Wajah keempat orang terkejut karena melihat wajah seorang Dewi yang baru bangun tidur. Tapi satu lelaki lainnya hanya diam saja, yang terkejut malah Stella.
"Kau? Lelaki yang seharusnya bekerja di proyek itu!? Kenapa kau disini? Bella… apakah kau benar-benar memberikan buruh pabrik padaku? Sebagai suamiku?" Tanya Stella dengan nada angkuh, dia menatap Bella yang hanya tersenyum saja.
"Nyonya, mereka semua dari kalangan biasa. Tanpa keluarga dan tanpa latar belakang yang bisa diselidiki, jika mereka mengecewakan dirimu. Mereka langsung mati sia-sia, itu kenapa lelaki ini menjadi salah satu lelaki yang aku sarankan. Tubuhnya juga bagus, tampan, seksi, sedikit pintar dalam berbicara. Kau bisa memilih yang lain, jika kau tidak suka dia." Bella masih saja berkata dengan nada lembut, Stella yang mendengar hal tersebut hanya bisa memijat kepalanya dengan pelan.
"Baiklah, kita akan melanjutkan pemilihan ini." Auristella akhirnya menyerah, dia tidak punya pilihan lain, karena memang harus memilih Lelaki secepatnya.
Pemilihan calon pengantin lelaki itu berlangsung hingga 3 jam lamanya, tidak ada yang membuat Stella tertarik sama sekali. Dia malah penasaran dengan lelaki bernama Xavier itu, lelaki tersebut memang tampan dan seksi. Kulitnya yang coklat dan tubuhnya yang bagus, berotot dan kekar sekali.
Saat ini Stella hanya bisa menatap lelaki itu tanpa menggunakan sehelai benangpun, diam dan menurut apapun yang Stella katakan.
"Kau pernah bercinta sebelumnya?" Dari banyaknya pertanyaan Stella malah bertanya hal jorok, Bella yang mendengar hal itu hanya tersenyum saja. Dibandingkan siapapun, Alpha Pack Cavendish itu memang sangat suka sekali dengan yang namanya Sex! Bahkan terkadang hasrat sex wanita itu benar-benar luar biasa hebat. Dalam sehari dia bisa membuat beberapa laki-laki pingsan karena kelelahan. Sampai hari ini memang tidak ada yang bisa membuat Auristella puas dengan lemas.
"Tidak, nyonya.. tidak ada yang mau melakukan hal itu pada lelaki miskin seperti saya." Ujar Xavier dengan suara yang lembut sekali.
"Ya kau benar, kau memang miskin. Aku juga sebenarnya tak mau melakukan apapun padamu, tapi karena aku membutuhkan dirimu. Jadi mau tidak mau kau harus menurut, apakah kau mau menikah dengan diriku?" Tanya Stella tanpa basa-basi.
"Nyonya? Anda melamar saya?"
"Bisa dibilang begitu, jadi? Kau mau menerimanya? Tidak sulit menjadi suamiku, kau hanya perlu bersikap manis dan menuruti apapun yang aku katakan. Jangan bertindak sebelum aku memberikan perintah, kau juga harus hebat diatas ranjang, aku suka lelaki yang kuat dan kasar ketika bercinta."
"Tapi Nyonya, aku kira.. aku bekerja padamu untuk menjadi pengawal, aku tidak pernah tahu jika harus jadi suamimu." Xavier terlihat takut, dia menundukkan kepalanya.
"Anggap saja kau memang bekerja sebagai pengawalku, lagipula ikatan suami istri diantara kita hanya sebatas kertas."
"Aku takut membuatmu kecewa."
"Kita akan melakukan pernikahan kontrak selama dua tahun, saat aku berhasil hamil dan melahirkan seorang anak. Kau bisa pergi dan membawa banyak uang, hidupmu akan berubah. Kau bisa memilih banyak wanita setelah hal itu, bagaimana? Jangan basa-basi lagi, waktu kita tidak banyak." Auristella sebenarnya kesal, dia tidak mau ditolak seperti ini.
Jika bukan karena Paman sialan yang akan menjodohkan Stella dengan lelaki lain, dan punya rencana licik. Tentu saja Stella tidak mau melakukan hal ini.
"Nyonya, Baiklah.. apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanya Xavier, dia terlihat pasrah. Tentu saja, karena memang lelaki itu tidak punya pilihan lain. Dia butuh uang.
"Baiklah Tuan Xavier, aku sudah membawa beberapa berkas yang harus kau tanda tangan. Dengan itu, kau dan Nyonya Auristella sudah resmi menjadi suami istri. Sumpah Pernikahan akan dilakukan di kediaman keluarga Cavendish, akan terjadi dua hari lagi. Selama dua hari tersebut dirimu akan belajar beberapa hal tentang tata Krama dan sedikit kebiasaan kaum kami." Bella sudah menaruh beberapa berkas di depan meja, Xavier yang melihat hal itu hanya diam saja.
