Sudah hampir tiga jam Alice berdiri di bawah paparan sinar matahari, kulit putihnya berubah merah bak kepiting rebus. Ia mondar-mandir kesana kemari, sambil menenteng sebuah spanduk kecil bertuliskan toko roti tempatnya bekerja. Yup, dia harus melakukan ini, karena bos toko roti mengeluh akan hasil penjualan yang terus turun.
Sesekali ia membungkuk, hanya untuk membetulkan letak tisu pengganjal yang sengaja ia selipkan agar kulit kakinya tidak mengelupas. Sepatu hak tinggi berwarna hitam itu sungguh menyiksa, membuat lecet dan ruam.
"Silakan mampir ke toko roti Delfine. Beli tiga gratis satu, cukup lima dolar saja. Diskon hanya berlaku sampai jam lima sore."
Alice terus menggaungkan kalimat-kalimat itu setiap kali ada pejalan kaki yang lewat. Namun, sepertinya tak ada yang peduli ataupun tertarik.
Semua berjalan tergesa dan melewatinya begitu saja, seolah ia makhluk transparan tak terlihat.