Anya hendak berangkat ke restoran Val saat ia tersadar bahwa semalaman Xav tidak pulang.
"Kemana dia? Dia tidak pulang sejak semalam?" gumam Anya dalam hati. Anya kemudian mencari-cari ponselnya.
"Ya Tuhan, ponselku kan rusak."
Rasa khawatir sontak menyergap dirinya.
"Apa mungkin terjadi sesuatu padanya?" Anya mengigit bibir.
Anya kemudian menoleh pada jam yang menggantung di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan lebih lima menit.
Dia tak mungkin lagi menunda untuk segera berangkat ke tempat kerjanya. Val sudah terlalu baik, tidak enak rasanya jika Anya terus menerus terlambat datang.
Gadis itupun segera menyambar jaket denim yang ia taruh di atas kursi. Anya pun gegas membuka pintu dan hendak menguncinya kembali saat tetangga yang tinggal di flat sebelah melambaikan tangan padanya. Padahal biasanya kakek tua yang tinggal sendirian itu hampir tidak pernah menyapanya.
"Hei kau!"
"Aku, Paman?"
"Ya, kau gadis muda. Kemarilah," katanya lagi.