Junwoo mengendarai mobil ke restoran tempat ia biasa bertemu dengan keluarganya. Ponsel yang berdering cukup keras, menyadarkan Junwoo dari rasa sebalnya pada Hana.
"Eo?"
"Ya, Lee Junwoo lupa menjemput kucing-kucingmu, hah?" Suara yang begitu nyaringnya membuat Junwoo menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Berbicaralah seperti biasanya Haneul, tidak perlu berteriak-teriak." Junwoo sedang malas meladeni sikap protes sahabatnya. "Aku jemput malam ini setelah bertemu keluargaku."
"Ish, jangan beralasan lagi. Aku akan pergi besok, tidak ada yang menjaga kucingmu di sini." Haneul menuangkan makanan kucing di wadah, memuaskan kucing-kucing milik Junwoo. "Amutheun (1), kau sudah bertemu lagi dengan Hana?"
Junwoo langsung mengubah air mukanya, "Perempuan menyebalkan, mendadak ia tidak mengenaliku dan berkata aneh seolah-olah kami baru pertama kali kenal."
Di seberang sana Haneul tertawa kencang. "Apa kubilang, perempuan itu di luar jangkauanmu. Lihat saja ketiga kakaknya, apa kau merasa punya kesempatan dengannya?"
"Ya jangan meremehkanku. Mungkin saja tadi dia sedang sibuk." Junwoo berkelit ketika sahabatnya itu meluncurkan hinaannya.
"Lalu berpura-pura tidak mengenalimu? Sadarlah, dia sudah mempunyai penggantimu." Dari awal perkenalan Junwoo dengan Hana pun, Haneul memang sangsi kalau perempuan bernama Park Hana itu akan jatuh ke pelukan Junwoo.
Junwoo menghela napas panjang, "Hana tidak sepicik itu."
Haneul hanya memutar bola matanya sebal, susah ketika orang sedang jatuh cinta. Semuanya selalu benar tidak ada salah sedikit pun. "Terserah. Geunde (2), kau datang ke acara Wooshik, kan?"
"Mwo?! Eonje? (3)" Junwoo merasa tidak ingat kalau temannya yang satu itu punya acara. Ia mencoba mengingat tetapi nihil, ia yakin Wooshik tidak mengundangnya.
"Waa cinta bisa membuatmu hilang ingatan. Besok acaranya di bar biasa." Pemberitahuan Haneul tetap tidak menyegarkan pikiran Junwoo.
"Jamkkan, jeongmal? (4)"
"Aish, jinjja? Naeil, geumyoilre 2025 nyeon 6 wol 6 il, Lee Junwoo. (5)" Haneul gemas sendiri jadinya, padahal Junwoo mengangguk setuju saat mereka bertemu kemarin.
Junwoo menepuk jidatnya sendiri, ia baru ingat acara tahunan Wooshik di bar temannya. Acara yang banyak mengundang musisi di Korea dan ah, pasti Wooshik ingin memamerkan tunangannya. "Arasseo, nan gada.(6)"
"Choda (7), jangan lupa jemput kucingmu dan sampaikan salamku pada keluargamu." Haneul langsung menutup sambungan telepon. Membiarkan Junwoo kembali berkonsentrasi menyetir ke tempat tujuannya.
Di parkiran restoran, Junwoo mengabari kakaknya kalau dia sudah sampai. Ia bergegas keluar dari mobil, tidak ingin membuat keluarganya menunggu.
"Junwoo-ya." Panggilan kakak perempuan Junwoo, memanggil Junwoo yang baru masuk ke dalam restoran. "Iriwa, eomma dan appa sudah menunggumu. Kenapa kau? Sedang patah hati?"
Cepat-cepat Junwoo enyahkan pikiran anehnya tentang sikap Hana hari ini. Mungkin Hana sedang ingin bercanda dengannya. Selama satu bulan ini baik Junwoo mau pun Hana belum berani membawa diri ke hadapan keluarga masing-masing. Status hubungan mereka saja tidak jelas.
Hana masih ingin menikmati waktunya tanpa mau diganggu persoalan tentang cinta yang berbelit-belit, katanya. Junwoo paham, maka dari itu ia memilih untuk mengikuti maunya Hana selama satu bulan ini seperti apa. Mereka juga baru beberapa kali berkencan, itu pun lebih banyak menemani Hana bekerja.
"Jadi bagaimana di kantor? Jaemiisseo? (8)" Ayah Junwoo langsung bertanya kepada anak laki-lakinya yang terlihat kusut sejak masuk ke dalam ruangan.
