Chapter 29 - Masih dalam dilema

Pertanyaan tersebut tak membuat Saga gentar, namun justru ada sedikit kebingungannya saat mendengar Bella bertanya.

"Tunggu sebentar, kenapa sejak tadi aku mendengar nama panggilan lain darimu, Bella? Dan sudah tiga kali kamu mengganti nama panggilanku ini, ada apa?"

"Benarkah? Membuat Bella kembali mengingat hingga akhirnya ia menyadari bahwa memang ia sudah mengganti nama panggilan untuk suaminya. "Ya ampun! Bagaimana mungkin aku bisa memanggil nama suamiku sendiri dengan 'Saga'? Bahkan dulu aku selalu memanggilnya dengan sebutan Tuan Saga," batinnya.

"Um, maafkan aku, Mas Saga. Aku sampai tidak mengira kalau memanggil dirimu dengan sebatas nama, jujur aku tidak akan mungkin melakukan hal itu jika tidak berpikir banyak. Tapi, jujur kalau aku akan tetap-"

Tangannya Saga dengan tiba-tiba berada di depan mulutnya Bella, sampai membuat ucapan wanita itu terhenti.

"Ya sudah tidak apa-apa, dan untuk kali ini aku akan maafkan aku, tapi sebenarnya apa yang ingin kamu tanyakan padaku? Sebelum nantinya aku akan pergi ke rumah sakit menjenguk adikku di sana, jadi katakanlah."

"Baiklah kalau begitu, Mas Saga. Aku jujur kalau akhir-akhir ini membuat hidupku merasa semakin kebingungan. Entah apa yang sebenarnya terjadi, sungguh aku tidak tahu pasti. Hanya saja aku selalu diganggu setiap malam oleh pria misterius yang setiap bertemu memakai topeng, tapi aku benar-benar tidak sedang berhalusinasi, dan aku sadar kalau terakhir kalinya, aku sempat memberi gigitan saat melawan pria misterius itu. Jadi, luka gigitan itu tepat berada di pergelangan sini, Mas," ucap Bella dengan penuh kejelasan.

Menghembuskan nafasnya dengan perlahan, lalu melanjutkan ucapannya. "Jadi, Mas Saga. Aku hanya merasa ada sesuatu dengan dirimu, dan tolong katakan dengan sejujur-jujurnya padaku tentang pria misterius itu. Apakah memang benar kalau kamu dengan pria misterius itu adalah orang yang sama? Aku sungguh tidak mungkin bisa mengerti karena selalu saja di rumah ini kosong saat pria misterius itu tiba ke dalam kamarku. Rasanya tidak mungkin kalau aku berhalusinasi karena jelas-jelas dia berusaha menyakitiku, dan aku sempat melukainya."

Saga pun terdiam saat mendengar pertanyaan dari istrinya. Sembari melirik kearah pergelangan tangannya yang memang terlihat seperti bekas gigitan gigi manusia, batinnya pun berkata. "Sial! Bisa-bisanya aku sampai ceroboh. Harusnya aku menutup bekas luka gigitan Bella. Jika begini Bella bisa-bisa curiga denganku, apalagi aku belum bisa membalaskan dendam ini sepenuhnya. Tapi semua itu tidak boleh terjadi karena aku harus bisa membuat Bella benar-benar menderita baru penyamaran ku ini aku buka."

"Oh, tentang gigitan ini. Bella, ini bukan seperti yang sudah kamu bayangkan karena memang bekas luka ini aku dapatkan saat seorang anak kecil berlari ke arahku di rumah sakit. Memang giginya itu lumayan tajam hingga menimbulkan luka yang cukup lumayan. Lagipula bagaimana mungkin, Bella. Aku bisa menjadi pria misterius yang sedang kamu pikirkan ini, tentu saja itu hal yang sangat konyol sekali. Aku bukanlah seperti yang sedang kamu tuduhkan saat ini, jadi jangan berpikir aneh, mengerti?" jelas Saga.

"Tapi, Mas Saga. Aku sangat yakin bahwa aku tahu kalau bekas luka gigitan itu berada tepat di pergelangan tangan ini, Mas," desak Bella demi membenarkan rasa curiganya.

