Hana melepas kacamata hitamnya dan langsung menghampiri ruang kerja Lana. "Annyeonghaseo bujang-nim.(1)" Hana bahkan sampai membungkuk. "Yuk jangan kerja aja yuk. Nanti banyak duit bingung abisinnya."
"Aah annyeonghaseyo. Selamat datang di galeri Lee Dong Kook. Ada yang bisa saya banting?" Lana berdiri dan ikut membungkuk.
"Banting tuh ponsel lu. Bunyi cuma dari klien doang. Gimane dapet jodoh lu." Baru Hana ingin tertawa meledek, suara teriakan di belakang tubuhnya membuat Hana terkejut.
"YA!!"
"Kkamjjagiya.(2)" Hana memegang dadanya, "Oppa ihhhhh." Hana memukul lengan Dong Kook berkali-kali.
"Mwo haseo?(3) Seoga mencarimu, anak tengil." Dong Kook menyentil dahi Hana.
"Mau ajak Lana pergi melihat apartemen. Oppa kasih izin, kan?" Hana memulai akting memelasnya agar diberikan izin Dong Kook.
"Andwae, Lana masih banyak pekerjaan. Kau juga kenapa jam segini sudah berkeliaran keluar kantor? Seoga ribut mencari adik kesayangannya." Dong Kook tidak termakan bualan Hana.
"Memang aku bukan adikmu? Ayolah, sekali ini saja Lana boleh kerja setengah hari." Hana merajuk, keinginannya harus tercapai.
Dong Kook menghela napasnya. "Kau masih ingat kan, kami memberikanmu izin tinggal di apartemen kalau dua sahabatmu tinggal bersamamu."
"Tapi…"
"Dengan Lana dan Shin Hae, atau tidak sama sekali. Aku tidak mau ribut dengan Seoga." Hana mengerucutkan bibirnya sebal.
"Lana-ya, pekerjaanmu sudah selesai?" Dong Kook mengalihkan perhatiannya ke Lana.
"Ne, dangyeonhaji, Oppa. (4)" Lana menunjukkan cengirannya yang tak berdosa.
"Ga, jangan pulang malam-malam. Hari ini aku melindungimu dari Seoga." Sebelum berlalu, Dong Kook menyempatkan untuk menjitak kepala Hana.
"Doh ingin memaki amat dah sama kakak-kakak gue. Pergi dah yuk. Mumet lama-lama di sini." Hana tidak pernah bisa menahan emosinya saat bersama dua kakaknya.
"Gas ngeng!" Lana membungkuk pada Dong Kook lalu merangkul Hana.
Di dalam mobil Hana memasukkan lokasi apartemen di Mapo Area, Hajeong District, ke Naver Maps. "Kepaksa nih gue kudu sewa apartemen segede gaban biar lu sama Shin Hae betah. Kagak kabur kemane-mane." Hana memasang kacamata hitamnya dan menyalakan mesin mobil. "Jangan lupa lipgloss." Hana membuka laci dasbor mobil. "Pilih dah tuh mau yang mana."
"Bajing, dagang lipgloss ape sekarang ni anak?" Lana mencomot satu yang terlihat paling netral, lalu mengoleskannya di bibir. "Haaaahh apateu besaarrr biaya mahaaaalll. Untung dibayariiiiinnnn." Lana bersenandung sesuka hatinya.
"Lu mau bedak sekalian? Ada noh di saku jok belakang." Hana mendengus kesal. "Tadinya mau sewa satu kamar, tuan besar ngoceh, berisik. Noh, bos lu sama Joong Gi oppa keidean nyuruh lu sama Shin Hae pindah bareng gue. Baru Seoga oppa setuju. Ditawarin bayar setengahnya. Lah, die enak big bos. Gue yang cuma jadi jongos dia, engap bayar setengahnya juga. Bayangin Lana Kelana, itu apateu sewa sebulannya 11 jutak won (140jt Rupiah)."
Lana terkikik. "Horeeeeee untung gratisaaaaann.." Lana meneruskan nyanyian asalnya.
"Seneng ya luuu. Gak mau tau masak lu tiap hari sama Shin Hae. By the way, si Shin Hae gue telponin napa gak diangkat dah?"
"Eh tapi.. lu ngape tiba-tiba nyuruh gue pake segala bedak sama lipgloss sih?" Lana menatap Hana curiga.
