Jay yang menyelesaikan pertunjukan sulingnya kini ditatap dengan mata panas dari beberapa teman wanitanya yang merasa kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh jahe dalam memainkan sulingnya, jay yang menyelesaikan bermain lagu wajib nasional menggunakan sulingnya tidak mengalami demam panggung ataupun kegugupan setelah dirinya tahu bahwa dia menjadi pusat perhatian.
Hal ini tentunya terjadi karena Jay memiliki jiwa yang sudah dewasa, berbeda halnya jika Jay dalam kondisi yang sama seperti kebanyakan temannya saat ini yaitu masih seorang remaja yang berusia belasan tahun, tentu dirinya akan merasa malu namun di sisi lain Jay menjadi teringat bahwa hal ini sepertinya telah terjadi sebelumnya.
Jika dia tidak salah mengingat Bukankah hal ini sudah pernah terjadi di mana Dia memang memiliki keterampilan meniup suling yang bagus sehingga pada dasarnya dia mendapatkan pujian dari Bu Retno sebagai guru musik di kelasnya, " bagus...bagus...sekali kamu bermainnya, ibu mau tanya nama kamu siapa?" Bu Retno bertanya dengan semangat kepada Jay
" Jay Setiawan Bu" jawab Jay sambil tersenyum
" Ok Jay, ibu ga sangka kamu punya bakat yang baik dalam memainkan suling" puji Bu Retno lagi
" Makasih bu" jawab Jay singkat sambil merendah, Jay merasa pujian yang diberikan oleh Bu Retno meski baik tetapi pada dasarnya dia tidak terlalu memikirkannya, karena kembali lagi dia tidak merasa sesuatu yang istimewa ketika dirinya bisa bermain dengan sangat baik dalam meniup suling, akan tetapi sebagian dari teman-teman di kelasnya tidak berpikir seperti itu, Karena pada dasarnya meski keterampilan suling bisa dikatakan tidak terlalu sulit untuk dicapai.
Namun pada dasarnya dibutuhkan tekad dan juga kemauan serta kerja keras untuk bisa memainkan suling tersebut dengan baik, apalagi membawakan perasaan di dalam suara yang dihasilkan oleh suling tersebut, sehingga pada dasarnya suara yang dihasilkan bisa membawa dampak emosi terhadap mereka yang mendengarkan suara dari suling tersebut.
Setelah memuji jay secara singkat kemudian, Bu Retno menjelaskan kembali di mana bagian dari permainan suling Jay yang bisa dikatakan baik dan di sisi lain dia juga menunjukkan kepada murid-muridnya tentang kekurangan yang dimiliki oleh mereka ketika bermain suling, setelah hampir satu jam kemudian bel pun berbunyi, menandakan waktu istirahat siang telah tiba.
Berpamitan kepada murid-muridnya kini Bu Retno meninggalkan ruang musik dan di sisi lain Jay beserta teman sekelasnya juga meninggalkan ruang musik tersebut, " Jay...gua ga kira lu bagus juga main sulingnya" kata Ferdi memuji
" Iyaaaa....gua ga sangka" tambah bagus
" Apalagi gua, gua pikir lu biasa aja, ternyata ehhh....bagus banget" puji Fandi
" Ok, biasa aja bro, gua kira lu juga bisa kayak gua" kata Jay membalas
" Alaahhhhh....timbang main suling" suara menyindir datang dari belakang mereka
Dan tak lama Dewa beserta temannya melewati Jay, dengan sinis
" Huuu....tau apa lu, banyak gaya udah jelas ga mampu masih sombong" tegur bagus yang panasan
" Ehhhh...dewa ga usah sidik jadi orang" tambah Fandi
" Emang kenapa kalo gua sirikkk????" Balas dewa kepada Fandi dan bagus
" Ga ada yang salah" balas Jay sambil berdiri diantara mereka, melihat percikan perkelahian diantara mereka Jay segera memisahkan
" Lu ga inget ya pelajaran kemaren" kata Jay memandang dewa dengan mata main-main
" Kemaren mana!!!!" Balas dewa
Tak menunggu lebih jauh Jay menginjak sepatu dewa dengan kuat
" Aduhhhh..." Keluh dewa terjatuh
" Uppsss!!! Maaf " kata Jay meminta maaf tapi dengan nada main-main
" Sialan lu jay!!!! Teriak dewa
" Brengsek lu....main - main" jawab teman Dewa lain mencoba memukul Jay
Melihat tindakan teman dewa, Ferdi segera menghalangi " santaii...broooo...jangan keroyokan kayak banci!!!" Tegur Ferdi
" Siapa yang lu sebut banci???" Teriak mereka
" Siapa ya, kita ga tau" balas Fandi
" Wah..wah....udah ah kita lanjut aja, ga enak disini, keliatan banget kelasnya" kata Jay menyindir sambil berjalan pergi
" Ayo ahhh...gua juga laperrr" balas Ferdi
" Yukkk....sumpek disini" kata bagus
" Ahhhh...aus guaaaaa" teriak Fandi
" Sialan lu pada!!!!" Teriak dewa namun jelas tak berani memulai perkelahian di sekolah, karena sadar jika ketawan mereka akan dikeluarkan
" Lu bisa nangung ini??" Tanya salah satu teman dewa bernama Angga
" Lu pikir gua mau???" Tanya dewa kesal namun masih merasa sakit pada kakinya yang diinjak oleh Jay
" Pulang aja kita jegal mereka" saran Ari teman lainnya
" Ok kalo gitu, pulang kita hajar mereka" kata dewa dendam
Sebenarnya apa yang terjadi di antara Dewa dan pada dasarnya hanyalah permasalahan sepele, namun pada dasarnya karena hal tersebut menyangkut harga diri Dewa yang merupakan anak nakal merasa sangat terganggu dengan sikap jay yang sok, belum lagi pandangan meremehkan setiap kali Dewa ditatap oleh Jay.
