Chereads / Berandal SMA inlove / Chapter 11 - Fiance

Chapter 11 - Fiance

Selamat Membaca

"Aduh, gawat! Ini baju susah amat dipasang, sih!"

Laju lari Choco semakin tak beraturan, saking paniknya. Dengan mimik wajah cemas bercampur bulir keringat yang bercucuran, ia memasang dasi pitanya pada kerah seragam maid ini. Dirasa sudah rapi dan beres, langkahnya belok ke kiri, memasuki pekarangan rumah tingkat tiga milik keluarga majikan. Di area tersebut sudah banyak para pelayan yang sama berseragam berjajar di sepanjang halaman.

Barulah Choco berhenti tepat di samping Ratih, ibunya berdiri di tengah-tengah para pembantu lain. Seperti hendak menyambut tamu benar-benar penting.

"Hufthh ... akhirnya nyampe." Napas Choco ngos-ngosan, sambil membungkuk sebentar.

"Kamu dari mana aja? Ibu udah nunggu dari tadi," gerutu Ratih, disusul cengiran lebar dari Choco.

"Ngisi perut dulu, Bu. Hehe."

"Aduh, dasar perut karet. Ya Sudah, cepat tegakkan badan. Tamunya sebentar lagi tiba."

Choco membalas anggukan patuh, kemudian badannya ditegakkan setelah selesai menetralkan nafas. Pandangannya mengedar, mengamati puluhan para pelayan rumah Tuan Harsa sedang tegang di tepian. Mengosongkan jalan lebar di tengah.

Benar, ini sangat mirip dengan adegan di novel 'I'm a Queen'. Semuanya akan menguras tenaga pada malam ini, hanya untuk melayani seorang tamu yakni pihak keluarga laki-laki yang akan dijodohkan dengan Cherry. Dikisahkan Cherry sungguh cantik mengenakan dress merah maroon, berdiri menunggu di pintu utama rumah bersama Tuan Harsa dan Nyonya Violet. Lihat saja, si tokoh utama itu memang stand by di sana sesuai alur novel.

"Choco! Ayo, tunduk!" bisik Ratih tiba-tiba, sesaat setelah sebuah mobil sedan hitam mengkilap terparkir di gerbang.

"Ah, oke."

Semua pelayan langsung tunduk, sebagai formalitas ketika keluarga tamu keluar dari mobil. Jika dihitung ada tiga anggota, dua di antaranya adalah sepasang pasutri, sedangkan satunya lagi seorang laki-laki muda terbalut tuxedo hitam mengikuti.

Itu dia. Si tokoh pria, alias Male Lead.

"Bu!" panggil Choco pelan.

"Itu keluarga tamunya, ya?"

"Iya, Nak. Dua orang yang di depan adalah pemilik perusahaan tekstil terkemuka di kota ini, Tuan Kenzo dan Nyonya Amora. Dan yang paling belakang itu anak mereka, Tuan Muda Alter."

Sebenarnya Choco sudah tahu. Ia tidak asing lagi mendengar nama mereka. Kenzo Dominic Sebastian, pria matang beraura kuat meski sudah berumur empat puluhan. CEO perusahaan tekstil paling terkenal dan terkaya di ibukota.  Oh, mungkin dia bisa dipanggil Milyuner. Bersama sang istri yang tampil glamor mengenakan busana hitam serta wajah ditutupi kipas warna emas. Khas Nyonya kaya, Amora Devilla.

"Itu ... Alter?" gumam Choco, sedikit terpana.

"Tampan, bukan?" Ratih menyahut.

"Yah, lumayan."

Netra Choco tak lepas dari paras laki-laki bertubuh tinggi dan atletis yang berjalan gagah mengikuti jejak orang tuanya. Fisik tidak realistik, rahang tajam sesuai dengan wajahnya yang sangar, bibir merah gelap, juga rambut legam mengkilap. Sempurna? Bisa dikatakan begitu. Dia anak kedua dari pasangan Milyuner terpandang. Tokoh pria pendamping Cherry yaitu wAlther Jaydeniel Sebastian.

"Nah, semuanya sudah berkumpul? Mari bersulang!" 

Suara Tuan Harsa membuka topik pembicaraan. Pria berkumis dengan jas putihnya itu mengangkat segelas anggur merah, beranjak dari kursi setelah tamu dan keluarga duduk melingkar di meja disediakan.

Tentu Kenzo beserta kedua anggota keluarganya turut mengangkat gelas, suara denting gelas yang saling beradu terdengar setelah mereka bersulang.

Sekadar informasi, mereka bercengkerama seperti ini di luar rumah alias outdoor. Tuan Harsa sengaja mengajak keluarga Kenzo makan dan minum-minum di halaman belakang rumah yang luas.  Sekaligus melihat pemandangan malam yang cukup mendukung di acara pertemuan dua keluarga penting ini.

"Ngomong-ngomong, anakmu cantik sekali," celetuk Amora memuji penampilan Cherry yang duduk manis di kursi samping sang Mama, Violet.

"Betul, sangat cantik. Padahal dulu saya melihatnya saat masih bocah lima tahunan. Haha." Gelak tawa renyah meluncur bebas dari mulut Kenzo.

"Ah, kalian memujinya berlebihan. Tapi saya sedikit setuju, anak saya memang terlalu cantik," balas Violet walau awalnya menepis komentar mereka. Dia mengelus surai panjang Cherry. "Sangat cocok dengan Tuan Muda Alter, 'kan?"

