Alice menatap nanar refleksi wajahnya di cermin. Kejadian yang baru saja menimpanya, menyisakan beberapa luka goresan karena kuku-kuku tajam pemuda berandalan tadi.
Kejadiannya begitu kilat, nyaris membuatnya mati berdiri. Bagiamana tidak, jika saja pria misterius berhoodie itu tak menolongnya tepat waktu, mungkin sekarang ia sudah disetubuhi para berandalan tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan setelah bosan, mereka akan menjualnya ke rumah pelacuran. Mengerikan.
Alice mulai menyapukan kapas yang sudah dibasahi micellar water ke wajahnya. Tak mungkin juga berangkat ke kampus dalam keadaan kusam seperti ini. Sesekali menahan perih saat kapas itu menyentuh luka goresan.
"Alice, bisakah kau cepat sedikit? Kau tidak mau kita terlambat, bukan?" Suara Shanon membuyarkan lamunannya.
"I-iya, give me a minute!" sahut Alice cepat.
Ya, ini sudah jadi rutinitasnya. Pagi bekerja, dan berangkat ke kampus setelahnya dengan menumpang toilet umum untuk berganti dan sekedar merapikan diri.