Aku menyeka mulutku dengan serbet putih setelah menegak segelas air putih. Na Mi meletakkan pisau dan garpunya di atas piring. Anak perempuanku yang nyaris berusia enam tahun ini sedang mencerna semua ceritaku barusan.
"Appa, lalu bagaimana cerita imo Lana imo dan samcheon Taekwon bisa menikah?" Tepat setelah pertanyaan itu meluncur dari bibir mungil Na Mi. Aku melihat dua orang yang menjadi objek pembicaraan, baru akan diarahkan oleh seorang waiters untuk ke meja mereka. Aku tersenyum senang.
"Panjang umur. Kau tanyakan sendiri pada mereka." Aku menunjuk ke arah Lana dan Taekwon.
Na Mi menoleh ke arah tunjukku. "Lana Imo, Taekwon Samcheon iriwa!!! (1)" Na Mi memekik kegirangan sambil melambaikan tangan.
"Annyeong!" Lana melambai dan berlari kecil sambil menarik Taekwon.
"Jadwal berkencan kalian hari ini?" Aku tersenyum menyindir saat Lana dan Taekwon mendekat.
"Ani, kami berkencan setiap hari. Bukan begitu, Jagi?" Taekwon sengaja merangkul Lana saat menjawab sindiranku.
"Ada anak di bawah umur!" Lana menyikut pinggang Taekwon dan bergeser mendekati Na Mi. "Na Mi-ya, jaljinaeseo?"
"Jal jinaesseoyo, Lana Imo. Imo, appa baru cerita tentang pertemuanmu dengan Taekwon samcheon. Apa cerita selanjutnya? Takewon samcheon mengajakmu ke taman bermain? Mengajak makan malam? Masih menjadi badut?" Rentetan pertanyaan dikeluarkan oleh Na Mi dengan struktur ucapan yang tertata. Aku meringis mendengarnya, anak ini kupaksa untuk dewasa sebelum waktunya.
"Aish, bilang appa mu, aku bukan imo. Aku bulik Lana." Lana pura-pura sebal.
"Ish, kau tua Kelana. Kau sudah kepala tiga." Aku mengekeh. Baik Hana atau pun dua sahabatnya paling tidak suka disinggung perihal umur mereka.
"Eo, dan kau sebentar lagi keriput!" Lana melotot padaku. "Jadi, cerita apa yang mau kau dengar?" Ia berbalik menatap Na Mi.
"Kata appa, Imo hummm Bu..." Nami berusaha mencerna panggilan yang diinginkan Lana, "Bulik tidak mau dengan Taekwon samcheon saat di restoran. Restoran apa? Kenapa?"
"Eey, bukan tidak mau. Dia bahkan tidak ingat padaku." Taekwon mencibir. "Padahal baru beberapa hari sebelumnya kami bertukar nomor telepon."
"Ya, kepalaku penuh dengan jadwal meeting Dong Kook oppa! Bagaimana bisa masih ada tempat untuk makhluk sepertimu?" Lana menjulurkan lidahnya.
"Jadi ceritakan padaku." Aku menyandarkan punggung, menggeleng melihat keingintahuan Na Mi. Biarkan untuk satu jam ke depan ini tugas Lana dan Taekwon untuk bercerita.
***
Hana mengetukkan jari-jarinya di atas meja, kesal melihat Lana yang sibuk dengan tablet dan berbagai macam kertas bertumpuk. "Lu gue ajakin kesini buat makan anjer. Sibuk apean sih lu? Mau cerita nih gue."
Lana mengangkat tangan kanannya sekilas, meminta Hana diam. "Ah, anjir kan! Udah dibilangin appointment maksimal h-3! Ngeyel bener jadi orang! Untung banyak duit lu!" Ia mengomel sendiri sambil mengutak-atik tabletnya.
"Ya Tuhannnn tau gitu gue nyari jodoh gue sekarang daripada liatian orang ngomel-ngomel. Shin Hae mana sih?" Hana mengedarkan pandangan mencari sahabatnya yang datang terlambat 10 menit dari waktu janjian. Tiba-tiba ia melihat sesosok manusia sedang celingak celinguk mencari tempat duduk. Mata mereka saling bertemu, ada seulas senyuman kegirangan melihat Hana dan tentu perempuan yang duduk dihadapan Hana. "Lan, lo janjian sama Taekwon?"
