Chereads / Peony di Antara Duri / Chapter 11 - Menyegarkan Ingatan

Chapter 11 - Menyegarkan Ingatan

Cai Ying dan Shao Liu saling berpandangan dengan penuh tanya, kemudian mereka dengan gemetar ketakutan melangkah maju menghampiri Tan Xiuying.

"Nona, sebaiknya Anda berganti pakaian dan berdandan yang lebih layak," kata Cai Ying, gadis pelayan yang lebih tua.

Tan Xiuying menatap mereka dan bertanya-tanya tentang sikap aneh mereka, lalu berkata, "Baiklah, bantu aku berpakaian dan berdandan."

Mereka pun kembali masuk ke kamar dan kemudian mengunci pintu. Cai Ying dan Shao Liu akan membantu Tan Xiuying mengenakan pakaian baru dan merias wajahnya. Kedua pelayan itu sangat cekatan dan sepertinya sudah sangat menguasai pekerjaan mereka.

Kali ini mereka memilihkan hanfu sutra warna biru dengan motif floral yang sangat indah. Tan Xiuying meraba kain halus itu dan mau tak mau merasa takjub. Di zaman kuno ini mereka sudah menghasilkan kreasi berkualitas tinggi yang seindah ini.

Hanfu dikenakan oleh bangsa Han dengan sejarah 5000 tahun lebih. Pakaian Hanfu terbentuk melalui perkembangan zaman secara alami, dan berdasarkan gaya dan kepribadian bangsa Han yang unik. Selain diwariskan secara turun temurun, hanfu ini melestarikan kerajinan tangan dan estetika luar biasa dari bangsa Han, seperti mewarnai, menenun dan menyulam pada bahan kain hanfu tersebut.

Kain Hanfu terutama terbuat dari bahan brokat, sutra, cita, katun, linen, rami, lawai, dan kain yang dengan dicelup warna dan dicetak. Setiap kain digunakan seusai dengan keperluan yang berbeda. Pakaian kaum bangsawan biasanya terbuat dari kain bordir, brokat, dan sutra.

Cai Ying dan Shao Liu menanggalkan seluruh pakaian lusuh yang Tan Xiuying kenakan sebelumnya. Tan Xiuying mulai mengenali berlapis-lapis pakaian yang sekarang dikenakannya.

Saat ini, dia hanya tinggal mengenakan selembar kain sutra tipis warna putih berbentuk persegi dan bersulam halus dengan empat tali yang bisa diikat menjadi satu untuk menutupi dadanya. Keempat tali itu diikat di belakang leher dan punggung sehingga membiarkan punggungnya tetap terbuka.

Dia hanya menduga itu adalah bra pada zaman kuno. Untuk memastikannya, dia bertanya dengan rasa ingin tahu, "Apa ini namanya?"

"Nona Xiuying, ini disebut 'baofu', kain yang dipakai untuk menutupi dada," sahut Cai Ying agak tersipu malu. Sebelum ini, Tan Xiuying tidak pernah repot-repot menanyakan banyak hal secara detail, apalagi menanyakan tentang pakaian dalam yang dianggap hal pribadi pada zaman itu.

Setelah itu, mereka memasangkan celana panjang dan baju atasan warna putih dengan garis leher warna biru muda bersulam indah. Kemudian mereka melingkarkan rok bawahan lilit warna biru tua dengan tali yang diikat pada pinggang. Baru setelah itu mereka memasangkan jubah luar hanfu sutra warna biru dengan garis leher warna hitam. Kain panjang warna biru tua mengikat pinggangnya yang ramping sebagai ikat pinggang dan sengaja dibiarkan menjuntai panjang.

Model pakaian hanfu pada zaman ini kebanyakan sama, berlengan sangat lebar dan pakaian longgar yang biasanya terdiri dari dua atau tiga lapis. Para bangsawan khususnya menggunakan kain sutra yang mewah dengan berbagai corak dan motif. Hanfu ini bisa sepanjang 4 meter lebih yang dililitkan ke tubuh dan menghasilkan jubah kerah silang terbuka.

