"Jangan bilang kau tak menyukainya, aku tahu kau menikmatinya." Tawa gadis itu seketika terhenti. Pipinya sontak memerah.
"Apa kau lupa bagaimana kau mendesah dan memintanya lagi?" ujarnya sambil meliri perhatikan pipi merona di sampingnya.
"Diamlah!" ketus Alice.
"Apa kau marah?" Gabriel terdengar tidak terima.
"Tidak!" jawab Alice bohong.
"Lihatlah para wanita, mereka yang memulai namun ketika laki-laki membalas serangan, maka para wanita akan menggunakan kemarahannya untuk menekan."
"Ouch!!" teriak Gabriel saat dengan gerakan cepat tangan Alice mencubit dada Gabriel.
"Ampun ... "teriaknya lagi saat Alice dengan wajah nakal ingin mencubitnya lagi.
Keduanya pun tergelak. Hingga tak lama kemudian sampailah mereka di rumah.
Gerbang depan dalam keadaan terbuka, Gabriel dan Alice saling melempar pandang. Saat mata Gabriel melihat ada pecahan pot di depan rumah, ada jejak-jejak kaki di atas tanah yang terhambur dari dalam pot.