Chereads / Fated Baby of The Alpha / Chapter 12 - Making a 'Relationship'

Chapter 12 - Making a 'Relationship'

Marion tak henti menggerutu sepanjang perjalanan menuju ke kantor. Jika bukan demi biaya pengobatan ayahnya, ia tak akan rela dekat dengan bosnya yang aneh dan misterius itu.

Atau bolehkah jika Marion menyebut pria itu mengerikan?

Bagaimana tidak? Demi meminta Marion agar bersedia kembali bekerja, William lantas memberi ancaman yang aneh.

Apakah pria itu merasa Marion akan takut atas segala intimidasi yang dilakukannya? Tidak sama sekali. Gadis itu justru menjadi mulai berhati-hati, karena mungkin saja William terbiasa melakukan itu pada semua orang.

Marion melangkah masuk ke ruangannya, di mana sudah ada William yang duduk di balik meja, yang tampaknya menanti kedatangannya.

"Apa yang Anda lakukan di mejaku?" tanya Marion, yang sontak membuat William menyungging senyum tipis. Pria itu kemudian bangkit, membiarkan asistennya duduk di tempatnya sementara ia berdiri di seberang meja.

"Akhirnya kau bersedia untuk kembali bekerja," lirihnya, lega.

Marion tak segera menjawab, melainkan meletakkan barangnya terlebih dahulu.

"Anda jangan besar kepala. Aku kembali karena membutuhkan uang untuk pengobatan ayahku. Tapi jika Anda macam-macam, aku tidak akan segan untuk benar-benar meninggalkan pekerjaan ini!" ancam Marion, yang dibalas oleh William dengan mengangkat kedua tangan di udara.

"Okey, baiklah ... aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu. Sebagai permulaan, ini tugasmu untuk hari ini." William meletakkan setumpuk kertas yang segera diperiksa oleh Marion demi mengetahui isi di dalamnya.

"Aku tahu kalau kau berasal dari divisi desain. Maka aku memintamu untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh desainer sebelumnya. Entah apakah itu bagian pinggang yang tidak terkurva, bagian lengan yang tidak simetris, dan lainnya yang bisa kau lihat di sana."

Mendapat pekerjaan semacam itu bukanlah hal sulit bagi Marion. Namun, hal yang mengherankan, untuk apa ia diperkerjakan sebagai asisten jika yang harus ia lakukan adalah hal-hal yang berhubungan dengan desain lagi. Pekerjaannya yang dulu.

"Apakah Anda tidak salah, Pak? Mengapa aku harus mengerjakan ini?" tanya Marion, sungguh-sungguh. Ia benar-benar tak mengerti tugas sebenarnya. Sebagai asisten pribadi, wanita penghibur, atau ....

William mendesah keras. "Baiklah, aku akan jelaskan. Ada beberapa komplain mengenai pakaian yang kita produksi, yang mana itu sudah beredar di pasaran. Kesalahanku adalah karena tidak memeriksa segalanya dengan cermat."

"Apakah Anda juga mampu di bidang desain?" tanya Marion, lagi, yang dijawab dengan gelengan.

"Itulah kekuranganku, Marion. Karena itu, dengan adanya kau di sini, aku ingin memintamu untuk mengerjakan ini. Hanya beberapa desain yang mendapat komplain saja. Namun, jika kau bersedia—"

"Aku akan kerjakan segera, Pak," jawab Marion, cepat. "Setidaknya ini lebih baik dibanding harus menjadi wanita penghibur, kan?"

William jelas merasa tersindir dengan jawaban Marion, tetapi ia tak bisa berkutik, tak juga berniat untuk menyanggah. Ia tak ingin gadis itu berubah pikiran lalu kembali melakukan mogok kerja. Untuk saat ini, William mungkin bisa bernapas lega, sekaligus harus menjaga tingkah laku untuk menjaga suasana hati gadis itu.

"Siapa sebenarnya bosnya di sini?" gerutu William saat dirinya tiba di ruangannya. Dari kejauhan ia memandang ke arah pintu penghubung yang baru saja ia lewati ketika kembali ke ruangannya setelah memberi tugas kepada Marion.

Gadis itu tampak memiliki passion di bidang desain. Karenanya William memberikan tugas yang mungkin bagi Marion adalah pekerjaan yang terlampau mudah.

Benar kata Marion tadi, setidaknya pekerjaan itu lebih baik ketimbang menjadi wanita simpanan William. Meski bukan seperti itu yang diinginkannya dari Marion, tetapi gadis itu sudah terlanjur berpikiran negatif.

Baiklah ... memang demikian sebenarnya, tetapi dari keseluruhan pemahaman Marion, tidak semuanya tepat.

Tengah tenggelam dengan angan dan pikirannya tentang Marion, gadis itu justru kini telah berada di seberang meja William dengan tumpukan kertas yang tadi diberikan oleh pria itu, beserta sebuah flashdisk. Dan tak lupa nampan berisi seporsi steak dan sebotol wine.