"Hah? Siapa?" Lana menatap Hana sekilas sebelum tangannya kembali sibuk dengan tabletnya.
"Taekwon, Ok Taekwon itu lho sohibnya Seoga oppa." Hana memincingkan mata saat melihat Taekwon mulai bergerak mendekat. "Lan, Lan lo janjian? Orangnya kemari noh." Hana memukul punggung tangan Lana berkali-kali.
"Bangsyaaatt!! Sakit anjir!" Lana melotot. "Ok Taekwon yang mane sih?! Gak inget gueee!!"
"Annyeong, Lana, Hana." Taekwon tiba-tiba berdiri di belakang Lana, membuat Lana sedikit terlonjak.
"Ya Oppa!! Kau menguntit ya? Sedang apa di sini? Janjian dengan Lana?" Hana melihat Taekwon dengan mimik wajah sangsi.
"Eh, annyeonghaseyo." Lana mengangguk sopan. Ia benar-benar tak terlihat mengenali Taekwon.
"Waa, makan siang pun membawa berkas pekerjaan?" Taekwon menilik kertas-kertas di hadapan Lana. Sudah jelas ia mengabaikan pertanyaan Hana.
"Oh, ne. Jadwal bosku sedang sangat berantakan akhir-akhir ini." Lana menjawab sopan.
"Ya, ya aku bukan hantu di antara kalian. Kau mau duduk di sampingku apa di sebelah Lana?" Hana melontarkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. Laki-laki itu jelas memilih duduk di samping Lana. "Oppa, kau sengaja datang kesini?"
"Ani, aku baru saja selesai pertemuan bisnis. Tapi takdirku memang harus bertemu dengannya." Taekwon menyeringai dan duduk di sebelah Lana. "Lana-ya, apa kau benar-benar sibuk? Apa bosmu memberimu waktu libur?"
"Ne Kelana, apa bosmu memberimu waktu libur?" Hana mengulang pertanyaan Taekwon untuk menyindir.
"Aku sudah lebih mirip asistennya yang bekerja setiap waktu, alih-alih karyawan biasa." Lana mematikan tabletnya dan menghela napas kasar. "Jadi.." Lana menoleh ke samping dan terkejut saat melihat Taekwon menyengir padanya. "Waa, sejak kapan kau membawa tamu kemari?" Lana mendekatkan tubuhnya ke arah Hana.
"Pindah saja ke tempat Seoga oppa tau Joong Gi oppa. Dan, sudah dari tadi aku bertanya padamu Lana Kelana. Apa kau janjian dengan makhluk yang duduk di sampingmu?" Hana memajukan badannya agar semakin dekat untuk menatap Lana.
Lana menatap Hana dengan tatapan 'dia siapa' sebelum kembali bicara. "Kalau semudah itu Dong Kook oppa melepasku, aku pasti sudah pindah sejak dulu."
Hana mencebik kesal, bagaimana Lana bisa lupa dengan makhluk di sebelahnya sedangkan mereka sudah bertukar nomor telepon dua hari yang lalu. "Lo tuh beneran lupa sama orang di sebelah lo ya? Gak inget kalean udah tukeran nomor telepon sampe ID Ktalk?"
Lana meringis dan berusaha terlihat bersalah. Ia benar-benar tak ingat apa pun soal lelaki di sampingnya. "Hehe.. mungkin kepalaku terlalu penuh."
"Darl, darling sorry ya telat. Tadi tuh mandek sutingan karena artesnya ngaret dong alesan macet, ya lo pikir...." Shin Hae baru menyadari ada satu manusia yang tidak dikenalnya duduk di samping Lana. "Eh, annyeonghaseo. Lananeun chinguya? (2)" Shin Hae mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Taekwon.
"Temennya Hana." Lana menjawab dalam bahasa Indonesia.
