Kini Xav terbaring di ranjangnya, ia merasa kelelahan setelah seharian mendampingi Lilian melakukan kegiatan. Mulai dari pemotretan, syuting iklan, dan makan malam dengan produser film.
Matanya menatap nanar ke langit-langit kamar yang di cat biru. Hening, sama sekali tak ada suara. Hanya ada deru mesin air conditioner yang memenuhi ruangan.
Pikiran Xav, melayang tak tentu arah, memikirkan bagaimana nasib Anya.
"Dasar gadis bodoh, bisa-bisanya kau hamil dengan Noah!" gumamnya seraya mengusap kepalanya dengan kasar.
"Apa dia baik-baik saja?"
"Apa yang dia lakukan sekarang?"
"Apakah Noah sudah mengetahui bahwa Anya hamil?"
Semua pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepalanya. Membuat Xav kesulitan untuk memejamkan mata.
"Sial! Kenapa aku terus saja memikirkan dia?" Xav mengusap kasar mukanya karena merasa frustasi.