Chereads / Peony di Antara Duri / Chapter 12 - Bertemu Nenek

Chapter 12 - Bertemu Nenek

Pepatah Tiongkok kuno tentang pernikahan adalah "Dijodohkan oleh orang tua, diatur oleh mak comblang."

Pada zaman kuno, proses pernikahan sangat ketat. Kisah asmara tidak selalu mudah. Kadang butuh pengorbanan yang spektakuler dan sering kali tragis.

Dia teringat cerita legenda dari Tiongkok mengenai tragedi romantika antara dua kekasih, Sampek dan Engtay, dalam bahasa mandarin: Liang Shanbo dan Zhu Yingtai. Legenda ini sering dianggap sebagai Romeo dan Juliet versi Tiongkok.

Tidak mungkin Tan Xiuying yang asli begitu bodohnya seperti kerbau dicucuk hidungnya dan ingin mengikuti jejak pendahulunya, Sampek dan Engtay. Hubungan cinta dua sejoli itu begitu tulus dan murni, cinta sejati yang tanpa dibayang-bayangi motivasi apa pun di baliknya. Hubungan asmara terlarangnya dengan Pangeran Keempat sangat jauh bila dibandingkan dengan kisah cinta suci yang legendaris sepanjang sejarah itu.

Pangeran Keempat, Liu Junjie, juga tidak sebodoh itu hingga menambatkan hatinya pada Tan Xiuying yang masih hijau dan lugu, yang begitu mudahnya terjerat cinta seorang lelaki hidung belang yang sangat berpengalaman.

Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan di pintu. Cai Ying dan Shao Liu berjalan masuk dengan membawa nampan berisi sarapan.

"Sarapan sudah siap, Nona Xiuying. Silakan menikmati."

Begitu mereka meletakkan nampan di meja bundar di tengah ruangan, Tan Xiuying menatap berbagai macam hidangan yang membangkitkan selera makannya.

Di depannya ada susu kedelai dengan Yu Char Kway atau Cakwe goreng. Ada juga bakpao kukus, bubur ayam, dadar gulung isi telur dan ayam, sup pangsit, bakmi goreng, aneka dimsum, lunpia, kimchi, acar mentimun segar, dan acar tahu. Ada pula makanan pencuci mulut Douhua atau puding tahu yang menguarkan aroma jahe segar.

Dengan tatapan penuh selera, dia mengambil sumpit dan mencicipi satu per satu makanan dengan lahap.

Cai Ying dan Shao Liu saling bertukar pandangan heran dengan mulut ternganga ketika melihat nona muda mereka makan dengan lahap. Ini seperti bukan Nona Tan Xiuying yang mereka kenal, tetapi seperti orang asing yang tidak pernah menemukan makanan enak selama berabad-abad.

Sehabis makan dan menyeka mulutnya dengan kain serbet putih bersulam indah pada ujungnya, Tan Xiuying menatap kedua pelayannya dan bertanya, "Nah, aku sudah selesai makan. Sekarang, tolong ceritakan tentang Nenek?"

Cai Ying berkata, "Baiklah, Nona Xiuying. Yang Mulia Janda Putri Xingjuan adalah gelar kehormatan untuk putri tertua Liu Meifeng dari dua generasi kaisar sebelumnya. Beliau menikah dengan seorang bangsawan bermarga Tan dari sayap kanan yang sudah meninggal beberapa tahun lalu karena jatuh sakit. Dimulai dari beliau, kaisar waktu itu menganugerahi gelar Marquis hingga akhirnya gelar itu disandang oleh Tuan Marquis sekarang."

Tan Xiuying manggut-manggut. Dia menguatkan dirinya sebelum menemui nenek yang dalam gambaran di benaknya adalah seorang wanita tua yang kejam, otoriter, tegas, dan menakutkan. Seorang tetua dalam keluarga bangsawan biasanya sangat dihormati dan setiap keputusannya selalu mewarnai kehidupan keluarga itu. Setiap perkataannya adalah mutlak, tidak boleh dibantah dan harus dipatuhi.

Setelah merapikan baju dan dandanan rambutnya sebentar, Tan Xiuying segera beranjak. Kedua pelayannya segera mendampingi gadis itu berjalan menuju Paviliun Pusaka, tempat neneknya berada.

Paviliun Pusaka adalah sebuah tempat yang berada di aula utama bagian tengah. Tempat itu agak besar di bagian paling utara dan biasanya memang diperuntukkan bagi tetua dari keluarga itu.

Untuk menuju ke sana, dia harus melewati taman utara yang sangat indah. Rumpun bunga Peony berada di sisi kanan dan kiri taman itu dengan sebuah kolam besar yang membentang seluruhnya. Bunga Teratai berwarna ungu dan merah muda, serta Peace Lily memperindah kolam itu dengan beraneka warna bunga yang bermekaran indah.