Dia merasa sangat benci akan tatapan tersebut seolah-olah Jay berkata kepadanya bahwa dia hanyalah anak kecil, dan kini ketika dia melihat bahwa dia menjadi pusat perhatian di kelas musik tentu saja dia merasa sangat tidak senang, jadi dalam hal ini tentu saja dia ingin melampiaskan kemarahannya dan juga kecemburuannya.
Maka dari itu menunggu teman-temannya keluar terlebih dahulu dari kelas dan bersembunyi di sudut lorong untuk menanti jay dan temannya keluar, untuk melampiaskan amarah dan juga kecemburuan yang dia miliki akan tetapi dia tidak pernah mengira bahwa Jay akan membalas dirinya secara langsung dan tidak memprovokasi lebih lanjut.
Hal ini jelas bertentangan dengan apa yang dia pikirkan, belum lagi merasakan kaki yang masih sakit akibat diinjak oleh Jay Dewa menjadi sangat kesal, meninggalkan lorong tersebut Dewa beserta kedua temannya pergi untuk beristirahat, dan tanpa sepengetahuan Jay dan juga Dewa adegan di mana mereka berkonflik terlihat oleh sepasang anak perempuan dari kelas mereka.
" Sialan rullll...Jay keren bangetttt" kata seorang siswa perempuan bertubuh gemuk dan tinggi
" Ughhhh....apa sih tutii????"" Keluh Nurul saat melihat Jay dan dewa telah pergi
" Ehhh....kamu emang ga liat tadi, seberapa keren Jay menindas dewa??" Tanya Tuti lagi ragu kepada Nurul
" Iya liat, tapi Baisa aja tuh" balas Nurul dengan sedirkit memerah
" Ahhh...masa...coba liat muka siapa yang merah" goda Tuti
" Siapa????" Kata Nurul kesal dan segera pergi meninggalkan Tuti
" Ahhhh...kok aku ditinggal...tunggu nurullll" teriak Tuti mengejar Nurul
Sebenarnya keduanya baik Nurul maupun Tuti sudah keluar terlebih dahulu dari kelas musik, Akan tetapi karena dia ingat ada barang yang tertinggal maka kemudian mereka kembali lagi ke kelas musik dan tanpa sengaja melihat adegan di mana Jay dan juga Dewa berkonflik, awalnya Nurul ingin memisahkan tetapi Tuti mencegahnya karena dia merasa hal tersebut sangat mengasyikkan.
Belum lagi Nurul juga merasa bahwa paling mereka hanya akan saling mengejek tanpa ada tindakan, sehingga kemudian Nurul juga memutuskan untuk melihat dan dari sana kemudian dia juga melihat sikap dominasi yang dikeluarkan oleh Jay terhadap Dewa, melihat ketenangan dan juga sikap yang Jay balas terhadap provokasi Dewa.
Nurul harus mengatakan bahwa jay nampak sangat mempesona dan juga menarik, dirinya yang melihat bagaimana Jay menginjak kaki dewa tanpa banyak bicara dan segera membuat Dewa kempes, tanpa sadar menjadi lebih kagum terhadap perilaku yang dilakukan oleh Jay, Karena pada dasarnya dia juga memahami pikiran yang dimiliki oleh Jay.
Dia tahu jika mereka terus berdebat maka tak lama Hanya tinggal menunggu waktu bagi mereka untuk dilaporkan ke guru ataupun ditemukan oleh guru, dan dari sana kemudian perselisihan kecil di antara mereka akan bersifat lebih rumit dan tentu saja itu tidak baik bagi keduanya, meski pada dasarnya Jay adalah pihak yang diganggu tetapi jelas hal tersebut tidaklah berlaku ketika hal tersebut jatuh ke ranah ruang guru.
Jadi untuk menghindari terjadinya kontak yang lebih nyata dan segera mengambil tindakan dengan melumpuhkan Dewa, kenapa ada dasarnya dia juga mengetahui bahwa kunci untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terletak pada Dewa dan pilihan yang dilakukan oleh Jay pada kenyataan yang benar.
Setelah membuat Dewa sengsara Maka konflik cepat berakhir, dan mereka segera berpisah meninggalkan lorong tersebut, guna menghindari terlihat oleh guru ataupun mereka yang melaporkan konflik di antara keduanya.