"Mom, Reno belum mau menikah. Kalaupun Reno mau menikah, maka aku akan menikah dengan kekasihku. Bukan dengan wanita yang telah kakek jodohkan."
"Ren, apa kamu tega menolak permintaan kakekmu? Kamu adalah cucu lelaki pertama dalam keluarga ini. Sudah kewajibanmu untuk mematuhi keinginan kakekmu." sahut Anggita berusaha membujuk Reno. "Nggak mungkin kan mommy menyuruh Juna yang menikah dengan wanita pilihan kakekmu. Lagipula kamu juga belum pernah membawa pulang seorang wanita yang kamu sebut kekasih."
Reno mendengus kasar. Kadang ia menyesali kenapa mommy Anggita tak memiliki saudara lain. Arjuna, adik bungsunya baru berusia 17 tahun. Sementara itu adik keduanya, seorang gadis cantik bernama Aretha.
"Mom, kenapa sih kakek ngotot banget menjodohkanku dengan cucunya opa Steven?"
"Karena dulu kakekmu nggak kesampaian menjodohkan mommy dengan om Ben," celetuk Bimo, suami Anggita.
"Kenapa begitu? Apakah karena mommy lebih memilih daddy?" tanya Aretha yang sedang duduk di karpet penasaran.
"Kurang lebih begitu. Tapi mommylah yang jatuh cinta lebih dulu pada daddy kalian. Justru daddy kalian hadir setelah om Ben jatuh cinta pada tante Alena," jelas Anggita.
"Apakah mommy mencintai om Ben? Apakah mommy sedih karena tidak jadi menikah dengan om Ben?" cecar Aretha masih penasaran.
"Kok kamu yang kepo?"
"Penasaran aja mas. Siapa tahu jalan ceritanya bisa Eta angkat menjadi novel." Reno langsung mengacak rambut sang adik. Aretha adalah calon lawyer yang hobi menulis novel.
Anggita dan Bimo geleng kepala melihat kelakuan anak-anaknya yang usianya sudah dewasa namun kelakuannya kadang jauh dari kesan dewasa. Reno yang tahun ini berusia 32 tahun masih senang menggoda Aretha yang berusia 26 tahun.
"Mommy nggak pernah menyesali keputusan om Ben untuk menikahi tante Alena. Karena saat itu mommy pun sebenarnya masih ingin fokus pada kuliah dan usaha clothing line yang baru mommy mulai. Kakekmu dan opa Steven telah bersahabat sejak mereka kecil. Dengan niatan memperkuat hubungan kekeluargaan, mereka menjodohkan kami. Kebetulan kami berdua sama-sama anak tunggal. Kakekmu berharap om Ben dapat membantunya mengembangkan perusahaan yang didirikannya bersama opa Steven."
"Apakah om Ben nekat menikahi tante Alena?" tanya Aretha. Anggita mengangguk.
"Kami berdua bersahabat baik sejak kami kecil. Karena sama-sama anak tunggal, kami sudah menganggap diri kami kakak beradik. Sebetulnya mommy kaget saat kakekmu memberitahu mengenai rencana perjodohan itu. Mommy langsung menemui om Ben."
"Apakah mommy tahu mengenai tante Alena?" Anggita mengangguk.
"Justru mommy yang mempertemukan mereka. Kebetulan tante Alena adalah sahabat mommy di kampus. Kami terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan yang sama. Om Ben jatuh cinta pada tante Alena saat pertama kali bertemu di kampus. Waktu itu om Ben seperti biasa menjemput mommy di kampus."
"Apakah mommy nggak pernah jatuh cinta pada om Ben?" Anggita menggeleng sambil tersenyum.
"Mommy sangat sayang pada om Ben. Demikian juga sebaliknya. Tapi sayangnya kami tak lebih dari kasih sayang seorang kakak kepada adiknya. Kami tak tahu kalau orang tua kami memiliki perjanjian seperti itu."