Para bangsawan berstatus tinggi juga menggunakan warna yang berbeda sesuai dengan musim; biru atau hijau untuk musim semi, merah untuk musim panas, kuning untuk musim gugur dan hitam untuk musim dingin. Ini menjelaskan mengapa Tan Xiuying mengenakan hanfu warna biru pada musim semi saat ini.

Setelah selesai berpakaian, Cai Ying dan Shao Liu merias wajah dan rambutnya. Tan Xiuying mencoba memandangi dirinya di cermin perunggu besar di meja riasnya. Dia menatap bayangan samar-samar di cermin sembari tangannya meraba dandanan rambut dan pakaiannya. Meski tidak bisa memperlihatkan lekuk tubuhnya, pakaian hanfu berwarna biru itu membuatnya makin terlihat elegan dan anggun.

Gadis di cermin itu tampak muda dan belum berpengalaman. Dia memiliki alis indah berbentuk bulan sabit dan matanya secerah embun musim semi. Ketika dia melihat sekeliling, sikapnya terlihat anggun. Rambut hitam panjangnya ditata menjadi sanggul yang rumit dan sebagian diikat di belakang. Wajahnya tertutup riasan putih dan tebal seperti dinding yang dilabur kapur putih.

"Mengapa wajahku harus seputih ini? Bedak apa yang kalian gunakan?"

Tan Xiuying memperhatikan para wanita bangsawan di Dinasti Han kebanyakan menyukai riasan putih, dengan alis datar atau alis melengkung tipis, dan pemerah bibir. Ini disebabkan karena Dinasti Han adalah tahap awal dari budaya Han, memiliki kecenderungan akan estetika dan ketenangan, sehingga riasan wajah dan rambut juga didasarkan pada kesederhanaan. Jauh berbeda dengan beberapa dinasti setelahnya yang mulai mengenal beragam produk riasan.

Cai Ying buru-buru menyodorkan sebuah wadah bulat yang antik dan menjawab dengan gugup, "Kita biasa menggunakan ini, Nona. Sudah lazim bagi para wanita bangsawan memakai riasan seperti ini. Bahkan Nona juga sangat menyukainya."

Tan Xiuying menerima wadah bedak itu, membukanya dan mengendus baunya. Sebagai seorang agen rahasia dan mata-mata di zaman modern, dia sangat terlatih menggunakan lima bahkan enam indranya. Penciumannya yang sangat tajam membuatnya mampu membedakan berbagai macam bahan.

Ketika mengendus bubuk bedak itu, dia mencium bau timah yang kuat dan samar-samar bau bubuk beras halus yang ditambah dengan ramuan aromatik lainnya. Menurut yang pernah dia baca sebelumnya, beginilah cara orang-orang zaman kuno membuat bedak. Namun, penggunaan timah putih secara terus-menerus akan berakibat buruk pada kulit.

Pemerah bibir terbuat dari bahan alami dari bunga Kesumba atau Safflower yang dicampur dengan lemak hewani menjadi balsam bibir. Perona pipi juga terbuat dari bubuk beras halus dicampur dengan bubuk bunga Kesumba. Kedua kosmetik itu masih aman dan bisa dia gunakan sehari-hari.

"Aku tidak mau menggunakan ini lagi. Rasanya riasan wajahku terlalu mencolok dan tidak sesuai dengan usiaku. Sebaiknya kalian merias wajahku sealami mungkin. Lagi pula dibandingkan kecantikan fisik, moral dan kecantikan batiniah jauh lebih diutamakan, 'kan?" ujar Tan Xiuying seraya menyerahkan wadah bedak antik itu kepada Cai Ying, yang menerimanya dengan gugup.

