Mendengar apa yang keluar dari bibir bocah polos berusia sepuluh tahun, membuat Anya tertegun. Ia bahkan dapat merasakan sakit yang kini bersarang di rongga dada Andro.
Anya kemudian melihat dan melirik bocah itu dari kaca spion tengah. Warna mata Andro seperti mata seseorang yang ia kenal. Anya sedikit heran, mengingat Xav dan Lilian tak mempunyai warna mata biru. Tapi, bagaimana bisa putra mereka punya iris mata kebiruan?
"Andro..." Anya memanggilnya.
Bocah yang sejak tadi memalingkan muka ke arah jendela mobil pun menoleh ke depan.
"Ada apa, Nyonya?"
"Jangan memanggilku nyonya. Kau bisa memanggil ku dengan sebutan bibi Anya."
"Bagaimana kalau aku memanggil mu Anya saja?" Bocah itu menawar.
"Baiklah terserah kau saja," sahut Anya.
"Anda terlihat terlalu muda untuk dipanggil dengan sebutan bibi," ucap Andro.
Anya tersenyum mendengar penuturannya. Mobil yang ia kendarai telah sampai di depan sebuah rumah sakit, Anya menghentikan mobil itu di depan instalasi gawat darurat.