Dia meraih sup hangat di meja samping tempat tidur dan mengendus aromanya. Ini hanya sup ayam dengan uap hangatnya yang mengepulkan aroma rempah-rempah yang kuat dan berbau harum. Setelah menghabiskan sup hangat untuk meredakan mabuknya, mata Tan Xiuying terasa berat dan dia kembali melanjutkan tidurnya.
Lewat tengah malam, Tan Xiuying terbangun dengan kaget ketika hujan deras disertai petir menyambar-nyambar. Setelah terjaga penuh, dia memandang sekitarnya dengan nanar. Saat itu juga, dia segera teringat pada Zhu Longwei yang masih tidur di luar rumah. Bagaimana kalau pria itu basah kuyup karena kehujanan?
Dengan mengumpulkan kekuatannya, Tan Xiuying bergegas bangkit dan terhuyung-huyung berjalan ke arah pintu. Meski tubuhnya masih limbung dan kepala berdenyut-denyut, dia tetap berusaha mencapai pintu depan. Begitu pintu terbuka, matanya mengamati ke segala arah. Di bawah cahaya temaram lentera di serambi, dia menemukan pria itu meringkuk di sudut teras dalam posisi yang kelihatan tidak nyaman.
Dengan rasa iba, Tan Xiuying menghampiri pria itu dan memanggilnya, "Tuan Zhu ... "
Zhu Longwei perlahan beringsut, kemudian membuka matanya. "Nona Xiuying ... ada apa? Mengapa terbangun? Terkejut karena suara petir?"
Gadis itu mengangguk. "Tuan, kurasa tidurku sudah cukup. Tuan bisa menggunakan kamar itu. Silakan tidur di sana. Aku bisa tidur di kursi."
Zhu Longwei menatapnya dengan sungkan. "Yakin, kamu tidak keberatan?"
Gadis itu mengangguk lagi.
"Aku tidak tega membiarkanmu tidur di luar dalam kondisi cuaca buruk seperti ini. Bagaimanapun aku masih punya hati."
"Baiklah. Terima kasih." Kemudian dia berbalik dan berkata lagi dengan tersenyum tipis, "Aku seorang pria terhormat, Nona Xiuying. Aku tidak akan berbuat yang tak pantas kepadamu. Percayalah padaku."
Tan Xiuying tertegun dan menahan malu.
Kemudian Zhu Longwei bangkit berdiri, mengibaskan debu dan kotoran dari bajunya dan melangkah masuk ke kamar. Tan Xiuying mengikutinya beberapa saat kemudian dan menutup pintu. Dia tersenyum getir. Keadaan yang memaksa ini sudah mengalahkan harga dirinya.
Sebuah kursi kayu kecil ada di dalam kamar yang sempit itu. Dia menatap kursi reyot itu lalu tersenyum kecut.
Sementara Zhu Longwei sudah tertidur lelap, Tan Xiuying bergulat dengan dirinya sendiri dan melawan kantuk. Dia berjuang keras agar tidak banyak bergerak supaya tidak terjadi insiden memalukan gara-gara kursi reyot yang roboh. Pada akhirnya, dia tidak kuasa menahan rasa kantuk dan lelah hingga akhirnya tertidur pulas.
Beberapa saat kemudian setelah Zhu Longwei tertidur, hujan turun lagi. Dia terbangun gara-gara kedinginan dan secara refleks mencari Tan Xiuying. Lampu di ruangan itu sudah padam dan suasana tampak temaram. Dengan alis berkerut, dia mendapati gadis itu sedang meringkuk di kursi kayu.
Tidak tega melihat keadaan Tan Xiuying, dia mengangkat gadis itu dengan hati-hati dan membaringkannya ke atas ranjang. Gadis itu menggeliat sebentar dan melenguh pelan, tetapi Zhu Longwei tidak ingin mengusik tidurnya. Kemudian dia merebahkan diri di samping gadis itu tanpa bersuara.
Saat Tan Xiuying bergeser lebih dekat dengannya, Zhu Longwei membiarkan kepala gadis itu menempel di bahunya.
Baiklah, kita hanya akan menghangatkan diri sebentar. Lagi pula, Nona Xiuying, kamu membutuhkan istirahat yang panjang sejak perjalananmu yang gila dan menyedihkan ini, batinnya.
Namun, selama waktu itu, Zhu Longwei tidak bisa lagi memejamkan matanya. Dia terus bergulat melawan perasaan canggung dan aneh yang dirasakannya. Baru kali ini seumur hidupnya dia tidur seranjang dengan seorang gadis muda yang bahkan tidak dikenalnya. Dia terus berusaha memejamkan matanya.
