Keesokan harinya, Tan Xiuying sedang jemu saat dia teringat hal mendesak yang harus dia lakukan. Dia segera meminta Cai Ying dan Shao Liu mencarikan buku-buku tentang tanaman herbal dan beracun dari ruang penyimpanan buku.
Tak lama kemudian, mereka kembali dengan membawa setumpuk buku yang berlapis debu tebal. Itu menandakan jarang ada orang yang menyentuh apalagi membaca buku-buku itu.
Selama seharian, Tan Xiuying menghabiskan waktunya dengan tenggelam dalam tumpukan buku-buku kuno. Dalam situasi ini, mencari-cari sesuatu yang serba tidak pasti sama sulitnya dengan mencari jarum di tumpukan jerami.
Filsafat, nilai-nilai sosial dan agama memainkan peran kunci dalam membentuk praktik pengobatan Tiongkok kuno. Banyak sekte dan agama diperkenalkan atau sudah mapan saat ini. Selain itu, buku-buku yang meneliti sejarah Tiongkok kuno juga bermunculan pada zaman Dinasti Han ini. Kualitas penulisan tentang metode pengobatan juga meningkat karena makin banyak teks yang ditulis.
Banyak kaisar pada zaman Dinasti Han mencari ramuan obat atau eliksir yang bisa membuat mereka abadi sehingga banyak sekte dan agama mulai mengembangkan alkimia untuk membuat ramuan keabadian. Ramuan keabadian ini adalah cikal bakal obat-obatan Tiongkok.
Buku pengobatan Tiongkok kuno mencantumkan banyak obat-obatan yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral. Setiap obat dibagi menjadi tiga kategori.
Kategori pertama termasuk obat-obatan, yang dianggap tidak beracun dan mengandung efek menyegarkan untuk menjaga vitalitas atau memperpanjang umur. Salah satu herbal yang paling terkenal dalam kategori ini adalah ginseng.
Kategori kedua termasuk obat-obatan yang digunakan untuk mencegah penyakit dan memulihkan vitalitas. Namun, obat-obatan yang tercantum di kategori ini mengandung herbal tertentu yang kadang-kadang bisa menjadi racun dan harus digunakan dengan hati-hati untuk penyakit tertentu.
Kategori ketiga termasuk obat yang dianggap beracun dengan efek samping, dan secara khusus digunakan untuk tujuan terapeutik mengobati penyakit.
Catatan kuno menunjukkan bahwa penggunaan akupunktur, plester, obat-obatan adalah perawatan medis yang paling umum pada zaman Dinasti Han. Obat-obatan adalah yang paling sering digunakan, sedangkan akupunktur dan plester sangat jarang digunakan. Obat telah digunakan dalam tiga cara: obat bubuk, ramuan obat dan pil.
Selain mempelajari dan mencatat hal-hal penting tentang ilmu pengobatan zaman kuno, Tan Xiuying juga tergelitik untuk mempelajari pengetahuan tentang racun. Dia memiliki kesimpulan akhir bahwa di balik setiap racun, pasti ada cerita tentang kebencian, penyesalan, pengkhianatan, dan tipu muslihat.
Racun menjadi senjata pembunuh pilihan dalam sejarah Tiongkok kuno. Bahkan, banyak kaisar Tiongkok saling membunuh dengan menggunakan racun. Racun dipilih karena sifatnya yang tidak meninggalkan jejak, alat pembunuh dengan cara yang sangat cepat dan mudah.
Ketika penguasa Tiongkok kuno ingin diam-diam menyingkirkan musuh, mereka sering beralih ke ramuan beracun untuk melakukan perbuatan itu. Begitulah kecakapan medis Tiongkok kuno, bahwa segala macam zat beracun yang ditemukan di alam digunakan untuk pembunuhan. Dalam mitologi Tiongkok, bahkan bulu beracun dari burung mistis bernama "zhen" dapat digunakan untuk membuat minuman anggur beracun yang sempurna.
Beberapa di antara ramuan racun memiliki nama yang lazim dikenal pada zaman kuno, termasuk racun mematikan seperti arsenik, ramuan penghancur usus, mahkota merah bangau, dan bubuk kematian tiga tawa.
