Chereads / Berandal SMA inlove / Chapter 10 - Love Her Not You

Chapter 10 - Love Her Not You

Selamat Membaca

Kelas XI IPS 3

Mauretta Lidya : *Send a picture

Mauretta Lidya : @ChocoValentine 

Lusi Herawati : Wkwk kocak. Itu foto yg dikirim si Retta pas di kantin tadi ye?

Mauretta Lidya : Yoi. Hot news gaes! Si culun syuting drama di kantin bareng culun lagi.

Bayu Pramana "Gile ... cocok tuh dijadiin sinetron"

Yoga Zainal " Kasian Queen Cherry nasgornya tumpah gara-garanya si culun"

Siti Hamidah "Gak guna bgt tuh culun. Pantesan dijadiin babu".

Riri Anettya "@ChocoValentine Cieee trending."

Notif pesan terus berbunyi, layar ponsel yang sudah retak milik Choco terus saja bergetar di atas meja. Terlihat, lockscreen HP tersebut dipenuhi oleh deretan chat yang bermunculan dari grup kelasnya. Ia masih setia duduk tenang di bangku pojok, memantau seluruh teman sekelasnya yang asik mengetik pesan di grup. Sebagian juga bergosip ria tentang kejadian memalukan di kantin tadi.

Perihal Choco yang tak sengaja menumpahkan tiga piring nasi goreng untuk geng Cherry. Alhasil, banyak orang meng-post foto dan video itu ke media sosial. Di grup kelas IPS 3 pun mencerca Choco yang ditolong oleh laki-laki. Mau tak mau, Choco menjadi bulan-bulanan massa. Dihujat sana-sini, dianggap tak becus dan beban. Yah, wajar saja, nasib tokoh figuran.

"Aduh aduh, ada seleb dadakan, nih!" seru Retta, gadis menor itu tiba-tiba menunjuk Choco.

"Gimana rasanya jadi artis sekolah? Enak, dong, dighibahi. Tentang anak beasiswa yang miskin ditolong pangeran saat nasi gorengnya tumpah di kantin. Hahaha!"

"Cieee, si culun viral."

"Nanti apa judul sinetronnya? Ikatan Batin? Dari Jendela SD? Atau Catatan Hati Seorang Culun?"

Brakk!

Semua saksi mata terkesan, begitu suara gebrakan meja terdengar nyaring setelah Choco tak kuat menahan diri lagi. Gadis kumuh itu beranjak, dengan emosi mendidih ia berlari secepatnya keluar kelas. Memalukan. Ia sadar tragedi nasgor tumpah di kantin itu memang mengenaskan. Harga dirinya terinjak-injak, sewaktu menjadi Glenda justru ialah yang mempermalukan orang. Alias Ratu Bullying.

Sekarang terasa seperti karma. Choco mendengkus berusaha tidak menangis. Ketika berlarian tak jelas di koridor, tubuhnya tak sengaja menabrak badan seseorang yang menjulang tinggi.

"Ck, lo bisa minggir gak, sih?!" sewot Choco, mendongak. Kemudian mimik wajahnya berganti terkejut.

"Lah, lo cowok cupu yang gue tabrak di kantin?!"

Laki-laki pucat dihiasi kacamata bulat itu tampak kaget, kalang-kabut sambil mundur perlahan-lahan. Seolah bisu, dia berniat kabur tanpa sepatah kata.

"Eittt, mau ke mana lagi lo, hah?! Lo ada urusan sama gue!" sergah Choco, merentangkan lengan mencegah. Lalu menarik pergelangan tangan cowok di hadapannya dengan kuat.

"Ikut gue!"

Lawan bicaranya pun hanya pasrah, kulit wajah semakin memucat dibasahi cucuran keringat dingin. Bahkan Choco merasakan tangan besar dan berurat yang ia seret itu bergetar hebat, seolah akan mati.Pokoknya Choco harus meminta penjelasan. Mengapa laki-laki kikuk itu menguntitnya saat ke perpustakaan? Juga pergi tiba-tiba saat tabrakan di kantin?