Tak lama kemudian fajar merekah, dan burung-burung pun mulai bertengger di pegangan tangga kayu paviliun, berkicau merdu dengan riang gembira.
Zhu Longwei membuka mata dan memandang sekelilingnya. Jantungnya mulai berdebar ketika menyadari kepala Tan Xiuying bersandar di bahunya. Perasaan aneh timbul ketika bau harum gadis itu menyeruak hidungnya. Tidak urung dia bertanya-tanya mengapa gadis ini selalu memancarkan bau harum khas yang aneh dan memikat.
Dia mengawasi gadis itu dari jarak dekat. Raut wajahnya tampak halus dan mengilap di bawah sinar mentari pagi. Bulu matanya panjang dan lentik, alisnya tergambar jelas berbentuk bulan sabit, dan hidungnya yang mancung membuat garis wajahnya tampak halus. Bibirnya tampak sangat merah merekah dan bisa mendorong pria mana pun untuk mengulumnya ...
Dia buru-buru mengalihkan pandangannya dan beringsut dengan canggung, perasaan yang asing itu mengejutkannya. Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat, mencoba mengusir pikiran konyol di kepalanya. Bagaimanapun dia masih seorang pria normal.
Saat ini, Tan Xiuying tiba-tiba terbangun dengan terkejut. Dia bertanya-tanya, sejak kapan dia berbaring di ranjang bersama Zhu Longwei? Dia sama sekali tak habis pikir. Seingatnya dia tertidur pulas di kursi reyot itu sampai pagi. Bagaimana dia akhirnya bisa pindah ke ranjang tadi malam?
Dia buru-buru melompat dari ranjang dan seketika terjaga penuh. Dengan tatapan penuh selidik, dia memandangi tubuhnya sendiri, kemudian beralih menatap Zhu Longwei. Syukurlah, mereka sama-sama masih mengenakan pakaian lengkap.
"Kamu sudah bangun."
Terdengar suara parau pria itu. Tan Xiuying menoleh dan menatap pria itu sedang menggeliat.
"Apa yang terjadi tadi malam?"
"Apa maksudmu, Nona?"
Tan Xiuying mengernyit. "Bagaimana aku bisa tidur seranjang bersamamu? Bukankah tadi malam aku tidur di kursi?"
"Maafkan aku, Nona Xiuying. Aku tidak tega melihatmu tertidur di kursi. Apalagi cuaca sangat dingin setelah hujan. Kamu tidur begitu lelapnya seperti bayi, sehingga aku tidak ingin membangunkanmu. Jadi aku mengangkatmu ke sini."
Tan Xiuying mengerutkan bibirnya dan memandang pria itu dengan gusar. "Tuan Zhu, jangan coba-coba mengambil keuntungan dariku dalam kelemahanku. Bukankah sudah kutegaskan bahwa harus ada batasan antara kita sebagai laki-laki dan perempuan?"
Zhu Longwei tertawa lalu berkata, "Jangan khawatir, Nona Xiuying. Tidak terjadi apa-apa semalam. Bukankah sudah kubilang bahwa aku tidak akan berperilaku tak pantas padamu? Kamu bisa pegang kata-kataku."
Lalu pria itu bangkit dengan canggung dan menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Dia ingin menjauh dari gadis itu dan melepaskan diri dari apa yang dia rasakan. Dia bangun dari tempat tidur dan mengatakan bahwa dia akan pergi kencing.
"Tuan Zhu, aku akan pergi mengambil makanan," ujar Tan Xiuying dengan tersipu malu sekaligus merasa lega karena ada alasan untuk pergi dan menghindari pria itu.
Dia buru-buru keluar rumah dan menuju bangunan utama untuk menemui istri dari pemilik rumah itu. Wanita separuh baya itu menghampirinya dengan senyum merekah di wajahnya. Tangannya membawa nampan berisi beberapa bakpao kukus dan sup pangsit yang masih mengepulkan uap panas.
"Selamat pagi. Nak, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kalian. Silakan dinikmati."
"Terima kasih, Nyonya."
Mengingat penyamarannya sebagai seorang pria, Tan Xiuying berkata dengan suara yang dibuat-buat separau mungkin, lalu membungkuk dengan hormat padanya. Dia menerima nampan itu dan kembali menuju paviliun.
Setelah melahap bakpao kukus yang direndam dalam sup pangsit, suasana hati Tan Xiuying menjadi lebih baik saat mereka melanjutkan perjalanan.