Saat sedang menikmati teh hijau, Tan Xiuying memandangi wajah renta di hadapannya dengan perasaan campur baur. Tampaknya wanita ini sangat menyayangi pemilik asli tubuh ini, begitu sayangnya hingga dia bahkan mungkin rela mempertaruhkan segalanya demi cucu kesayangannya itu.
Dia agak merasa bersalah sekaligus geram menyadari bahwa Tan Xiuying yang asli telah melakukan tindakan yang sangat keterlaluan dan egois. Kesalahan bodoh apa lagi yang telah kamu lakukan, Xiuying?
Liu Meifeng memandangi Tan Xiuying lekat-lekat lalu berkata, "Nenek ingin dengar bagaimana kejadian yang kamu alami beberapa hari yang lalu. Bisakah kamu ceritakan?"
Tan Xiuying pun menceritakan seluruh kejadian yang menimpanya, mulai dari pelariannya dalam perjalanan menuju pengasingan, surat rahasia dari Pangeran Keempat, hingga pertemuannya dengan Zhu Longwei, dengan melewatkan rincian perjalanannya dengan pria itu.
"Yang Mulia Peng Liling dan anak buahnya sengaja menjebakku sehingga membuatku terdesak ke bibir jurang. Aku tidak punya pilihan lain selain melompat ke laut. Waktu itulah tiba-tiba pusaran air yang sangat dahsyat tiba-tiba mengisapku hingga ke dasar laut. Tak berapa lama, Tuan Zhu Longwei muncul dan menolongku."
"Siapa Tuan Zhu ini?"
"Entahlah, Nek. Sepertinya seorang pendekar hebat yang sedang berkelana."
Liu Meifeng manggut-manggut kemudian berkata, "Sepertinya kita perlu mengundang orang ini sebagai ucapan terima kasih kita atas perbuatan baiknya."
"Aku sudah mengundangnya, Nek. Dalam beberapa hari ini, mungkin dia akan datang berkunjung ke sini," sahut Tan Xiuying.
"Bagus! Kamu memang gadis yang bijaksana."
Tan Xiuying tersenyum seraya memainkan cangkir teh di tangannya.
"Satu hal yang Nenek nggak habis pikir, mengapa Yang Mulia Peng Liling tega berbuat itu padamu?"
"Entahlah, Nek. Tadinya kupikir hanya kecemburuan biasa pada wanita lain yang merebut hati suaminya. Tapi sepertinya lebih dari itu. Itulah yang belum kumengerti."
Sejujurnya, dia tidak tahu sampai sejauh mana hubungan Tan Xiuying yang asli dengan Pangeran Keempat sehingga membuat Yang Mulia Peng Liling murka dan memiliki keinginan menyiksa yang sangat kejam. Dia menginginkan Tan Xiuying yang asli hidup-hidup untuk kemudian melancarkan siksaan hebat pada gadis itu sampai keinginannya terpuaskan.
Hal yang masih menjadi misteri baginya adalah ketika wanita itu menyebutkan sesuatu yang berharga yang telah direbut oleh Tan Xiuying yang asli. Apakah itu?
Huh! Dia menjadi kesal. Ingatan yang tersimpan dalam benak Tan Xiuying asli ini semuanya masih samar-samar. Dia dibiarkan tanpa pilihan selain meraba-raba dan merangkai segala sesuatu bagaikan suatu teka-teki.
Tiba-tiba seorang anak perempuan kecil melenggang masuk dengan langkah ringan dan lincah, seraya berseru tanpa berbasa-basi, "Nenek, Kak Xiuying!"
Tan Xiuying menoleh dan mengamat-amati anak ini. Dia menduga anak ini adalah Tan Wenling, putri bungsu Li Jiayi, istri kedua Marquis Jiujiang.
Meskipun masih kecil berusia sekitar 11 tahun, anak ini terlihat sangat cantik, dengan pipi montok kemerahan, mata bulat besar, dan hidung mancung. Rambut hitamnya yang panjang tergerai lepas dengan tata rambut yang sederhana seperti kebanyakan anak kecil lainnya pada masa ini. Dia mengenakan hanfu indah warna hijau muda yang tampak cantik dikenakannya.
"Hei, mana sopan santunmu pada orang yang sudah tua?" tegur Tan Xiuying.
Tan Wenling tertegun sejenak dan membungkuk dengan hormat kepada Liu Meifeng dan Tan Xiuying. Setelah itu, dia langsung menghambur ke pelukan neneknya dan kemudian melingkarkan lengan mungilnya ke lengan Tan Xiuying.