"Kenapa? Apakah uang kompensasi yang kau inginkan kurang?" Tanya Stella, saat melihat lelaki itu sedikit bingung.
"Aku tidak bisa baca, apa yang harus aku tanda tangani?"
"Apa!!? Kau sebodoh itu? ASTAGA…" Auristella memijat keningnya lagi, dia menatap sang Beta yang hanya tertawa kecil.
"Kau benar-benar merekrut orang yang tidak akan merugikan aku, tapi mungkin sewaktu-waktu akan membuatku malu! Kau benar-benar sialan Bella!"
"Nyonya, hal ini lebih baik. Kita mengantisipasi hal-hal yang tidak diperlukan. Lagi Pula menjadi suami anda tidak perlu bisa baca, kita hanya perlu mendapat keturunan saja." Bella berucap dengan suara yang lembut.
"Ahhh.. aku benar-benar sakit kepala. Ya Sudah, tanda tangan saja Xavier. Setelah kita bercerai nanti, kau akan dapatkan beberapa aset penting."
"Baiklah, dimana."
"Disini." Bella buru-buru memperlihatkan beberapa tempat yang harus di tanda tangani. Lelaki itu melakukan tanda tangan yang sangat mudah, hanya huruf depan namanya dan beberapa coretan kecil.
Bella dan Auristella memperhatikan tanda tangan tersebut sambil melirik bergantian.
"Sudah selesai." Kata Xavier.
"Baiklah, Tuan Xavier. Kau bisa mandi dan membersihkan beberapa daerah intim hingga bersih. Nyonya kami suka kebersihan." Bella sudah tersenyum menatap mata lelaki itu, yang ditatap hanya mengangguk saja.
"Tinggalkan kami, Bella. Aku yang akan memberikan beberapa pembelajaran padanya." Ujar Stella, mendengar hal tersebut tentu saja sang Beta langsung undur diri.
Di ruangan tersebut hanya ada Stella dan Xavier, "buka pakaianmu." Kata Stella, dan lelaki itu menurut tanpa mengatakan apapun.
Lelaki polos dengan tubuh kekar tersebut sudah telanjang bulat. Stella memperhatikan setiap jengkal kulit Xavier, benar-benar seksi.
"Kau bisa mandi, aku akan melihat dari sini." Stella bangun dari tempat duduknya, dia membuka dinding kaca penghubung antara kamar tidur dengan kamar mandi.
"Masuklah ke kamar mandi, berdiri sambil menatapku dan mandilah dengan benar." Stella sudah memberikan perintah, dia menyalakan penghangat ruangan. Dinding kaca yang transparan di kamar mandi benar-benar memperlihatkan seluruh tubuh Xavier.
Xavier melihat ke sekeliling tempat itu, ada tombol-tombol yang begitu asing. Stella tahu lelaki tersebut sangat bodoh, jadinya Stella memegang remote control untuk menyalakan shower air.
Beberapa saat terlihat jelas Xavier yang kaget, tapi setelahnya lelaki itu malah tersenyum senang. Dia mandi dengan benar, menggosok keseluruhan badannya dan sesekali membilas rambutnya yang basah.
Saat Xavier mencuci kelaminnya sendiri, saat itulah Stella merasa tubuhnya panas dingin. Ada naluri nakal yang meminta sebuah pemanasan. Tapi Stella tidak mau buru-buru, dia mau melihat dulu apakah Xavier memang bisa diandalkan atau tidak.
Hanya beberapa menit setelahnya, Xavier selesai mandi. Beberapa pelayan masuk ke dalam kamar membawakan pakaian lelaki itu.
"Pakailah, aku suka melihat lelaki yang memakai pakaiannya setelah mandi. Jadi setiap kau selesai mandi, pastikan aku melihatmu. Kalau kau melewatkan hal itu, aku akan menghukum dirimu." Ujar Stella dengan senyum sinis.
"Baik Nyonya."
"Sekarang, biasakan panggil aku 'Istriku'. Karena aku tidak mau kau terlihat konyol dengan memanggilku Nyonya."
"Baik, Istriku.."
"Selalu angkat kepalamu saat berbicara dengan orang lain, jangan pernah menunduk pada siapapun. Kau sudah menjadi suami dari Kepala keluarga Cavendish, kau akan dihormati banyak orang. Jadi berikan kesan arogan pada siapapun yang melihat dirimu, dengan begitu kau akan pantas bersanding dengan diriku."
"Baik, Istriku.."
"Bagus, aku suka dengan lelaki yang penurut."
"Baik, istriku."