"Benar-benar cowok aneh."

"Jadi .... " Kedua tangan Choco terlipat di dada, bersiap mengintrogasi.

"Kenapa lo ngikutin gue? Lo siapa? Kelas lo di mana? Bisa ngomong gak, sih? Jangan bilang lo beneran bisu."

Pertanyaan terlontar berturut-turut dari mulut tipis gadis itu. Tatapan intimidasi bermain-main ketika berhasil menyeret pelaku penguntit ke area rooftop sekolah. Tampak, laki-laki berkacamata yang sempat bertubrukan dengannya berdiri kaku. Jari-jarinya saling bertautan, bola mata bergulir ke sana kemari menghindari netra Choco.

"Woi!" sentak Choco, kesal.

"Cepetan jawab! Lo siapa sampai berani-beraninya nguntit gue ke perpus? Mana kabur lagi pas nasgor gue tumpah. Sekarang kita digosipin aneh-aneh tau!"

Dia diam. Tak berniat menjawab. Kelewat muak, Choco lantas menarik kerah seragam cowok cupu itu hingga terseret ke depan. Lalu arah mata Choco meneliti seksama nama yang tertera di name tag-nya.

"Farezka Geovano." Ia mengeja nama si cowok. 

"Oh, nama lo Farez? Kayaknya lo tokoh figuran juga sama kayak gue. Perasaan di novelnya gak ada nama Farez disebut atau muncul dikit."

"Yah, mungkin lo lebih gak penting dibanding gue," sambungnya, sembari melonggarkan cengkraman dari kerah laki-laki pemilik nama Farez tersebut. Otomatis dia terdorong pelan.

"Lo suka sama gue?" tanya Choco, to the point.

Air muka Farez berubah, seperti tak setuju. Hanya geleng-geleng kecil masih tak ingin berbicara sejujurnya. Membuat Choco menggeram.

"Ck, aneh banget. Itu salah, ini salah. Terus maksud lo apa, sih? Punya mulut dipake ngapa! Jangan mingkem terus!" Beberapa detik setelahnya, lebih baik Choco berbalik badan hendak pergi. Ia membuang napas jengkel. 

"Udah, lah. Gue cabut sekarang. Mending lo simpen rasa suka lo itu karena gue gak tertarik sama penguntit bisu."

"AKU NGGAK SUKA KAMU!"

Choco berhenti melangkah, telinganya berdengung ditusuk suara bariton yang menggelegar dari balik punggung. Kontan ia berputar kembali, menghadap laki-laki bernama Farez yang memerah sehabis berteriak. Ternyata tidak bisu. Dengan sekali tarikan nafas, dia berteriak lagi.

"Aku suka Cherry, bukan kamu!"

"C-cherry?" beo Choco bingung, berjalan maju.

"Mengapa ujung-ujungnya ngebahas dia, sih?"

"S-sebenarnya ... kamu salah paham! Selama ini aku memang menguntit kamu, tapi bukan berarti aku suka," Terang Farez benar-benar malu. Wajahnya tertunduk. 

"Aku tau semua tentang kamu, Choco."

Apa-apaan laki-laki aneh ini? Choco tak habis pikir, bisa-bisanya berurusan dengan sosok seperti Farez yang maksudnya tidak dapat dimengerti secara harfiah. Ia memijat pelipis pening, mencoba mencerna dari awal.

"Terus, hubungannya suka lo sama Cherry dan 'menguntit' gue itu apa, ha?" tanyanya, linglung.

"Karena aku tau, kamu orang paling dekat dengan Cherry." Farez menegak ludah kasar, matanya terpejam paksa.

"Makanya aku seperti ini, lagi pula aku sadar aku nggak berpotensi diterima mudah oleh Cherry. Cuma kamu yang setidaknya nggak sulit didekati."