Ada banyak tanaman racun yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar pada zaman ini, tetapi yang paling menarik adalah jenis tanaman cemara beracun atau hemlock. Ini adalah racun paling mematikan karena menyerang sistem saraf pusat dan sulit dideteksi karena bentuk tanaman ini mirip seperti daun seledri. Racun ini menyebabkan kejang-kejang, membuat otot wajah berkontraksi, rahang terkatup rapat, dan otot-otot pengunyah menjadi tegang.
Dan yang lebih mengejutkan, kondisi itu menimbulkan senyuman sinis berupa seringai yang mengerikan pada jasad korban. Ini tepat seperti yang dikatakan nenek tentang kondisi mendiang ibu Tan Xiuying sebelum ajal menjemputnya.
Cai Ying dan Shao Liu yang berdiri di samping mengawasi nona mudanya sibuk membolak-balik halaman setiap buku, menjadi khawatir. "Sebaiknya Nona beristirahat dulu, sekarang sudah hampir tengah malam."
"Sebentar lagi. Aku belum mengantuk. Lagi pula, butuh waktu lama untuk mempelajari buku setumpuk ini."
"Nona sedang mencari apa sebenarnya?" tanya Cai Ying.
"Aku sedang mempelajari obat-obatan dan juga racun yang paling mematikan."
Cai Ying dan Shao Liu saling berpandangan dengan bingung. "Hah? Untuk apa, Nona?" tukas Shao Liu.
Tan Xiuying menatap kedua pelayannya lekat-lekat, lalu berkata, "Besok, bisakah kalian carikan informasi tentang gejala-gejala yang diderita ibuku sebelum beliau meninggal?"
Kedua pelayannya seketika paham maksud nona mudanya. "Apakah Nona mencurigai kematian Nyonya Marquis Pertama karena penyebab tidak wajar?"
Tan Xiuying mengangguk. "Hanya kecurigaan sementara. Tolong tetap rahasiakan ini. Jangan sampai ketahuan banyak orang, termasuk Nenek dan Ayah."
Cai Ying mengangguk mantap. "Baik, Nona. Serahkan urusan itu pada saya. Saya pastikan rahasia tetap aman dan saya bisa mencari tahu sana-sini tanpa menimbulkan kecurigaan."
"Baiklah. Kalian tidur saja dulu."
Kedua pelayan itu saling berpandangan dengan bingung bercampur cemas. Mereka tidak memahami keanehan nona muda mereka yang tampak seperti gila-gilaan menekuni buku-buku yang dibacanya. Ini tidak seperti nona muda mereka yang biasanya.
Meskipun enggan, keduanya pun keluar ruangan menuju kamar mereka.
***
Sore hari berikutnya, kediaman itu menjadi hiruk pikuk setelah kedatangan rombongan Marquis Jiujiang sepulang dari Ibu Kota Kekaisaran.
Dugaan Tan Xiuying benar. Rombongan mereka belum sampai ke Ibu Kota Kekaisaran ketika utusan yang diperintahkan Tan Xiuying menyusul rombongan itu. Mendengar berita itu, Marquis Jiujiang lekas-lekas memerintahkan seluruh rombongan segera kembali ke kediaman seketika itu juga.
Mereka tiba di Jiujiang pada saat senja, ketika hari mengirimkan semburan emas dan kemilaunya ke langit malam yang segera tiba.
Sesampainya di kediaman itu, Marquis Jiujiang segera memerintahkan pelayan memanggil Tan Xiuying.
Cai Ying tergopoh-gopoh menemui Tan Xiuying dan menyampaikan berita itu.
"Nona Xiuying, Tuan Marquis sudah datang."
Tan Xiuying yang sedang membaca buku tentang kumpulan ramuan herbal kuno, buru-buru menutup bukunya dan mengernyit.
"Bagaimana Tuan Marquis? Apakah beliau marah atau gembira?"
"Entah, Nona. Sulit menebak apa yang dirasakannya. Wajahnya tampak tegang dan serius."
"Lalu, bagaimana dengan Nyonya Marquis?"
"Seperti biasa, Nona. Tampak tenang dan selalu tersenyum manis."
"Seekor rubah memberi penghormatan pada seekor ayam."
Kebetulan, Tan Xiuying juga sedang merasa sangat jemu. Tidak ada salahnya keluar dan melihat kejutan yang disiapkan oleh sang ibu tiri untuknya.