"Oh, jadi maksudnya kamu berusaha menuduh aku sebagai pria misterius itu, begitu? Bella, apa kamu tidak lihat kalau aku bahkan tidak bisa berjalan? Jika aku ingin membunuhmu, untuk apa aku harus menunggu waktu sampai menyamar menjadi pria misterius terlebih dahulu? Bukankah sangat mudah untuk menghabisi nyawamu, Bella? Di sini ada dua orang kepercayaan ku yang akan selalu setia dengan setiap perintah tuannya. Jadi, semua itu sangatlah mustahil, bukan? Sudahlah kamu sebaiknya beristirahat karena sepertinya kamu sudah terlalu banyak berpikir," ucap Saga dengan penekan yang ia harapkan orang lain bisa percaya.

Tak menunggu Bella menjauh, Saga merasa jika pembicaraan mereka sudah terlalu jauh. Namun tiba-tiba saja, ia teringat dengan sesuatu. Saga kembali berkata. "Dan aku ingin katakan satu hal tentang wanita yang tadi. Dia sekarang sudah aku usir demi dirimu. Bagaimanapun juga dia hadir di sini tanpa sepengetahuan darimu, jadi aku harus mengusirnya. Kalau begitu aku harus pergi dulu, Bella. Adikku sedang menunggu di rumah sakit karena dokter bilang, keadaannya sudah lebih membaik."

"Benarkah, Mas? Bagaimana jika aku juga ikut pergi mengunjungi adikmu? Aku yakin dia akan sangat senang kalau kakak iparnya juga datang ke sana, Mas Saga, bolehkan?"

"Tidak perlu, Bella. Aku sedang terburu-buru, jadi tidak sempat menunggu kamu yang harus bersiap-siap terlebih dahulu. Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu."

"Baiklah, Mas. Kamu harus berhati-hati ya." Bella hanya bisa pasrah meskipun sebenarnya ia sangat ingin ikut. Namun iya, masih sangat penasaran dengan jawaban yang belum ia dapatkan. Hatinya pun bertanya. "Apa mungkin bukan? Padahal bekas gigitan gigiku itu memang benar tepat di pergelangan tangan Saga, tapi kenapa dia harus melakukan hal itu, jika memang dia pelakunya? Lagi pula benar seperti yang Mas Saga ucapkan kalau memang dia ingin membunuhku, sudah tentu dia melakukannya sejak awal, tetapi justru dia menikahi ku sekarang. Argh! Aku semakin bingung. Banyak hal yang membuatku semakin merasa tidak nyaman ketika harus berada di rumah ini sendirian."

Meskipun Bella sudah mendapatkan jawaban dari Saga, namun ia masih merasa belum puas dengan hasil jawaban tersebut. Membuatnya ingin kembali mencari tahu demi menenangkan hatinya.

Memiliki waktu yang tepat untuk bisa mencaritahu semua itu, dan perlahan-lahan Bella memasuki kamar pribadinya Saga.

Mencoba berbagai laci penyimpanan barang milik Saga, namun tak ada bukti apapun tentang pria misterius itu. Rasanya benar-benar di luar dugaannya sendiri.

"Aduh ... Sebenarnya di mana di sembunyikan semua bukti itu? Tidak mungkin kan tidak ada bukti apapun? Karena aku sangat yakin bahwa memang berkas gigitan gigiku persis dengan yang dimiliki oleh Mas Saga, dan aku yakin sekali. Sebaiknya aku harus terus mencari sebelum akhirnya nanti Mas Saga kembali."

Tidak membuat Bella menyerah ketika belum menemukan apa yang sedang ia cari. Ia masih terus mencari, meski juga tetap tidak menemukan barang apapun milik pria misterius.

Tetapi Bella tidak menyangka bahwa pria misterius sedang mengintainya dari dalam kamar mandi. Sejak tadi Saga sudah semakin merasa curiga kalau Bella pasti tidak akan dengan semudah itu percaya. Hingga Saga memberi alasan untuk pergi ke rumah sakit demi lepas dari semua pertanyaannya Bella.

Saat Bella sedang mencoba untuk terus mencari, dan tidak Bella sadari bahwa di belakang tubuhnya ada seseorang yang sedang mengawasi. Dengan perlahan pria misterius berjalan pelan untuk mendekat, dan dengan cepat menutup mulutnya Bella dengan kain yang sudah berisi obat bius. Untuk sekali lagi Bella akhirnya terjatuh ke dalam pelukan pria misterius.