Hana tersenyum licik, "Udeh tunggu aje. Bersyukur gue sama Tuhan. Sohib gue jomblo, jadi ada jalan menuju Roma." Hana mengikik.
"Sibuklaaahhh. Asisten PD-nim gitulooohh." Lana mengibaskan rambutnya. "Awas lu macem-macem, ya! Gue masakin rumput teki baru rasa lu!"
"Lu kabarin si Shin Hae, kalo nih hari gue jadi tanda tangan kontrak. Minggu depan pindahin semua barang kalean ke apateu baru." Hana menepuk pundak Lana. "Lu akan banyak berterima kasih sama gue, Lan." Hana percaya diri rencananya akan berhasil.
"Lapanam kumendaaann." Lana merogoh kantongnya dan segera mengirim pesan singkat pada Shin Hae.
Perjalanan ke apartemen ditempuh dalam waktu 30 menit dari galeri Dong Kook yang berada di Migeun-Dong. Hana menghubungi pihak penyewa apartemen, jelas tidak lain dan tidak bukan adalah teman kakaknya. Hana tidak asing dengan apartemen ini karena sahabat kakaknya juga tinggal di sini.
Sesampainya di lantai 18, Hana dan Lana berdecak kagum. Hana sampai menggelengkan kepala, pantas saja harganya bisa sampai jutaan won. Selain memang luas unit apartemennya sangat berlebihan, pemandangan yang disuguhkan tidak main-main.
"Lu liatin dah nih apartemen. Cocok kagak? Ada empat kamar. Buat gue, lu, sama Shin Hae. Satu lagi pen gue jadiin kamar kamasutra." Hana tertawa sendiri, "Gue ngobrol dulu sama yang nyewain." Hana meninggalkan Lana untuk melihat-lihat seisi apartemen yang sudah full furnished.
"Kamasutra apeaaann ya Tuhan, ampuni temen hamba yg mesuuuum." Lana menggelengkan kepalanya dan berkeliling melihat calon apartemen yang akan ditinggalinya.
Hana mengikuti pemilik apartemen untuk berkeliling sambil sesekali menjelaskan peraturan dan beban biaya tambahan saat akan menyewa apartemen. Hana hanya bisa mendengarkan dengan senyuman terpaksa. Otaknya berpikir keras, berapa won yang akan ia keluarkan setiap bulan demi obsesinya tinggal sendiri.
Selesai berbicara dan mengecek seisi apartemen, Hana mengajak Lana keluar dari unit apartemen. "Banyak tobat nih gue abis ini. Tuan besar udah ngobrol duluan, udah dibayarin satu bulan full lengkap sama biaya tambahan. Kerja rodi gue abis ini. Pindah lu bedua minggu depan." Hana mulai pusing memikirkan tagihan-tagihan bulan-bulan berikutnya. Jatah belanja bulan ini habis untuk membayar sewa apartemen bulan depan.
"Park Hana." Suara laki-laki yang sangat familiar di telinga Hana menyapanya.
"Annyeonghaseo Oppa. Jal jinesseo?(5)" Hana tidak segan untuk tebar pesona pada laki-laki di hadapannya.
"Ya, baru kemarin bertemu anak tengil." Laki-laki itu menarik Hana dan merangkulnya, bukan, memiting lebih tepatnya.
Hana yang baru sadar dengan rencananya, cepat-cepat menjalankan aksinya. "Oppa, Oppa perkenalkan sahabatku, Kelana." Hana buru-buru melepaskan tangan laki-laki itu dari lehernya dan menyeretnya mendekati Lana.
"Lan, kenalin satu lagi bos besar. Namanya Ok Taekwon."
Lana tersenyum dan mengangguk. "Annyeonghaseyo."
Malu-malu Taekwon menyapa Lana. "Ah Kelana, annyeong, bangawoyo (6). Hana sering bercerita tentangmu."
"Dih mendadak sopan bener nih bocah." Hana menyindir kelakuan Taekwon menggunakan Bahasa Indonesia.
"Ah, geurohseumnikka?(7) Lana melirik Hana. "Kuharap dia sadar saat bercerita tentangku. Anda tinggal di sini juga?"
Taekwon tersenyum lebar melihat perempuan yang selalu diceritakan Hana, "Ne, Hana menceritakanmu lengkap sampai asal usulmu." Taekwon melirik Hana, ada senyuman yang dapat dimengerti Hana. "Ne, calon tetangga Park Hana." Taekwon menunjuk pintu unit apartemennya.
