"Ngomong apa kamu, Bella? Sejak kapan adikmu di culik oleh pria misterius? Memangnya siapa pria misterius itu?" tanya Saga yang merasa bahwa Bella sedang berpikir aneh.
"Aku sangat yakin, Mas Saga. Bahwa memang adikku telah diculik paksa oleh pria misterius itu. Sebab, aku mendengarnya langsung bahwa dia akan membalaskan dendamnya, dan juga akan menghabisi nyawa kami semua. Meskipun memang aku tidak tahu siapa pria misterius itu sebenarnya, tapi aku sangat yakin jika semua itu ada kaitannya dengannya," sahut Bella dengan terus berusaha menyakinkan suaminya.
"Kamu sedang berhalusinasi, Bella. Sudahlah lupakan semua itu." Saga segera membalikkan kursi rodanya.
Namun dengan cepat Bella menundukkan dan menahan tangannya Saga agar pria itu tidak pergi begitu saja. Akan tetapi, ada sesuatu yang aneh ketika memegang pergelangan tangannya Saga, seperti ada bekas luka gigitan.
Bella teringat jika saat itu dia juga sempat melawan dengan mengigit pergelangan tangan ketika pria misterius mencoba ingin membunuhnya. Masih berusaha untuk terus menyamakan bekas gigitan yang Saga miliki dengan ingatannya.
Diamnya Bella justru membuat Saga segera pergi tanpa menyadari bahwa sekarang Bella telah curiga.
"Apa mungkin benar kalau pria misterius itu adalah Mas Saga? Tapi bagaimana mungkin bisa? Secara Mas Saga tidak bisa berjalan, atau jangan-jangan dia hanya berpura-pura lumpuh di depanku saja demi bisa membuatku tertipu. Padahal sebenarnya dia adalah orang yang paling berbahaya. Tetapi, aku tidak memiliki bukti yang lain untuk bisa menuduh Mas Saga begitu saja. Aku takut jika tuduhan ku salah, dan berakibat buruk terhadap rumah tangga ku ini," batinnya Bella.
Semakin Bella banyak berpikir semakin pula ia merasa pusing, ditambah tubuhnya juga masih belum terlalu sembuh. Dengan perlahan ia terduduk sembari terus memikirkan rasa kecurigaannya sekarang, namun ia tak ingin menuduh tanpa adanya bukti seperti ini.
Berbeda dengan Saga yang langsung menghampiri Grace setelah lepas dari Bella.
"Hei, kenapa kamu sampai berbicara seperti itu dengan istriku, Grace? Kau tahu kan bahwa dia adalah istriku? Aku rasa, dia berhak untuk mengatur rumah ini termasuk siapa yang ikut masuk ke dalam rumah ini, kau mengerti?" Saga terlihat marah.
"Saga, kenapa tiba-tiba kamu harus marah padaku? Jelas-jelas istrimu sendiri yang terlihat kasar kan? Lagipula aku bisa saja ke luar dari sini asalkan kamu mengizinkan aku untuk membongkar semua rahasia mu tentang kursi roda palsu itu. Aku sudah tahu, Saga. Bahwa kakimu tidak benar-benar lumpuh kan? Dan juga pria misterius itu adalah dirimu. Jadi bisa disimpulkan, bukan aku yang akan pergi dari sini, tapi istrimu setelah dia mendengar semua kebusukan yang sudah kamu berikan," sahut Grace dengan sengaja memberi ancaman.
Seketika membuat Saga tersadar bahwa kini rahasianya telah diketahui oleh orang lain, namun Saga tidak takut sedikitpun untuk menerima setiap ancaman dari Grace.
"Oh, jadi ternyata diam-diam kamu mencoba mengintai saat aku berpenampilan sebagai pria misterius, begitu? Asalkan kamu tahu saja, Grace. Aku juga tidak akan bodoh untuk memperlihatkan jati diriku pada orang asing. Lagi pula kenapa kamu harus memberikan ancaman kepada seorang mafia seperti diriku ini? Aku tahu saat kamu mencoba masuk mengintip dari balik pintu kamarnya Bella, di sana aku sengaja tidak menegur mu. Jadi silahkan saja jika memang kamu ingin bicarakan hal itu kepada Bella. Tentu saja peluru ini akan masuk tanpa perlu bicara," jawab Saga dengan tidak kalah mengancam dengan sesuai tindakan.
