Sementara itu di dalam kediamannya, Tan Xiuying memasuki pelataran depan dan menikmati taman indah yang tertata rapi. Kemudian dia memasuki gerbang dalam tanpa pintu dengan dinding pembatas pada bagian tengah. Dinding itu memajang sebuah cermin perunggu yang disebut Cermin Magis dengan pola-pola tertentu di sisi belakang, sementara sisi depan dipoles mengilap yang dapat memantulkan cahaya ke permukaan terdekat saat sinar matahari mengenainya.
Saat berbelok ke kiri, dia dihadapkan pada pemandangan pelataran dalam yang luas, dengan beberapa pohon peneduh yang rimbun di setiap sudut. Beberapa pelayan tampak hilir-mudik mengerjakan tugas dan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka hampir tidak menyadari kehadirannya.
Ketika salah seorang pelayan melihat Tan Xiuying memasuki pelataran dalam, seisi rumah seketika itu juga menjadi gempar. Masing-masing orang menghentikan pekerjaan mereka.
"Nona!"
Seorang gadis pelayan berusia 17 tahun tampak terkesima dan mematung.
Di belakangnya, seorang gadis pelayan lain yang lebih muda tergopoh-gopoh mengikutinya dan juga tampak terperangah.
"Ada apa dengan kalian? Kalian seperti baru melihat hantu."
"Nona ... benarkah ini Nona Xiuying?"
Mereka tergagap-gagap.
"Katakan ada apa?"
Gadis pelayan yang pertama tadi memberanikan diri melangkah maju.
"Nona Xiuying, Anda dikabarkan tewas setelah tercebur ke laut. Tuan dan Nyonya bersama Tuan Muda Pertama dan Kedua serta Nona Kedua sedang pergi ke Ibukota Kekaisaran untuk memastikan kebenaran berita itu."
"Siapa yang mengabarkan itu?"
"Kemarin utusan dari Yang Mulia Pangeran Keempat menyampaikan kabar itu lewat sepucuk surat. Kemudian semua orang buru-buru pergi ke istana untuk menemui beliau."
Ini jebakan! Tan Xiuying berpikir dalam hati. Peng Liling pasti menggunakan otoritas suaminya untuk menjalankan siasatnya. Kali ini, ayahnya masuk ke dalam perangkapnya. Dia harus segera menghentikannya. Seandainya dia hidup di zaman modern, komunikasi akan jauh lebih mudah, tetapi dia hidup di zaman yang serba primitif. Untuk mengirim kabar antar kota saja terkadang bisa memakan hingga berhari-hari. Dia harus bertindak lebih cepat untuk menggagalkan rencana jahat itu.
Memikirkan itu, dia buru-buru memerintahkan, "Cepat kirim utusan terbaik dan paling cepat untuk menyusul dan mengabari Tuan Besar! Lakukan segera dan secepat mungkin! Kabarkan bahwa aku sudah pulang dengan selamat. Mereka pasti belum jauh."
"Baik, Nona!" sahut pelayan itu dengan panik dan buru-buru menjalankan perintahnya.
Gadis pelayan yang lain masih berdiri di tempatnya, menunggu perintah nona mudanya.
"Kamu ikut denganku ke kamar. Berjalanlah lebih dulu."
"Baik, Nona Xiuying!" sahut pelayan kedua itu.
Berhubung banyak pelayan ada di mana-mana, Tan Xiuying merasa terganggu, jadi dia menyuruh mereka keluar dari paviliunnya dan mengunci pintu. Hanya tinggal dia dan pelayan muda itu bersamanya di dalam ruangan.
Bagian dalam paviliun itu dihiasi dengan perabot yang sangat mewah―yang terdiri dari tempat tidur besar dengan tirai putih yang mewah, lemari besar, rak-rak kayu, meja dan kursi. Di atas meja, ada sebuah vas yang telah diisi penuh dengan buket bunga Peony berwarna merah muda, seperti rumpun bunga yang tumbuh di pojok dinding paviliunnya.
"Tolong bantu aku menyegarkan ingatanku. Kepalaku terbentur batu sehingga sebagian ingatanku hilang. Katakan siapa namamu dan pelayan tadi. Terangkan sejelas mungkin agar aku bisa mengingat semuanya."
Pelayan muda itu tertegun sesaat kemudian menjawab, "Baik, Nona. Saya mengerti. Namaku Shao Liu, dan pelayan tadi bernama Cai Ying. Kami berdua ditugaskan untuk melayani Nona secara pribadi."
"Apa nama paviliun ini?"
"Paviliun Peony, bunga kesukaan Nona."
"Katakan, apa yang biasa kukerjakan pada pagi hari?"
"Nona biasanya menemui Yang Mulia Putri Sulung Xingjuan di Paviliun Pusaka."
"Siapa itu? Bagaimana hubunganku dengan dia?"