"Ini apartemen tiap lantai cuma punya dua unit, Sis." Hana membantu menjelaskan. "Bukan calon lagi, Oppa. Aku benar-benar jadi tetanggamu sekarang. Minggu depan aku pindah, tepat pada tanggal 10 Juni 2022." Hana memperjelas kepindahannya lengkap sampai tanggal, karena hari itu adalah hari terakhir ia bisa bersenang-senang tanpa memikirkan uang sewa.
"Mwo? Unitmu memiliki empat kamar dan hanya kau sendiri yang tinggal?" Taekwon membulatkan matanya.
"Aniyo, Kelana dan satu lagi sahabatku akan tinggal di sini." Hana merangkul Lana, "Matta(8) Lana-ssi?" Hana menggoda Lana dan terus menyenggol lengan sahabatnya.
Taekwon menggaruk pelan tengkuknya yang tidak gatal. "Aku senang akhirnya ada teman di sini." Taekwon mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya ke Lana. "Nomormu? Mungkin kau akan membutuhkan bantuan."
"Cih, lalu aku tidak ditawari bantuanmu?" Hana berdecak sebal melihat tingkah Taekwon.
"Kau punya banyak uang. Tiga kakakmu semuanya bos besar, sewa jasa pindahlah." Taekwon mulai bersikap acuh tak acuh pada Hana.
"Udeh dapet yang die mau, gue dilupain. Dulu aja sampe traktir makan enak." Hana menghentakkan kakinya dan mengoceh menggunakan bahasa yang tidak dipahami Taekwon.
Lana meraih ponsel Taekwon dan memasukkan nomornya, lalu mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. "Apa kalian sudah lama berteman? Rasanya Hana belum pernah menyebut nama Ok Taekwon."
"Ntar gue ceritanya." Hana menyingkirkan Taekwon dari hadapan Lana, sengaja agar mereka tidak berdekatan. Hana memencet tombol lift ke arah bawah. "Oppa sudah punya nomor Lana, awas kalau berani macam-macam dengannya."
"Aku hanya berani macam-macam denganmu. Kelana, aku baru mengirimkan pesan ke ponselmu. Berikan ID Ktalkmu, kita berbicara di sana." Taekwon tidak bisa menutupi wajah sumringahnya.
Hana yang mulai kesal, menarik Lana cepat saat pintu lift terbuka. "Galge, galge.(9)"
"Kami duluan, Taekwon-ssi." Lana mengangguk sebelum pintu lift tertutup. Saat lift beranjak turun, Lana menatap Hana tajam.
"Nape? Gimane? Manusianya udah doyan sama lu dari kapan tau." Hana bersiul kegirangan, mungkin dia cocok membuka usaha biro jodoh.
"Bisa-bisanya? Kan gue belom pernah ngeliat wujudnya itu makhluk, baru tadi doang. Lu umbar-umbar foto gue, lu yaa?" Lana mengangkat telunjuknya ke arah wajah Hana.
"Sampe foto lu yang bugil juga gue sebar Lan." Hana berjongkok menahan perutnya yang kram karena tertawa terlalu kencang.
"Dih pengen berkata kasar gue jadinya." Lana menarik rambut Hana jengkel.
"Rusak dong rambut salon." Hana berdiri sambil merapikan rambutnya. "Foto Taekwon telanjang juga ada, lu mau?" Hana menahan ketawanya. "Ya udeh lu mau tau ape? Sekalian makan nih."
"Lu tuh germo apa gimana sih? Semua foto orang bugil lu punya." Lana menggelengkan kepalanya. "Asyik ditraktir bu bos."
"Lah kalo duitnya gede gak masyalah." Hana menahan pintu lift yang terbuka, "Silahkan calon Nyonya Ok." Hana membungkuk dan mempersilakan Lana keluar lebih dulu. Hana dan Lana berjalan ke arah parkiran mobil. Ponselnya berbunyi, ada pesan masuk.
"Anak tengil ke restoran biasanya sekarang, Palli!!(10)"
"Lan temenin gue makan sama bos besar ya? Males nih gue sendirian." Hana memohon agar Lana mau menemaninya ikut meeting bersama Seoga. Untung sahabatnya itu mengerti dan setuju untuk menemani Hana.