"Biasa saja tidak ada yang istimewa." Junwoo meraih gelas berisi air, bukan tidak mau berbasa-basi dengan ayahnya. Pikirannya saat ini sedang melanglang buana memikirkan kejadian aneh dalam waktu kurang dari dua jam.
"Eomma dengar dari nuna-mu, kau sedang dekat dengan seorang perempuan. Kapan kau membawanya ke rumah?" Junwoo langsung mendelik ke arah kakaknya, kenapa percakapan kecil itu bisa sampai di telinga ibunya? Kakaknya hanya tertawa sambil menyuapkan cemilan kepada anak laki-lakinya.
"Ish, baru berkencan enam kali, seperti aku harus menikah besok." Junwoo hanya melayangkan protes. Tangannya meraih ponsel dari saku mantel yang ia letakkan di kursi. Mencoba menghindari topik mengenai permasalahan kapan ia akan membawa seorang perempuan? Kapan ia akan menikah?
"Ah, kalau kau tidak yakin dengan perempuan itu, Appa bisa memperkenalkanmu dengan seorang perempuan. Sudah bekerja sama dengan perusahaan kita tiga tahun terakhir ini. Cantik, cerdas, dan yang jelas dia lebih baik dari perempuan pilihanmu." Celotehan ayahnya hanya menjadi angin lalu bagi Junwoo. Junwoo tidak memberitahu ayahnya, kalau perempuan yang baru saja dijabarkan ayahnya itu Hana. Dan, mereka sudah dekat selama satu bulan terakhir.
Junwoo membiarkan ayahnya selalu memuji Hana di depan kakak dan ibunya. Ia tidak mau diburu-buru untuk menikah.
"Belum tentu jodohku." Junwoo membantah semua perkataan ayahnya. Mengingat kejadian tadi, mungkin Hana memang bukan jodohnya. Dia sekarang lebih sibuk berselancar diponselnya daripada merespon ucapan ayahnya.
"Ya, aku sedang berbicara denganmu. Apa agendamu minggu depan?" Kakak Junwoo harus menggertak sampai adiknya menengok.
"Aku dengar ucapanmu, Nuna. Aku belum ada jadwal minggu depan, kalau mau titip Woojin berikan uang jajannya sekalian." Junwoo membalas perkataan kakaknya dengan tatapan menyebalkan.
"Minggu depan menginap di apartemen yeah Samcheon!!." Woojin berteriak kegirangan, mulutnya masih penuh dengan makanan.
"Palli meokgo (9), nanti dingin." Ibunya menyuruh semua anggota keluarganya untuk makan dan menghentikan perbincangan yang tidak akan pernah kunjung usai.
Selera makan Junwoo hilang, dia masih memikirkan bagaimana bisa Hana yang dikenalnya bisa berubah drastis seperti ini. Jadilah, makan bersama dengan keluarganya, Junwoo tidak fokus dengan pembicaraan orang tua dan kakaknya.
Pikirannya terus memikirkan tentang Hana. Katakanlah dia seperti laki-laki yang sedang mabuk cinta tapi Junwoo sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Hana. Suara nyaringnya, mulut ceplas ceplos Hana ketika berbicara, sikap manjanya kepada ketiga kakaknya, meski hanya ia dengar melalui telepon. Mata almond yang selalu berhasil membuat Junwoo menatap Hana lama-lama. Belum lagi…argh banyak hal tentang Hana yang membuat ia nyaman dengan perempuan itu.
Selesai acara makan bersama keluarganya, Junwoo langsung meluncur pergi ke apartemen Haneul untuk mengambil kucing-kucingnya. Sampai ia terkejut sendiri karena bertemu dengan seseorang yang memenuhi pikirannya sehari ini di lobi apartemen Haneul.
"Hana?"
Merasa dipanggil oleh seseorang yang asing menurutnya, perempuan itu menengok ke arah Junho. "Yes?"
"Yeogi mwo haelsoyo? (10)" Mau marah dengan Hana, tapi ketika perempuan itu membalikkan badan melihat Junwoo dengan wajah kebingungan dia kembali ingat dengan perasaan nyaman itu.
"Urusanmu? Kepentinganmu? Kenapa kau bertanya seolah-olah kita…" Hana mengamati wajah Junwoo lekat-lekat. "Ah, kau laki-laki sok tau tadi siang. Kau penguntit?" Hana memundurkan tubuhnya beberapa langkah ke belakang.