Cherry tersenyum malu-malu. 

"Mama bisa aja. Hehe."

"Kalau begitu, kapan tanggal pertunangan mereka diresmikan? Apa ingin dipercepat saja atau ditunda setahun lagi?" tanya Tuan Harsa beruntun.

"Jangan diundur lagi, Harsa. Lagi pula, selain anak kita akan bertunangan, bukankah rencana pembangunan proyek bersama harus segera dilengserkan? Lebih baik dipercepat," usul Kenzo sambil menyeruput segelas anggur merah.

"Iya, saya juga setuju," tanggap Violet. "Daripada menunda-nunda terus dan proyek kalian tidak maju-maju, mending bulan sekarang saja. Saya juga pengen cepet-cepet gendong cucu."

"Sama dong, Jeng. Sudah lama saya tidak pernah mengasuh bayi," cakap Amora mengipasi lehernya dengan kipas emas itu.

"Sepertinya semuanya setuju. Baiklah, acara pertunangan Cherry dan Alter akan saya putuskan bulan ini. Sebelum ke hari-H, mungkin mereka lebih bagus untuk pendekatan lebih dulu."

Kenzo, Amora, Violet maupun Harsa, serempak memandang kedua anaknya yang duduk berseberangan. Cherry tampak mengulas senyum kecil sembari diam-diam melirik sosok Alter. Sementara reaksi Alter, laki-laki bermimik wajah ketus itu menghela napas berat. Dia berdiri, lalu menarik pergelangan tangan mungil Cherry yang menganggur di atas meja.

"Om, Tante, boleh saya pinjam Cherry sebentar?" tanyanya, intonasi bicaranya sungguh dingin tanpa ekspresi.

"Bawa saja, kalian lebih baik menikmati waktu berdua di meja dekat danau sana. Anggap kami tidak ada di sini," suruh Harsa diselingi kekehan halus.

Alter mengangguk sekilas. Dibawanya tubuh Chery membuat gadis itu menunduk malu. Bahkan jiwa Gina yang sekarang berperan sebagai Cherry itu nyaris meledak di tempat. Jadi seperti ini rasanya dijodohkan dengan tokoh pria favorit? Entah apa yang akan dilakukan Alter padanya, lebih baik ia menurut tanpa berkutik.

***

"Choco~ bawa bolu ini, Nak!" titah Ratih di dalam dapur. Seluruh pelayan masih sibuk mondar-mandir dan memasak di ruangan tersebut.Choco menghampiri sang Ibunda. 

"Dibawa kemana?"

"Ke halaman belakang, untuk hidangan pembuka tamu bersama keluarga Tuan Harsa. Simpannya di meja tengah, ya."

"Siap, Bu." 

Choco mengangguk, tangannya sigap mengangkat sebuah bolu bertingkat dihiasi strawberry serta bunga mawar di pinggirannya.Dari luarnya saja pasti sudah tertebak kalau harganya selangit. Mencirikan makanan orang kaya. Tapi Choco tidak terlalu kagum, dulu sewaktu menjadi Glenda di kehidupan nyata, makanannya setiap hari bahkan lebih mahal.

Begitulah orang berada. Dengan hati-hati, Choco melangkah pelan sambil memperhatikan bulunya ketika menuju halaman belakang. Sesekali menegur pelayan yang menghalangi jalan. Tiba di halaman belakang, ia mendekati meja besar Tuan Harsa.

"P-permisi, Tuan. Ini bolu yang saya bawa disimpan di mana?" tanya Choco, meja keluarga besar itu rupanya penuh oleh makanan aneka macam.

Harsa menoleh.

"Ah, ternyata kamu. Coba simpan saja di meja pinggir danau sana, yang ditempati anak saya sama Alter. Mungkin mereka mau cemilan manis."

"O-oh, baik!"

Tak sangka hubungan Cherry dan Alther bisa dekat dalam waktu singkat. Padahal di novel, sehabis pertemuan keluarga, Alter dengan sikap apatis nya langsung pergi begitu saja tanpa pamit. Karena tidak setuju atas pertunangannya. Apa alur cerita akan berubah seiring waktu? 

Daripada memikirkan adegan yang berbeda, Choco buru-buru membawa bolu strawberry tersebut ke meja tepi danau milik tuan rumah. Terdapat raga Cherry yang duduk tersipu-sipu bersama Alter.

"Woi, lo berdua!" seru Choco tanpa bahasa formal. Berlari menuju meja Cherry

"Cepet banget kalian jatuh cintong. Ngapain berduaan? Kal— aww!"

Gedubrakk!

Sial. Nasib apes menghantam Choco lagi. Baru saja berceloteh meledek dua tokoh penting itu, kaki Choco tak sengaja terantuk batu berukuran besar.Otomatis ia limbung ke depan, bolu tinggi di tangannya melayang di udara. Sampai akhirnya benda itu mendarat tepat ke wajah garang Alter, laki-laki tersebut terlentang di rerumputan dan Choco menindihnya.

Cherry terbelalak, mulutnya menganga saat menyaksikan Alter sudah dilumuri krim bolu. Mata elang Alter mendelik, menatap muka Choco yang panik bukan main menindih tubuh kekarnya.Keduanya saling melempar tatapan.

"Ups." Choco lantas tersenyum canggung. "Sorry."

Kulit wajah Cherry memerah, pertanda amarahnya akan membludak.

"CHOCOOO!!!" 

Bersambung