"Seoga oppa kenal sama Taekwon nggak? Dia siapa, sih? Kok gue baru tau ada makhluk kek dia?" Lana memasang sabuk pengamannya. "Gue temenin makan, tapi elu yang ngomong sama Dong Kook oppa, ya. Duh untung kerjaan gue udah kelar."
"Justru gue kenal Taekwon karena temen kampusnya Seoga oppa. Lah calon laki lu bisa dapet harga murah di sini karena big bos." Hana menekan pedal gas mobil menuju restoran biasanya ia akan banyak diceramahi oleh kakaknya. "Ngapain minta izin, bos lu juga ikutan. Dia kan 11 12 sama lu, ada gratisan langsung berangkat."
"Panteesss, cocok gue sm belio." Lana mengikik. "Elu apean deh calon laki calon laki mulu! Gue masih gak paham gimana mulanya dia bisa tau gue. Maksudnya kelean lagi bahas apaan sampe akhirnya nyebut nama gue?"
"Kan ade kesayangan." Hana menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah merah. "Si Taekwon curhat sama kakak gue, pengen mulai serius sama hubungan. Cuma gak tau jodohnya gak muncul-muncul. Long story short, Seoga oppa iseng nunjukin foto kita bertiga. Niatnya mau jodohin gue, eh die malah kecantel sama lu."
"Yah, mau gue mampusin tapi gak tega." Lana melirik Hana. "Elu tapi kalo suka sama dia, gue gak respon deehh." Lana bernada mengalah, tidak tau itu niat baiknya atau hanya kasihan terhadap Hana.
"Bangsat lu ya." Hana langsung menginjak pedal gasnya kencang agar Lana tersentak ke belakang. "Ogah! Ganteng sih, badan kamasutra banget tapi udah tau kelakuannya kesel gue. Buat lu aja. Respon dong pesennya."
"Gue bingung mau bales apaan. Dia cuma ngasih emot badut doang." Lana menghela napas. Belum apa-apa dia sudah merasa lelah melihat kelakuan Taekwon. "Elu pernah nanya nggak sih, kenapa dia bisa suka sama gue? Padahal cuma liat foto."
"Kagak, dia cuma sering ngajak jalan sama traktir makan. Nanyain tentang lo doang. Lengkapnya lu tanya sama Seoga oppa dah ya abis ini." Hana akan membebani Seoga hari ini, dia tau kakaknya tidak mungkin marah pada Lana.
"Ih ogaah, ntar disangka gue demen sama dia lagi." Lana menggelengkan kepalanya.
Hana meraih ponselnya dan menghubungi Seoga. "Oppa.."
"Eodiya? (11) Tuan Lee menunggumu." Seoga langsung menyemprot Hana.
"20 menit lagi sampai. Oppa, Taek oppa sudah bertemu jodohnya. Lana tanya kenapa Taekwon bisa menyukainya?" Hana selalu senang bisa menjahili Lana, terlebih dilihat-lihat rencananya akan berhasil.
"Yaa Park Hana!" Lana memukul lengan Hana. "Geumanhae! (12)"
"Waa kau sudah bertemu Taekwon, Kelana? Bagaimana menurutmu tentang sahabatku?" Seoga mendadak senang dan ramah.
"Ya, apa semua kakakku lebih sayang pada Lana dibandingkan aku?" Hana melayangkan protesnya.
"Aku sayang Park Hana." Suara kakak Hana yang lainnya terdengar.
"Oppaaaa." Hana pura-pura mengeluarkan suara manjanya pada Joong Gi.
"Aah, jadi Taekwon adalah sahabatmu, Oppa? Haruskah kupanggil dia oppa juga?" Lana menjawab agak kencang.
"Aish, apa enaknya berkoar-koar di telepon? Cepet ke sini kau anak tengil." Bos Lana bersuara, memang persis seperti Lana saat ada sesuatu yang gratis, langsung cepat sampai tujuan.
"Ne, Oppa." Lana mengangguk cepat, padahal Dong Kook juga tidak akan melihatnya.
—------------------------------------------------------------------------------------------
1. Halo, ketua pimpinan.
2. Mengejutkan.
3. Sedang apa?
4. Tentu saja, Kakak.
5. Kau baik-baik saja?
6. Senang berkenalan denganmu.
7. Benarkah?
8. Benar.
9. Aku pergi.
10. Cepat.
11. Di mana?
12. Hentikan.