Cai Ying mengernyit. "Maaf, Nona. Sudah menjadi tradisi bagi para wanita bangsawan untuk mengenakan riasan wajah supaya makin menonjolkan kecantikan mereka."

"Apa harus begitu? Tidak bisakah aku tampil beda?"

"Bukannya tidak bisa, Nona. Hanya saja ... "

"Kenapa? Katakan saja apa yang ada dalam pikiranmu."

"Ini seperti bukan Nona Xiuying yang biasanya."

"Memangnya seperti apa biasanya aku?"

"Tidak apa-apa. Nona biasanya sangat mementingkan penampilan dan menyukai tampilan wajah yang putih."

"Begitukah? Kalau begitu, mulai besok aku ingin sesuatu yang berbeda."

Kedua pelayan itu mengangguk dan menjawab serempak, "Baiklah, Nona Xiuying."

"Selain itu, sebaiknya aku akan meramu bedakku sendiri. Kalian bantu aku mencari bahan-bahan alami yang banyak dijual di sekitar sini."

Kedua pelayan itu saling berpandangan dengan penuh tanya, dan kemudian menjawab serempak lagi, "Baik, Nona."

Ketika Shao Liu hendak memasangkan sebuah tusuk rambut emas di sanggulnya, Tan Xiuying agak mengernyit.

Dia menatap jepit rambut di tangan Shao Liu. Seperti inikah selera Tan Xiuying yang asli? Dia baru berusia 16 tahun tetapi menyukai riasan wajah tebal dan perhiasan mewah. Tusuk rambut ini terbuat dari emas yang bertaburan mutiara kecil, dengan beberapa rantai tipis yang panjang menjuntai dan bergoyang-goyang setiap kali dia melangkah. Hiasan rambut dengan desain rumit dan berat ini tidak cocok untuknya.

"Ganti dengan yang lain. Ini membuatku terlihat seperti wanita tua."

Setelah mendengar kata-katanya, Shao Liu termenung. "Namun, ini jepit rambut kesayangan Anda, Nona Xiuying."

Dahulu, Tan Xiuying paling menyukai tusuk rambut ini. Setiap kali pergi keluar, dia akan selalu memakainya. Mengapa dia tidak senang dengan tusuk rambut itu sekarang?

"Baiklah. Bagaimana kalau ini?" Shao Liu memperlihatkan jepit rambut sederhana dari batu giok dengan hiasan perak berukir.

"Ya, aku suka itu." Matanya berbinar saat melihat jepit rambut itu.

Setelah berdandan, Cai Ying dan Shao Liu mengamati penampilan Nona Qingyue saat ini dan memiliki perasaan campur aduk. Tan Xiuying terlihat asing sekaligus familier menurut pandangan mereka.

Melihat kedua pelayan itu tenggelam dalam pikiran mereka, Tan Xiuying menatap mereka berdua dan bertanya, "Ada apa?"

Cai Ying menatapnya dengan gugup. "Cara berpakaian dan penampilan Anda saat ini sangat mirip dengan Nyonya Marquis."

"Maksud kalian ibuku?" Tan Xiuying bertanya dengan singkat, karena ibu dalam ingatannya masih sangat samar. Lagi pula, dia bukan Tan Xiuying yang asli.

"Maksud saya ... mendiang Nyonya Marquis," ujar Cai Ying. Tampaknya karena pelayan ini lebih tua dan lebih berpengalaman, dia yang lebih banyak berbicara dibanding Shao Liu.

Tan Xiuying tertegun sejenak, lalu mengernyit dan berkata, "Lalu siapa Nyonya Marquis yang bersama Tuan?"

"Itu Nyonya Marquis Kedua. Beliau adalah adik sepupu dari mendiang Nyonya Marquis Pertama yang kemudian dinikahi oleh Tuan Marquis."

"Kapan ibuku meninggal? Dan apa penyebabnya?"

"Sekitar lima belas tahun lalu, Nona. Beliau tiba-tiba sakit parah hingga akhirnya meninggal."