"Aku sudah menyelesaikan semuanya," ucap Marion, yang mendapat sambutan ekspresi tak terdefinisi di wajah bosnya. Secepat itukah gadis ini menyelesaikan apa yang William perintahkan?

"Dan ini ... seporsi makan siang untukmu dari Leah. Aku baru kali ini melihat seseorang makan seporsi steak dan wine di siang bolong," ejek Marion, sembari memutar tubuh berniat untuk pergi dari ruangan itu. Namun, suara bariton yang berat milik pria itu berhasil menahan langkah kakinya.

"Ini memang style-ku. Setelah ini, bukan lagi Leah yang harus menyiapkan semuanya. Bukan Leah yang harus mengetahui banyak hal tentangku, melainkan kau."

Marion memutar maniknya, tanda bahwa ia muak dengan segala aturan mengenai pekerjaannya itu. Tak cukupkah kata 'asisten pribadi' itu hanya sebagai gabungan dua buah kata saja, tanpa harus memiliki arti begitu jauh—sebagai wanita simpanan?

Sial! Lagi-lagi kata itu mengganggu pikiran Marion, membuatnya enggan memutar kembali tubuhnya meski hanya sekadar untuk bersikap sopan pada atasannya. Sayangnya, ia harus lakukan.

"Kenapa harus aku?" tanya gadis itu. "Jika ada Leah yang bisa melakukan itu, biarkan ia yang menjadi asisten pribadimu. Mengapa harus aku, yang tidak tahu apa pun mengenai dirimu!?" protesnya, yang justru membuat William menyungging senyum tipis. Senyum yang tak pernah bisa Marion artikan.

"Karena aku ingin KAU yang menjadi asistenku. Bukan Leah. Apakah itu salah? Apakah ada yang salah dengan keinginanku itu? Sekarang duduklah, temani aku menikmati makan siangku. Bukankah kita harus lebih sering mengobrol agar kau bisa mengenalku lebih jauh?"

Sungguh, Marion tidak menyukai suasana seperti ini.

Seharusnya tadi ia minta Leah yang membawa makanan itu untuk William. Namun, Leah sendiri justru yang memaksa Marion untuk mengantarkan itu semua pada pria aneh ini. Dan akhirnya, beginilah nasib Marion, terjebak bersama pria yang bahkan untuk tersenyum saja ia sepertinya keberatan.

"Ayo ...." William mengulang ajakannya pada Marion disertai isyarat bahwa gadis itu boleh duduk di hadapannya. "Tenang saja, aku tidak akan menyantapmu. Kau lihat sendiri ada seporsi steak lezat di hadapanku."

Marion hanya merebahkan bokongnya di atas kursi di hadapan William.

Ia sungguh tak ingin terlalu bereaksi atas apa yang diucapkan bosnya dan hanya ingin waktu segera berlalu.

Ia tidak betah berlama di dekat William bukan karena pria itu tidak menarik. Tidak. William justru lebih dari sekedar menarik. Ia luar biasa menawan. Namun, sikap dingin dan angkuhnyalah yang membuat Marion malas berlama-lama dengan pria itu.

Terlebih jika ia teringat isi surat perjanjian kontrak tempo hari, sungguh ingin berlari sekencang yang ia bisa saat ini juga.

"Kau tidak makan?" tanya William, berusaha terdengar ramah dan bersahabat, meski Marion tahu pria itu pasti tersiksa melakukan semua ini. "Kau boleh makan apa saja, pesanlah pada Leah, ia akan mengatur semuanya."

"Tidak, Pak. Aku masih kenyang."

"Bukankah ini jam makan siangmu? Tak masalah jika kau ingin makan dulu, kau bisa pergi sekarang."

Marion tampak berbinar saat mendengar perkataan William, ia hampir bangkit dari kursinya, tetapi urung saat William kembali bersuara.

"Tapi ... tak boleh keluar dari ruanganmu."

Kali ini Marion jelas dibuat kesal oleh sikap William. Ia tak habis pikir mengapa ada pria aneh dengan isi kepala yang begitu ambigu. Jika William mengizinkan Marion meninggalkan ruangannya untuk makan siang, mengapa tak boleh keluar dari ruang kerja Marion?

"Aku bosan jika makan hanya di ruang kerjaku, Pak. Aku sejak kemarin sudah membatalkan janji makan siang bersama sahabatku, dan sekarang haruskah aku membatalkannya lagi?"

William tampak tak peduli dengan ucapan Marion. Ia masih menikmati makanan di hadapannya. "Kau bisa bertemu dengan sahabatmu sepulang bekerja, bukan? Selama di kantor kau adalah milikku."

Marion terbelalak mendengar kalimat yang baru saja diucapkan William.

Sepertinya pria ini salah makan hari ini!