"Kapan mommy tahu kalau kakek menjodohkan kalian?" tanya Reno yang kini ikut penasaran.
"Saat om Ben sudah lulus kuliah dan mulai bekerja di perusahaan opa Steven. Waktu itu om Ben dan tante Alena sudah pacaran lebih dari dua tahun. Bahkan om Ben telah melamar tante Alena."
"Apakah opa Steven dapat menerima keputusan om Ben?" Kali ini Reno yang penasaran. Anggita menggeleng.
"Opa Steven sangat marah. Hingga akhir hayatnya, tante Alena tetap tak diakui sebagai menantu oleh Opa Steven. Itulah sebabnya mereka akhirnya memutuskan pergi keluar negeri dan memulai usaha disana."
"Bagaimana dengan kakek? Apakah beliau marah?"
"Kakek kalian nggak marah, hanya kecewa. Hingga akhirnya mereka berdua berjanji menjodohkan cucu-cucu mereka."
"Tapi mom... "
"Ren, please tolong mommy. Kamu tahu kan saat ini kakekmu sedang sakit. Bahkan dokter telah memvonis usianya nggak akan lebih dari setahun. Tolong bahagiakan beliau di akhir usianya. Hanya itu permintaan mommy sama kamu. Selama ini mommy nggak pernah meminta apapun dari kamu."
"Ren, kamu adalah cucu pertama. Cucu yang sangat dibanggakan oleh kakek." Bimo ikut membujuk Reno.
"Apa yang akan terjadi seandainya Reno menolak?"
"Kali ini kakekmu lebih prepare dari sebelumnya. Kakek mengancam akan membuangmu dari keluarga bila kamu menolak. Selain itu kakek juga mengancam akan menghapus mommy dari daftar waris serta menyerahkan seluruh hartanya kepada om Jason."
"Om Jason yang dulu pernah datang kesini dalam keadaan mabok? Yang pernah mengancam akan membakar rumah kakek?" Anggita mengangguk. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Mommy bukan menginginkan harta warisan kakek kalian, tapi mommy tak ingin om Jason menguasai perusahaan yang dibangun susah payah oleh kakekmu bersama opa Steven. Perusahaan itu tidak boleh jatuh ke tangan orang lain selain keturunan mereka. Mommy tahu bagaimana mereka sangat mencintai perusahaan itu."
Reno termenung mendengar penuturan sang mommy. Bukannya ia tak ingin membahagiakan sang kakek yang kini terbaring lemah di rumah sakit akibat stroke dan kanker prostat stadium akhir. Namun ia sendiri saat ini belum memiliki keinginan untuk menikah. Selain itu tiga bulan terakhir ini ia sedang dekat dengan seorang wanita bernama Sandra.
"Mom, bukan maksud Reno menolak keinginan kakek. Tapi Reno saat ini sedang dekat dengan Sandra."
"Sandra yang waktu itu pernah ketemu saat kita makan malam di mall? Yang matanya sipit itu?" Reno mengangguk."Ren, mommy kurang suka sama dia. Sepertinya dia hanya memanfaatkanmu.
"Apakah kamu pacaran dengan Sandra?" tanya Bimo. Reno menggeleng.
"Berarti nggak ada masalah dong kalau kamu coba mengenal calon istrimu. Toh antara kamu dan Sandra belum ada komitmen apapun."
"Kenapa jodoh Reno tergantung persetujuan kakek? Yang mau menikah kan Reno, bukan kakek atau mommy atau daddy?" sahut Reno tak suka. "Reno sudah dewasa. Reno bisa ambil keputusan sendiri."
"RENO!!" Andini dan Aretha terkejut mendengar Bimo membentak Reno. Selama ini tak pernah sekalipun Bimo meninggikan nada bicara di depan istri dan anak-anaknya.