"Gebetan Lana." Hana merasa Taekwon bukan temannya karena setiap pertemuan selalu membicarakan Lana dan Lana. "Eh gaisss mau cerita anjer, jadi lupa kan gue. Si Lana sibuk mulu lagian dari tadi terus lo telat."
"Anjir entar dulu!" Lana tiba-tiba teringat. "Ini yang kemarenan itu ketemu di apartemen baru, Han?" Ia melirik sekilas pada Taekwon dan merasa tidak enak.
"Duh pengen banget gue jedotin deh kepala temen lo, Shin." Hana menggeram kesal. "Iyeee yang cengar cengir mulu pas kenalan sama lu. Udeh inget?"
"Lah ini juga cengiran mulu." Shin Hae dengan polosnya menatap Taekwon yang sedang menyengir. "Lagian lu bisa-bisanya sih lupa sama orang padahal belom lama ketemu."
Lana menyengir. "Terus gue kudu gimana anjir, dia betah amat duduk di situ. Usirin kek gimana gitu, Han. Dia kan temen lu." Lana memelas.
"Gue mulu, kapan gue ceritanya ini?" Hana menoleh ke arah Taekwon yang masih sibuk memandang Lana dengan cengiran penuh harapan. "Oppa, Lana ingin kau pergi dari sini sekarang juga. Dia mau bermesraan denganmu asal bukan di sini karena ada aku dan Shin Hae yang menonton kalian bercumbu. Kau pergi sekarang, ku kirimkan foto Lana sedang mandi."
"Anjiiirrrr!!" Lana dan Shin Hae berteriak bersamaan. Bedanya Lana berteriak dengan mata melotot kesal, sementara Shin Hae dengan mata melotot girang.
Taekwon menaikkan sebelah alisnya. "Joa.(3)" Ia kemudian berdiri dan menepuk bahu Lana. "Kabari aku kapan bisa menjemputmu."
"Cieee indehoy nih abis ini, Lana gak jadi perawan ting ting lagi." Hana bersiul menjalankan salah satu misi dalam hidupnya tahun ini. Menyatukan Taekwon dan Lana.
"Bangke emang temen lu, Shin!" Lana menutup wajahnya frustasi. Mau ditaruh di mana mukanya setelah ini?
***
"MWO?!?! Eomma mengirimkan foto bulik Lana ke Taek samcheon? Jinjjayo?" Na Mi melihat ke arahku dengan wajah penuh selidik. "Appa aku belum cukup dewasa untuk mendengar cerita ini." Aku tertawa, tunggu sampai anak ini mendengar perilaku aneh sahabat-sahabat ibunya.
"Tanya pada Taek samcheon, apa benar eomma jadi mengirimkan foto bulik Lana? Yang jelas dulu Appa pernah dikirimkan foto bulik Lana sedang..." Aku melirik Lana, "Memakai bathrobe. Jadi Hyeong bagaimana perbandingan tubuh Lana dan Hana?" Aku menahan senyum saat Lana sudah melotot.
"Ya, ya! Siapa yang mengirimkan foto istriku padamu?!" Taekwon melempar serbet padaku. Ia kemudian merendahkan tubuhnya dan mendekat pada Na Mi. "Na Mi-ya, kalau kau mau tau rahasia gelap, appa dan eomma mu lebih beringas dibandingkan Samcheon dan bulik Lana." Taekwon mendelik padaku, waktu itu ia salah kirim pesan. Seharusnya untuk Lana malah berujung padaku yang akhirnya kami memperdebatkan lekuk badan Hana dan Lana.
"Kkeut!" Lana menjambak rambut Taekwon dan menariknya mundur. "Bahkan Na Mi sudah bilang dia belum cukup dewasa untuk cerita mesum macam itu!"
Aku mengeluarkan ponsel, "Fotonya masih ada Hyeong, jam tiga pagi aku dipukuli Hana karena dikira sedang berfantasi aneh-aneh tentang Lana, ck. Kau butuh bukti?" Aku menggeser layar ponselku berpura-pura mencari. Foto itu langsung kuhapus karena Hana mengamuk sampai tidur memungguiku semalaman.
