Sejenak Liana tersenyum getir mengingat satu nama yang beberapa detik lalu sempat terlupakan oleh pikirannya. Bara. Ah, hanya kembali mengingat namanya saja sudah cukup membuat diri Liana kembali merasakan sebuah desiran aneh. Ditambah dengan kembali mengingat kegiatan panas mereka.
"Hmm ... Tentu saja, kita kan tidak pernah bisa dipisahkan," jawab Liana sembari sedikit tersenyum masam kemudian meraih tangan Delia kemudian mengecupnya lembut.
"Li pergi dulu, Ma," ucap Liana yang entah mengapa mendadak merasa lemas kala mengingat hubungan antara dirinya, Vella dan Bara. Namun perubahan itu tidak disadari oleh Delia sama sekali.
"Hati-hati," pesan wanita paruh baya yang masih tampak awet muda itu. Bahkan keriput di wajah Delia belum cukup terlihat walau usianya sudah hampir mendekati setengah abad.