"Tapi dad.... "
"Daddy nggak mau mendengar alasan apapun lagi dari mulutmu. Selama ini kami nggak menuntut apapun dari kamu. Tolong kali ini, turuti keinginan kakekmu untuk bertemu dengan calon istrimu. Kita nggak tau berapa lama lagi kakekmu bisa bertahan," ucap Bimo dengan suara tegas.
"Bagaimana kalau Reno nggak suka sama dia? Demikian juga sebaliknya? Lagipula ini sudah jaman milenial, ngapain ada acara perjodohan segala."
"Reno, percayalah opa Steven dan kakekmu pasti menginginkan yang terbaik untuk kalian. Selama ini kakekmu sudah banyak berkorban bagi keluarga kita. Beliau dibantu opa Steven yang paling membelamu saat berseteru dengan keluarga Projohadi di pengadilan. Apakah kamu lupa bagaimana mereka mengerahkan seluruh pengacara terbaiknya untuk membantumu memenangkan perkara itu," ucap Bimo dengan nada lebih lembut. "Padahal saat itu kami hampir menyerah karena kelihaian pengacara keluarga Projohadi".
Reno terdiam mendengar penuturan sang ayah. Benar apa yang dikatakan sang ayah. Keluarga Projohadi pernah menuntutnya secara hukum dengan tuduhan melakukan penipuan dalam pengerjaan proyek. Padahal mark-up nilai proyek dilakukan oleh Bernard, orang kepercayaan Herry Projohadi. Dan sang kakek melalui para pengacara dan orang kepercayaannya yang berjuang mencari bukti dan membebaskan dirinya dari tuntutan tersebut. Kalau bukan karena bantuan dari opa Steven dan sang kakek, mungkin saat ini perusahaan milik keluarga mereka telah dikuasai oleh keluarga Projohadi.
Selain itu kakek Anggoro pula yang telah membantunya keluar dari lembah hitam. Judi, narkoba, dan alkohol adalah sahabat Reno hingga akhirnya Anggoro memaksanya meninggalkan itu semua. Bahkan Anggoro menghabiskan waktunya untuk menemani terapi demi terapi yang dijalani Reno. Semua itu Anggoro lakukan demi nama baik keluarga dan pastinya demi kebaikan Reno, sang calon penerus.
Reno menghela nafas kasar. Ia ingin melawan keputusan perjodohan tersebut, namun ia juga berhutang budi pada mereka. Apakah aku harus menerima perjodohan ini? Apakah aku akan bisa menerima wanita itu menjadi istriku? Banyak pertanyaan berkelebat di kepalanya, membuatnya ingin berteriak.
"Paling tidak turuti keinginan mereka untuk mempertemukan kalian. Selanjutnya kalian dapat saling mengenal lebih jauh lagi. Siapa tahu kalau sudah bertemu kamu akan jatuh cinta pada gadis itu."
"Apakah mommy mengenal gadis itu?"
"Mommy belum terlalu mengenal anak om Ben, karena sejak usia 2 mereka tinggal di luar negeri. Mommy pernah bertemu sekali saat tante Alena ke Sidney mengunjungi ibunya. Dulu tante Alena pernah memperlihatkan foto gadis yang akan dijodohkan denganmu. Anaknya cantik banget, lho. Mommy yakin kamu pasti akan menyukainya."
Reno menghela nafas dan mengangkat bahu tak acuh.
"Mom, dad... Reno ke kamar dulu ya. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan." Reno melangkah meninggalkan kedua orang tua dan adiknya.
"Mom, gimana kalau sekarang gadis itu gendut dan jelek? Memangnya mommy nggak malu punya menantu jelek?" tanya Aretha penasaran.
"Kamu jangan mengada-ada. Kamu fokus sama ujian pengacaramu. Setelah mendapat ijin praktik, mommy akan mengenalkanmu pada anak tante Widya, yang telah menyelesaikan S2 nya di LA." Aretha langsung bangkit dari duduknya dan sambil menggerutu naik ke lantai atas.
⭐⭐⭐⭐