"Aku hamil?" Anya tertegun kala Xav mengatakan hal itu padanya. Anya baru saja siuman dari pingsannya, dan suster belum memberitahukan kepada Anya tentang kondisinya.
Xav mengangguk, lelaki itu sebenarnya kini sedang menahan segala perasaan yang membuatnya ingin berteriak-teriak marah, ia sedang memegang kewarasannya yang semakin menipis saja.
"Hahahaha...." Anya justru tertawa terpingkal-pingkal, sambil memukul bahu Xav.
"Kau ini, lucu sekali. Aku tak menyangka kau mau bercanda lagi denganku. Padahal kemarin kau sudah tak mau lagi bicara—"
"Kau benar-benar hamil, Anya. Dan aku tidak sedang bercanda!" Xav menunduk, bahunya bergetar, ototnya menegang.
Gadis itu seketika bungkam.
"Xav...."
"Kau hamil, dan bayi itu pasti anak Noah, kan?" Xav menaikkan pandangannya.
"A—aku..." Air mata Anya mulai turun tanpa henti.
"Kau harus memberitahukan hal ini kepada Noah."
"Xav kau jangan becanda!"
"Tanyakan saja pada dokter dan suster yang merawatmu."