"Beliau adalah ibu dari Tuan Marquis. Beliau sangat menyayangi Nona seperti biji matanya."
"Baiklah, aku akan menemuinya pagi ini dan memberi salam padanya. Pergilah dulu. Akan kupanggil jika aku membutuhkanmu lagi."
Shao Liu mengangguk patuh, kemudian membungkuk hormat dan keluar ruangan.
Mentari pagi telah terbit dan beberapa berkas sinarnya menyinari bingkai jendela, menembus ke dalam paviliun itu. Tan Xiuying duduk di depan meja rias dan akhirnya dia bisa melihat siluet tubuhnya dengan jelas.
Kendati pernah melihat bayangan wajahnya lewat pantulan di air sungai waktu itu, dia masih agak terkejut ketika melihat wajahnya. Cermin perunggu besar di atas meja rias ini lumayan mengilap dibanding cermin yang dia lihat di dinding depan. Meski tidak sejernih kaca cermin modern, cermin perunggu ini samar-samar dapat memperlihatkan bayangan tubuhnya.
Wajah seukuran telapak tangan muncul di cermin. Pipinya tidak berisi, sehingga dagunya terlihat lebih tirus. Bayangan yang terpantul di cermin itu memperlihatkan seraut wajah dengan hidung mancung, mulut yang melengkung indah, alis hitam berbentuk bulan sabit dan sepasang mata besar yang indah.
Saat menatap bayangan di cermin, dia berkata dalam hati, Tan Xiuying, nama asliku adalah Sharon Lin. Aku juga bingung mengapa aku berada di sini sekarang, padahal seharusnya aku sudah mati. Aku datang dari benua lain. Entah bagaimana aku menjadi penjelajah waktu dan akhirnya mendiami tubuhmu.
Penjelajah waktu lain semuanya datang dengan semacam kekuatan hebat atau sistem rahasia yang bisa menolong mereka. Namun aku mungkin akan mengecewakanmu karena aku datang ke zaman ini sebagai seseorang yang tidak punya kehebatan apa pun. Aku hanyalah seorang pecundang, seorang agen rahasia dan mata-mata yang bahkan tidak berhasil menjalankan tugas. Aku tahu kamu mungkin akan membenciku, tapi aku tidak punya pilihan lain.
Aku memiliki ingatan tentangmu sebelumnya. Kamu lebih beruntung tumbuh besar sebagai seorang gadis cantik di keluarga kaya raya yang sangat mengasihimu. Kamu juga beruntung punya kekasih meskipun semesta tidak merestui hubunganmu. Di masa hidupku, aku bahkan tidak punya kekasih yang sangat kucintai. Hidupku hanya untuk diriku sendiri dan keluargaku.
Aku adalah seorang yang sangat perfeksionis dan tidak memiliki keterikatan dengan dunia ini. Jika aku dapat menemukan cara untuk mati di zaman ini, aku akan mengembalikan tubuh ini kepadamu. Jangan khawatir. Karena aku berbagi tubuh denganmu, aku akan membalaskan dendammu dan melindungi keluargamu.
Berhubung Tan Xiuying telah tidur sepanjang malam di dalam kereta, dia sama sekali tidak mengantuk. Dia menjelajah ingatan tentang Tan Xiuying dan menemukan seperangkat alat lukis di meja kerja di samping ruang tidur.
Kemudian dia merasa tangan kirinya bergerak dengan lincah. Dia memilih selembar kertas paling besar dan menggambar seorang gadis dewasa di kertas itu. Gadis itu mengenakan kemeja modern warna khaki dan celana jin biru dengan rambut diikat ekor kuda.
Di bawah gambar itu, tertulis beberapa kata: "Mareciland, Sharon Lin, 30 tahun, 2035".
Berhubung hari masih pagi, Tan Xiuying berpikir bahwa neneknya pasti belum bangun sehingga dia sengaja mengulur waktu untuk menemuinya. Meski tidak mengantuk, dia tetap berbaring di tempat tidur dan memejamkan mata sejenak untuk mengistirahatkan tubuhnya. Perjalanan penuh tantangan selama empat hari itu telah membuat tubuhnya sangat penat.
Namun, otak dan tubuhnya tidak mau bekerja sama, pikirannya terus bekerja. Akhirnya dia buru-buru bangkit dan membasuh mukanya dengan air di dalam bejana air di dekat pintu. Kemudian dia merapikan pakaiannya sebentar, menyisir rambut panjangnya yang hitam legam dan mengikat rambutnya dengan sekadarnya.
Setelah membuka pintu kediamannya, dia melihat Cai Ying dan Shao Liu berdiri di luar dan menatapnya dengan terpana.
Dia menepuk keningnya sendiri, Tan Xiuying, apa kamu sudah sinting? Apa kamu pernah melihat nona muda keluarga kaya di zaman kuno berpakaian dan berdandan sendiri? Huh, orang-orang kuno ini memang sangat merepotkan.