Dia telah sampai di sebuah tanah lapang yang dipagari pohon pinus. Sepanjang mata memandang hanya ada rerumputan hijau segar. Udaranya pun sejuk. Gabriel langkahkan kaki mantap menuju sebuah pohon oak tua yang berada di sisi kanan tanah lapang.
Ada dua buah batu nisan berjejer di sana. Nisan yang terbuat dari batu pualam hitam dengan pahatan nama di atasnya.
Eugene Dviosa
Noah Alpha Dviosa
Gabriel menghela nafas berat, ada kerinduan mendalam tiap kali dirinya mengunjungi tempat ini. Kerinduan yang tak akan pernah terbayar.
"Ayah, aku datang," gumamnya lirih, nyaris tanpa suara.
Matanya nanar memandang dua gundukan tanah berselimut rumput dan batu itu.
Gabriel kemudian bertinggung, dan menaruh sebuket mawar di atas makan Noah. Sedangkan sebotol whiskey di tangan adalah hadiah yang ia bawakan untuk sang ayah.
"Bagaimana kabar kalian? Apa kalian merindukanku?" Gabriel bermonolog, berpura seolah dua pusara itu dapat berkomunikasi dengannya.