Dia melintasi sebuah jembatan kayu yang membentang di atas kolam ikan itu. Di depannya terdapat paviliun yang sangat indah dan megah. Tempat itu disebut Paviliun Pusaka.

Ada sebuah pagoda kecil bertingkat di depan paviliun itu. Rumpun bunga Kamelia, Matahari dan Krisan tersebar di mana-mana. Ayunan kesukaan Tan Xiuying terikat pada pohon beringin tua yang menjulang tinggi di sudut kanan.

Sebagai putri tertua dari dua generasi kaisar sebelumnya, Liu Meifeng adalah seorang wanita cantik yang bermartabat dan anggun. Auranya yang penuh karisma seketika memancar ketika dia memasuki ruangan aula ditemani oleh seorang pelayan tua. Wajahnya tampak berseri-seri dan sangat gembira ketika melihat kedatangan cucu kesayangannya.

"Akhirnya kamu datang juga, Xiuying. Nenek dengar kabar kalau kamu pulang pagi-pagi benar dan Nenek baru saja hendak mengunjungimu. Kukira kamu sedang tidak enak badan."

Tan Xiuying membungkuk memberi hormat, kemudian berjalan menghampiri neneknya dan berkata, "Salam, Nenek. Aku sudah pulang dengan selamat dan datang ke sini untuk menemuimu. Aku sangat merindukan Nenek akhir-akhir ini."

Meskipun merasa sangat gelisah, Tan Xiuying tetap menyapa neneknya dengan menyunggingkan senyum manis.

Liu Meifeng langsung memeluk cucu kesayangannya erat-erat. Air mata menggenangi pelupuk matanya yang sudah keriput. "Kupikir aku tidak akan pernah melihatmu lagi sejak mendengar berita mengejutkan itu. Aku juga sangat merindukanmu, cucuku."

Tan Xiuying balas memeluk Liu Meifeng dan kemudian membantunya duduk. Mereka berdua berbasa-basi sebentar dan Liu Meifeng berkata, "Kenapa kamu tidak di sini saja menemaniku sampai waktu makan malam?"

"Baiklah, Nenek. Aku akan tinggal selama mungkin yang Nenek mau."

Melihat Liu Meifeng akan membuka mulut, Tan Xiuying segera menuangkan secangkir teh untuknya. "Di seluruh Ibu Kota Kekaisaran, semua orang tahu bahwa Nenek adalah orang yang selalu bermurah hati kepada semua orang, terutama kepada semua anak dan cucunya. Nenek adalah teladan yang sangat baik dan patut dipuji-puji."

Liu Meifeng seketika tersanjung dengan perkataan cucunya. Apakah itu benar atau tidak, yang pasti Tan Xiuying telah berhasil membuatnya membusungkan dada.

Dengan ceria, Liu Meifeng berkata, "Tentu saja Nenek menyayangi kalian semua."

Menyunggingkan senyum manis, Tan Xiuying mengusap lengan Liu Meifeng dengan penuh kasih sayang.

"Kemarin ayah dan ibu tirimu, kedua kakakmu dan adikmu pergi ke ibu kota. Kamu sudah tahu?"

Tan Xiuying mengangguk dengan gamang. Tan Xiuying yang asli memang picik. Satu kesalahan yang gegabah sudah membuat seluruh keluarganya terjerumus dalam kemelut.

"Maafkan aku, Nek. Aku sangat menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi."

Liu Meifeng menatapnya dan berkata, "Anak muda sering kali mengagung-agungkan cinta. Padahal yang dinamakan cinta itu sering kali buta. Cinta buta itu memang benar adanya. Saat jatuh cinta, anggapanmu tentang dia pasti selalu bagus. Keburukannya kamu sanggah dan kamu lupakan."

"Aku tahu kesalahanku, Nek. Entah pikiran gila macam apa yang membuatku terpincut pada pria yang sudah beristri. Kemungkinan terburuknya adalah kamu menjadi selirnya. Apa kamu ingin menjadi selirnya?"

"Tentu tidak, Nek. Impian wanita mana pun pastilah ingin menjadi wanita pertama di hati seorang pria."

"Bagus! Nenek yang paling menentang jika kamu bersikeras ingin menikahinya. Lagi pula, Pangeran Keempat terkenal penuh dengan skandal. Itu akan berpengaruh buruk padamu dan terlebih lagi reputasi ayahmu. Kamu paham itu?"

Tan Xiuying mengangguk dengan terharu.

Keluarga yang begitu menyenangkan. Dalam kehidupan ini, Tan Xiuying berjanji bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Tan Xiuying yang asli. Dia harus melindungi keluarga ini dengan baik dan tidak membiarkan siapa pun menyakiti mereka.