Jealousy
Gabriel sedang berada dalam pesawat sekarang, di sebuah kabin first class, yang fasilitasnya tak perlu dipertanyakan lagi.
Setelah beberapa hari banyak melakukan perundingan bisnis hingga peresmian dari proyek besar dengan perusahaan rekanan, ia akhirnya bisa pulang.
Mata tajam itu tak lepas dari jendela pesawat yang tampakkan gumpalan-gumpalan awan putih dan cakrawala yang berwarna kebiruan.
"Tuan apa anda ingin minum sesuatu?" Seorang kru pesawat berseragam hijau menghampiri dan menawarinya minuman.
"Tidak, terima kasih," jawabnya ramah.
Beberapa hari belakangan sejak di Milan, ia merasa seperti sedang diikuti seseorang. Namun, setiap kali ia mengecek keadaan sekitar ia tak menemukan apapun.
Dua hari yang lalu saat sedang makan di sebuah restoran kecil, yang terletak tak terlalu jauh dari hotel tempatnya menginap, ia sempat memergoki seorang laki-laki muda berambut kemerahan sedang memperhatikannya dari jauh. Gerak geriknya mencurigakan.