"Appa...." Ok Na Mi mulai tidak suka dengan caraku bertingkah.
"Bulik, Samcheon jadi lanjutkan. Apa yang ingin eomma ceritakan?"
***
Hana bertopang dagu, jari-jari di tangan kanannya mengetuk meja. "Gue bingung ini gue yang lupa beneran apa emang ada laki macem kek tuh orang ya."
"Ape sih ini, ape?" Lana menegakkan kepalanya, tertarik mendengar ucapan Hana. Bukan karena topiknya soal laki-laki, tapi lebih ke informasi tambahan untuk menyelamatkan nyawanya kalau ketiga kakak Hana mulai bertingkah.
"Jadiiiii itu lho dua hari yang lalu sebelum gue jemput lo ke kantor Dong Kook oppa. Gue gak sengaja tabrakan sama laki-laki. Aneh banget dah, dia tau itu kantor Seoga oppa. Dia tau tentang Dong Kook oppa sama Joong Gi oppa. Terus gue bingung lah ini orang siapa? Eh dia bilang kenal gue udah sebulan ini." Hana memajukan tubuhnya lebih rapat ke meja, melihat Shin Hae dan Lana bergantian. "Malemnya abis gue anter elu Lan, gue ketemu lagi sama itu laki. Dia tau juga dong tentang lo bedua. Terus makin aneh tau gak, dia bilang apartemen lo ada dua tower tambahan, Lan. Ngomong dua hari lalu itu tanggal 4 Juni 2025 padahal dia telepon temennya pake…oh lo pada mesti tau, itu handphone canggih bener. Gak tau keluaran merek apaan, tembus pandang gitu. Mau nuduh mabok dia kagak mabok. Aneh, kan?"
"Elu mabok." Shin Hae menoyor kepala Hana. "Ngomong pake napas ngape sih? Nyerocos kek petasan rentet, lu!"
"Coba diulangnya speed down dong." Lana menimpali.
"Lo pikir aplikasi video bisa di slow down." Shinhae mengikik.
"Anjing ya lo bedua. Gue udah penuh penghayatan itu ceritanya. Jadi? Eh sebelum ngejudge itu orang gila ya. Menurut pandangan gue yang mencari laki-laki tajir. Dia masuk kriteria itu. Rapi, bersih, wangi, sebadan-badan bermerek. Tapi kapan gue deketnya? Udah jomblo akut setaun ini. Yang gila gue apa dia sih?" Hana mengacak rambutnya kesal.
"ELU!!" Lana dan Shin Hae menjerit bersamaan.
***
Na Mi terdiam mendengar cerita Lana. Aku tau dia sedang memproses, "Sudah puas mendengar cerita bulik Lana?"
Na Mi menggeleng, "Bulik...eomma bercanda atau memang itu cerita nyata?" Lana melihatku. Aku mengedikkan bahu. Perjalanan waktu yang kualami, Lana dan Taekwon juga tau.
"Psstt.. hanya eomma mu dan Tuhan yang tau kebenarannya." Lana berbisik cukup kencang hingga terdengar oleh semuanya. "Memangnya kau percaya?"
"Laki-laki yang diceritakan eomma itu, appa kan?" Na Mi menunjukku, aku mendelik tidak percaya, Taekwon tersedak dengan minumannya, dan hanya Lana yang mampu bersikap seolah-olah perkataan Na Mi adalah hal wajar.
"Waa, anak ini pintar juga." Taekwon menepuk kepala Nami singkat.
"Kau percaya kalau itu appa-mu?" Lana melirik padaku.
Na Mi mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengingat sesuatu. Beberapa detik kemudian di tertawa, "Ani, eomma tidak mungkin melupakan appa. Jadi itu pasti cerita aneh eomma, iya kan Bulik?"
Lana mengedikkan bahu. "Kalau itu yang kau yakini, maka itulah kebenarannya." Ia tersenyum menatap Na Mi.
_________________________________________________________________________________________
1. Tante Lana dan Paman Taekwon, kesini.
2. Temannya Lana?
3. Menarik.