Junwoo menggelengkan kepalanya, "Aku harus membuktikan apa kalau selama satu bulan ini kita sudah saling mengenal?" Junwoo mengeluarkan ponsel dari saku mantelnya. "Igeo (11), baca sendiri semua pesan darimu." Junwoo menyerahkan ponselnya ke Hana. Tapi, bukan mengambil ponsel Junwoo. Hana lebih takjub dengan alat elektronik yang dipegang oleh Junwoo.
"Waa, ini ponsel merek apa? Kenapa layarnya bisa tembus pandang seperti itu?" Hana mengambil ponsel Junwoo untuk melihat bentuk ponsel itu lebih jelas. "Beli di mana?"
Junwoo tertawa melihat pola tingkah Hana yang seperti anak kecil ketemu mainan baru, "Bukankah semua orang sudah menggunakan ponsel ini? Perempuan banyak uang sepertimu seharusnya sudah punya ponsel ini dari tiga bulan lalu."
Hana mengembalikan ponsel Junwoo, "Ani, aku masih menggunakan ponsel keluaran terbaru ini." Hana menunjukkan ponselnya yang sangat berbeda jauh dari ponsel canggih Junwoo.
Junwoo diam melihat ponsel Hana dan baru menyadari lobi apartemen Haneul yang berbeda jauh dari yang biasa ia datangi. "Kau…" Junwoo mengedarkan pandangannya ke sekeliling apartemen. "Kau baru bertemu dengan Haneul?"
"Haneul? Aku baru mengantarkan sahabatku pulang." Hana jadi ikut mengedarkan pandangannya, mengikuti arah mata Junwoo. "Kau mencari siapa?"
"Lana atau Shin Hae yang tinggal di sini?" Junwoo mengamati satu gedung yang hilang dari lokasi apartemen Haneul.
"Kau dukun? Bagaimana kau bisa tau…"
Junwoo langsung bertanya hal tidak penting menurut Hana, "Bukankah tower D seharusnya ada di sana?" Junwoo menunjuk arah tanah kosong di luar jendela.
"Tower D? Apartemen ini hanya punya tower A dan B, kau mengigau ya? Aish, sudah 2022 masih saja ada…"
"2022? Museun mariya? (12)" Lagi-lagi Junwoo memotong pembicaraan Hana.
"Ya, kau alien? Mabuk? Memang menurutmu sekarang tahun berapa?" Hana melipat tangannya ke dada, kesal dari tadi perkataannya dipotong.
"Juni, 2025" Jawaban Junwoo membuat mata almond Hana membulat. Hana yang yakin kalau laki-laki di depannya ini sedang mabuk, menunjukkan layar ponselnya.
"Lihat penguntit, hari ini tanggal 1 Juni 2022."
Junho tertawa menyindir, ia mengangkat ponselnya dan menunjukkan kecanggihan ponsel itu dengan menggeser sedikit saja dari layar, keluar hologram berbentuk kalender yang menunjukkan kalau hari ini adalah tanggal 1 Juni 2022.
Bergantian Hana yang tertawa melihat ekspresi terkejut Junwoo, "Apa kubilang, dasar sinting! Bahkan ponselmu saja mengkhianatimu."
Junwoo tidak terima dengan penghinaan Hana, ia yakin hari ini adalah 4 Juni 2025. Ia segera menelpon Haneul untuk memastikan kalau dirinya sedang tidak berhalusinasi. "Katakan padaku saat ini kau sedang di Brown Suites dan hari ini adalah tanggal 4 Juni 2025." Junwoo mengubah mode menjadi loudspeaker agar Hana mendengarkan.
"Ya, aku baru mengangkat teleponmu tapi sudah kau berikan perkataan yang aneh-aneh, Lee Junwoo." Haneul mencebik pada Junwoo.
"Katakan saja Kim Haneul." Junwoo masih berada di atas angin, merasa dirinya benar.
Haneul menghela napas kasar, "Baru jam delapan dan kau sudah melantur. Buat apa kau ke Brown Suites? Kau lupa aku tinggal di Oakwood Premier? Dan, hari ini adalah 1 Juni 2022. Aish, pulanglah. Jangan mencari perempuan…" Junwoo mematikan sambungan telepon. Ia melihat ke arah Hana yang sedang tersenyum menyindir. Ada apa dengan hari ini?
-------------------------------------------------------------------------------------------
1. Ngomong-ngomong.
2. Tapi.
3. Apa?, Kapan?
4. Sebentar, serius?
5. Yang benar saja, besok tanggal 6 Juni 2025.
6. Baiklah, aku pergi kesana.
7. Bagus.
8. Menyenangkan?
9. Cepat makan.
10. Sedang apa di sini?
11. Ini.
12. Maksudmu?