Mendengar penjelasan Cai Ying, benak Tan Xiuying diliputi banyak pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya? Mengapa dia tiba-tiba jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dunia? Hingga tak lama kemudian, muncullah sosok wanita kedua di rumah ini yang secara tiba-tiba menjadi dewi penolong. Ini cerita klise yang banyak terjadi di zaman kuno, di mana perebutan posisi seorang nyonya rumah menjadi hal yang sangat mewarnai rumah-rumah keluarga bangsawan.

Akhirnya dia mengerti dari mana asalnya semua sifat pemberontak dalam diri Tan Xiuying yang asli. Dia yakin gejolak masa muda ini pasti terjadi setelah ibunya meninggal dan kehilangan pegangan hidup sejak itu.

"Kalian tahu, apa yang terjadi antara aku dan Pangeran Keempat, Liu Junjie?"

Tertegun, Cai Ying bertanya, "Nona ingat tentang hal itu?"

"Ya, samar-samar masih ingat. Sudah kubilang, sebagian besar ingatanku hilang sejak musibah itu."

"Baiklah, Nona Xiuying. Pangeran Keempat yang baru saja dinobatkan menjadi Raja Huainan yang memerintah di Kerajaan Kecil Huainan. Anda bertemu dengan Pangeran Keempat setahun lalu dalam sebuah acara malam perjamuan di aula kekaisaran. Sejak pertemuan itu, Pangeran Keempat sepertinya sangat tertarik pada Anda dengan mengirimkan surat dan berbagai hadiah lainnya. Sejak itulah Anda membalas perasaannya dan mulai berhubungan dengan Pangeran Keempat secara sembunyi-sembunyi karena beliau memang sudah menikah dengan Ratu Huainan, Peng Liling."

"Lalu, apa yang terjadi setelah itu?" tanya Tan Xiuying.

"Suatu ketika, hubungan Anda dan Pangeran Keempat mulai tercium oleh para pelayan Yang Mulia Peng Liling dan melaporkannya kepada beliau. Kemudian Yang Mulia Peng Liling melaporkan hal ini kepada Tuan Marquis dan meminta beliau agar mendidik dan menghukum Nona Xiuying."

"Mendengar hal itu, Tuan Marquis marah besar dan menghukum Nona ke tempat pengasingan di sebuah desa terpencil. Namun, Nona kabur selama perjalanan itu dan terakhir kali, kami mendengar kabar tempo hari kalau Nona dikabarkan tewas selama pengejaran itu."

Tan Xiuying menundukkan kepalanya dan memain-mainkan lengan bajunya. Tiba-tiba, matanya berubah serius dan dia agak gelisah.

"Kalian bisa pergi dahulu. Aku ingin kedamaian dan ketenangan sebentar," kata Tan Xiuying.

"Nona Xiuying, silakan beristirahat sebentar. Saya akan pergi dan meminta pelayan agar mengirim sarapan ke sini." Saat dia berbicara, Cai Ying dan Shao Liu melangkah mundur, membungkuk hormat, menutup pintu, dan berjalan keluar.

Saat keadaan mulai hening, dia berpikir sejenak. Kejadiannya tidak sesederhana itu sehingga dia harus menyabung nyawa sebagai taruhannya. Apa yang membuat Tan Xiuying yang asli berpikir bahwa Pangeran Keempat benar-benar menaruh perasaan padanya? Instingnya mengatakan ada sesuatu yang besar dan tersembunyi di balik sikap dan perhatian Pangeran Keempat padanya.

Demi janjinya kepada pemilik asli tubuh ini, dia harus mengungkap rencana jahat itu dan melindungi gadis ini.

Tan Xiuying, betapa malang nasibmu. Kamu hanya gadis polos yang telah termakan umpan, kemudian dimanfaatkan dan dikorbankan demi kepentingan orang lain.