"Kak Xiuying, kupikir berita kepulanganmu itu bohong dan mereka mengirim mayatmu ke sini."
"Huss! Omongan apa itu? Dari siapa kamu dengar itu?" tukas Liu Meifeng.
"Ibuku yang bilang. Katanya, Kak Xiuying menghilang selamanya karena sudah melakukan kejahatan."
"Coba lihat baik-baik! Bukankah kakakmu masih hidup dan baik-baik saja?"
Tan Wenling terkekeh-kekeh.
"Ya, senang sekali Kakak sudah kembali," ujarnya dengan tersenyum ceria. "Baiklah. Aku mau pergi bermain ayunan di taman dulu. Aku ke sini hanya ingin menyapa Nenek dan Kak Xiuying."
Dia membungkuk hormat dan kemudian berlari keluar dengan terburu-buru.
"Hati-hati langkahmu! Jangan berlarian di dekat kolam!" seru Liu Meifeng.
"Ya, Nek!" sahut anak itu.
Liu Meifeng menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Anak ini memang bermulut tajam, persis seperti ibunya. Hanya saja, ibunya bermuka dua dengan sikap lemah lembut yang dibuat-buat di depan banyak orang, tapi hatinya culas. Aku nggak pernah suka dia. Di hatiku, hanya ada mendiang ibumu yang berperangai lemah lembut, penuh kasih, dan bijaksana. Sayang usianya pendek."
"Ya, Nenek. Sangat disayangkan ibuku meninggal saat aku masih kecil dan masih butuh kasih sayangnya. Sampai sekarang aku bahkan tidak bisa mengingat wajahnya dengan benar."
"Lukisannya masih tergantung di kamarmu."
Tan Xiuying mengangguk. "Bagaimana sebenarnya Li Jiayi bisa menikahi ayahku, Nek? Karena waktu itu aku masih kecil, semua masih samar-samar dalam ingatanku. Aku hanya ingat waktu ibuku meninggal, suasana kacau. Kemudian ada arak-arakan upacara pemakaman dan masa berkabung. Setelah itu, tiba-tiba aku harus memanggil wanita lain sebagai ibuku."
"Jauh sebelum ibumu meninggal, Li Jiayi sudah tinggal di rumah kita. Dia adalah adik sepupu ibumu yang paling bungsu. Itu semua karena kebaikan hati ibumu yang membawa Li Jiayi dari desa karena wanita itu sudah yatim piatu dan dirundung kemalangan bertubi-tubi. Nggak dinyana, wanita itu langsung dinikahi Tuan Marquis segera setelah ibumu meninggal."
"Jadi begitu ceritanya."
Liu Meifeng mengangguk.
"Sebenarnya, apa penyakit yang diderita ibuku, Nek?"
"Entahlah. Dari hari ke hari, para pelayan menuturkan bahwa ibumu sering kejang-kejang, gemetar, hingga berangsur-angsur melemah dan hanya berbaring di tempat tidur."
"Apa kata tabib?"
"Mereka tidak menemukan penyebabnya sampai detik kematiannya."
"Bagaimana kondisinya waktu meninggal?"
"Terlihat tenang dan damai. Wajahnya tersenyum tapi menyeringai seperti menahan kesakitan."
Tan Xiuying berpikir keras. Dia pernah mendengar gejala seperti ini sebelumnya. Mungkin dia harus mempelajari gejalanya dengan lebih cermat dan membongkar buku-buku pengobatan dari ruang perpustakaan di rumah ini.
Malam itu, saat kembali ke kamarnya sendiri, Tan Xiuying bergolek-golek di pembaringannya tanpa bisa memejamkan matanya. Otaknya berpikir keras menguraikan berbagai benang merah misteri yang saling terjalin dengan kusut.
Intuisinya mengatakan bahwa kelahirannya kembali di zaman ini tentu mengemban misi penting yang harus dijalankannya, pergantian peristiwa yang mengubah rangkaian sejarah yang berjalan tidak semestinya.
Yang menjadi titik awalnya adalah semua kemelut dan tragedi yang bertolak dari rumah ini, pemilik asli tubuh ini dan keluarganya. Meskipun semua masih menjadi misteri kelam yang menuntut upayanya lebih keras, dia akan mencari akal untuk mengecoh permainan nasibnya.
Bagaimanapun menurutnya, di balik semua hal yang memedihkan, ada hal yang mencurigakan.