"Sa-Saga, aku tidak pernah berpikir bahwa ternyata kamu telah berubah banyak. Bukankah dulu kita saling mencintai? Lalu sekarang, kenapa kamu harus pedulikan tentang wanita itu? Aku di sini telah kembali, Saga." Grace menggenggam tangannya Saga, dan berharap ada belas kasih sayang demi menyelamatkan hidupnya.
Tapi sayangnya, Saga dengan cepat melepaskan tangan Grace sembari ia berkata. "Itu dulu, tapi tidak dengan sekarang. Grace, aku rasa penyamaran kamu untuk masuk ke dalam rumah ini telah selesai, jadi sekarang tunggu apa lagi? Pergilah dari rumahku. Persoalan cinta sudah menghilang, jadi tidak perlu harapkan itu lagi."
"Tidak, Saga! Aku tidak terima kamu seperti ini, dan jika memang aku harus pergi, maka aku akan pergi setelah membocorkan rahasia kamu kenapa Bella. Dia harus tahu bahwa pria yang sudah menjadi suaminya bukanlah pria baik-baik, melainkan seorang pembohong dan pembunuh besar." Grace terlihat takut, namun ia mencoba untuk tetap kuat. Ancaman bukan sekedar ancaman, ia bergegas berlari demi bisa bertemu dengan Bella.
Baru saja melangkah tiba-tiba sebuah peluru tertembak kearahnya. Dalam sekejap membuat kesadaran Grace hilang, dan Sam segera mendekat.
"Pelurunya tidak akan membuatnya mati kan?"
"Tidak, Tuan Saga. Saya sudah mengisi peluru dengan obat bius, jadi bukan peluru yang asli. Lalu ke mana harus saya bawa wanita ini, Tuan Saga?"
"Bawa dia ke dalam gudang bawah tanah, tapi masukan dia dalam kamar yang berbeda dengan Elena. Satu jam lagi aku akan menuju ke sana, dia pasti akan sadar."
"Siap, Tuan Saga."
Demi menghilangkan jejak dari semua tuduhan yang tak bertanggung jawab, dan membuat Saga kembali kearah Bella yang sedang terduduk diam sembari melamun di teras rumahnya.
Kedatangan Saga dengan tiba-tiba membuat Bella terkejut. Namun entah kenapa, Saga dengan sengaja membawakan segelas air untuk Bella.
"Nih minum! Kelihatannya sejak tadi kamu terus melamun, ada masalah apa?"
"Aku hanya sedang berpikir tentang siapa orang yang sudah menculik adikku—Elena, dan untuk apa dia melakukan semua itu sebenarnya? Saga, bisakah aku tanyakan satu hal padamu? Tapi, jika memang kamu keberatan, aku tidak akan memaksanya," sahut Bella dengan sebuah pertanyaan besar yang sejak tadi ia pendam sembari ia terus melirik kearah pergelangan tangan suaminya.
"Tanyakan saja karena kebetulan aku sedang ada waktu untukmu. Jadi, tanyalah."
"Benarkah? Tapi kamu bisa janji kan untuk menjawabnya dengan jujur? Aku hanya menginginkan kejujuran kamu saja, Saga. Meskipun memang menyakitkan, tapi aku hanya ingin kamu jujur," ujar Bella dengan penuh harapan yang besar.
Membuat Saga terdiam ketika mendengar permintaan Bella yang jelas-jelas membuatnya merasa sulit untuk menjawab, namun ia tahu bahwa sekarang misi pembalasan dendamnya sedang berada di pertengahan, dan tidak akan mungkin untuk Saga menjawab semua pertanyaan itu.
"Kenapa kamu terdiam, Saga? Apa kamu takut untuk jujur denganku? Aku tahu bahwa mungkin kejujuran sangatlah sulit karena akan pasti menyakitkan, tapi aku mungkin bisa memaafkan kamu jika kamu bisa berkata jujur padaku. Katakan bisakah kamu jujur? Aku hanya ingin kejujuran, meski ada banyak kesedihan yang akan aku dengar. Setidaknya memberikan jawaban dari setiap yang aku pikirkan sekarang. Bisakah?"