Dia maju, perlahan mengikis jarak bersama Choco dengan seulas senyuman tipis. Entah apa isi otak laki-laki itu, menyodorkan satu tangannya hendak berkenalan.  Choco termangu. Lumayan terkejut ketika mendengar seluruh faktanya yang dibeberkan oleh sang penguntit. Manik coklatnya teralih ke bawah, memperhatikan telapak tangan kekar yang terjulur.

"Aku Farez, kelas 11 IPS 1. Satu jurusan sama kamu. Semoga ... kita berteman dengan baik."

Raut wajah Choco tiba-tiba datar.

'Cih, jadi si figuran ini mau jadiin gue Mak Comblang gitu biar dia deket sama Cherry?'

Tiba malam hari. Sekitar pukul delapan, Choco berleha-leha di atas kasurnya yang terbalut sprei bunga-bunga. Bibirnya cemberut, tangan mengangkat ponsel murahnya, masih sibuk berselancar di dunia maya.Sekadar mengecek tagar trending. Tragedi nasgor tumpah itu ternyata menjadi topik hangat diperbincangkan. Sampai-sampai ada yang meliput berita terkait itu. Headline majalah sekolah pun nyaris dipenuhi oleh nama Choco Valentine.

Apa di dunia novel ini, nasib Choco yang berjiwa Glenda akan terus terkena sial? Dicap buruk rupa, jerawatan, anak pembantu, sangat kontras dengan nasib Gina yang menempati raga Cherry. Kali ini, gadis yang dulunya mantan korban bully Brenda itu benar-benar beda 180°. Giliran Gina yang semena-mena terhadap Brenda bertubuh Choco.

"Hahh .... " 

Ia menghembuskan napas berat. Berguling ke samping. 

"Gue masih kepikiran soal Farez. Bisa-bisanya tuh cowok suka sama cewek modelan si Cherry? Cabe-cabean perempatan?! Bagus dari sisi mana coba?"

Kemudian Choco terlentang, menerawang langit-langit kamar. 

"Emangnya bisa figuran sama tokoh utama pacaran? Si Farez lumayan juga. Kenapa gak suka sama gue aja, ya? Kan, sama-sama figuran."

Tok! Tok!

"Choco! Bangun, Nak! Bangun!"

Choco langsung terduduk, memandang heran ibunya Ratih yang masuk ke kamar dengan pekikan heboh. Seraya menjinjing sebuah paper bag entah apa isinya.

Ratih menaruh dua paper bag tersebut di tepi ranjang Choco. Terburu-buru merogohnya untuk mengambil barang yang dibawa. Terlihat, sebuah seragam maid berwarna hitam putih khas pelayan terpampang jelas.

Tak lupa sepatu hitam tanpa tali dari satu paper bag lainnya.

"I-ini buat apa, Bu?" tanya Choco.

"Cepet pake semuanya, Nak. Kita pergi ke rumah Tuan Harsa sekarang! Ini semua disediakan olehnya agar para pelayan bisa berpakaian sopan."

"Memangnya ada acara apa?"

"Kata rekan pembantu Ibu yang lain, ada tamu penting bakal datang. Gosipnya anak tunggal Pak Harsa mau dijodohkan dengan salah satu pewaris terkaya di kota." Mulut Choco membulat. Ia mematung kaget.

"M-maksud Ibu ... Cherry?!"

Ratih mengangguk.

"Iya, Non Cherry yang katanya mau dijodohkan. Yuk, Nak, siap-siap. Kita harus nerima tamu seramah mungkin!"

Dijodohkan? Ah, Choco ingat. Adegan ini sepertinya akan sesuai dengan alur novel yang ia baca itu. Cherry akan bertunangan dengan salah seorang anak tunggal kaya raya, visualnya sangat sempurna layaknya tokoh pria pendamping alias Male Lead.

Apa perlu Choco beritahukan namanya sekarang? Dan menjelaskan riwayat laki-laki itu lebih detail?. Tidak, lebih baik kalian mengetahuinya sendiri nanti.

Bersambung