"Siapa di sana?" Saga menoleh ke belakang untuk bisa mencari tahu siapa penyusup yang sudah diam-diam mengintai rumahnya, dan terlebih saat itu ia berdiri dengan kaki yang sempurna.
Namun saat itu, Saga tak sengaja menemukan sebuah tangan yang sedang bersembunyi di bawah jendela rumahnya. Ia pun berjalan dengan pelan-pelan agar bisa melihat siapa yang datang, dan ternyata Saga melihat kedatangan Elena yang entah sejak kapan berada di tempat itu.
"Untuk apa dia datang ke sini dengan cara seperti ini?" batinnya Saga. "Awas kamu, tak akan bisa lagi lepas dariku."
Memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu, dan seolah-olah tidak mengetahui dengan keberadaan dari Elena—Adiknya Bella.
Wanita itu dengan sengaja ingin bertemu dengan kakaknya karena ia merasa telah bersalah sudah bersikap kasar bahkan di depan banyak orang, namun justru ia dikejutkan dengan keadaan Saga yang terlihat baik-baik saja, tak seperti biasanya.
Jelas-jelas Elena terkejut, namun ia berharap bisa memberitahukan hal ini kepada kakaknya. Betapa takutnya ia ketika mendengar Saga bertanya. Akan tetapi, kecerobohannya justru membuat dirinya berada dalam bahaya.
Elena bahkan berpikir jika dirinya sudah aman, dan berniat untuk mengetuk pintu kamar dari rumah tersebut agar Bella mengetahui. Namun, niatnya tidak terwujud ketika seseorang dengan sengaja membekap mulutnya, sontak membuat Elena merasa sangat takut. Tapi, sayangnya ia tak sadarkan diri.
Memang secara diam-diam Saga meminta kepada Bian agar menahan adiknya Bella yang telah begitu berani masuk ke dalam pekarangan rumahnya dengan cara yang tidak sopan. Hingga akhirnya, Elena di bawa ke sebuah tempat yang berbeda dengan rumah yang Bella tempati.
"Bian, kamu harus pastikan bahwa wanita ini tidak bisa lari dari sini, tapi untungnya dia datang dengan sendiri tanpa perlu kita menculiknya," ucap Saga.
"Semua itu akan aku pastikan dengan sangat aman, Tuan Saga. Tapi, ngomong-ngomong apa dia sudah tahu kalau sebenarnya Tuan Saga hanya berpura-pura masih cacat?"
"Ya dia sudah tahu, tapi aku pastikan dia akan menutup mulutnya rapat-rapat. Kalau begitu kamu harus menjaganya di sini, Bian."
"Siap, Tuan Saga."
Saga pun kembali pulang ke dalam rumahnya, tetapi dalam perjalanan cuaca begitu tidak baik hingga membuat mobilnya tidak dapat melihat dengan jelas kondisi jalan. Hujan disertai dengan angin badai, dan ia memutuskan untuk berteduh sejenak.
Di tempat yang berbeda, Bella tidak melihat sosok Saga saat itu, padahal sudah larut malam, tapi seorangpun tak ia lihat. Apalagi setelah pertengkarannya dengan Saga yang membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.
Mencoba menghubungi nomor teleponnya Saga, namun ternyata tak terhubung, dan membuat Bella merasa khawatir. Meskipun memang ia mengetahui bahwa Saga selalu bersikap aneh dengannya, namun tak membuat membenci pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Membuat Bella memilih untuk menunggu di teras rumahnya, namun saat itu hanya ada mobilnya Bian yang terlihat memasuki pekarangan rumah.
Dengan cepat Bella bangkit dari duduknya, dan berjalan mendekat kearah Bian sembari bertanya. "Apa Tuan Saga tidak pulang bersama denganmu, Bian?"
"Memangnya Tuan Saga pergi ke mana, Nona Bella?" tanya Bian, namun dirinya teringat bahwa mereka sama-sama dari rumah kedua tempat penyekapan Elena sebelumnya. "Apa mungkin Tuan Saga dari tempat tadi ya? Ya mungkin tidak salah lagi. Namun, aku tidak boleh membuat Bella berada di sini karena tentunya akan membuat dia melihat kalau Tuan Saga pergi sendirian dalam keadaan kaki yang sempurna," batinnya.
"Um, Nona Bella. Sebaiknya kita menunggu di dalam saja karena aku yakin sebentar lagi Tuan Saga akan pulang. Jadi, jangan cemas."
"Aku tetap akan menunggunya pulang di sini, Bian," bantah Bella dengan bersikeras.
"Ini sedang hujan deras, dan tidak baik kalau Nona Bella menunggu di luar. Nanti yang ada saya yang akan dimarahi oleh Tuan. Mari, Nona, kita masuk saja ke dalam."
"Baiklah kalau begitu."
Membuat Bian selamat dari amukan Tuan Saga. Ia pun merasa tenang, dan tak lama dari kemudian Tuan Saga pun pulang bersamaan dengan Sam.
Dengan berlari cepat Bella menghampiri Saga saat itu, ia pun tersenyum ketika melihat Saga kembali pulang dengan selamat. Namun, Saga tidak mengerti dengan sikap dari Bella yang terlihat berbeda.
"Syukurlah Mas Saga pulang dengan selamat karena aku takut cuaca saat ini begitu buruk. Tapi, memangnya Mas Saga darimana saja?"
"Aku dari luar. Sam, antar kan aku ke kamar," perintah Saga yang terlihat mengabaikan Bella.
"Ah biarkan aku saja, Sam." Bella langsung mengambil alih, dan Sam tak berani menolak.
Selepas kepergian dari kedua majikannya itu, Sam dan Bian duduk bersamaan. Mereka berdua seperti mengetahui isi dari hati masing-masing.
"Hey, aku rasa Bella wanita yang baik dan juga penyayang. Lihat saja sikapnya kepada Tuan Saga, meskipun sudah sering membuatnya kecewa, tapi dia tetap peduli," ucap Bian.
"Ya, saya juga sependapat denganmu, Bian. Tapi, masalahnya Tuan Saga terlalu mementingkan egonya untuk ingin balas dendam. Padahal, mencari wanita sebaik Bella sangatlah mustahil di jaman sekarang ini," sahut Sam yang sependapat.
"Kau benar, ah sudahlah jangan bahas itu lagi. Sekarang aku harus pergi kembali ke tempat penyekapan karena saat ini adiknya Bella sedang di tahan."
"Secepat itukah?"
"Tentu saja."
Di dalam kamarnya Saga, Bella dengan sengaja memilih mendorong kursi rodanya Saga. Ia berhenti ketika melihat tatapan Saga menatap dengan tajam kearahnya.
"Kamu sedang berpura-pura baik denganku?" tanya Saga dengan tiba-tiba.
"Berpura-pura baik? Tentu saja tidak, Mas Saga. Memangnya aku tidak boleh berbuat baik dengan suamiku sendiri? Bagaimanapun kita sudah menikah, dan sudah seharusnya aku melayani kamu sebaik mungkin," sahut Bella sembari ia menyandarkan kepalanya di bahunya Saga.
"Aneh sekali seperti ada maunya saja," cetus Saga.
Mendengar ucapan itu sontak membuat Bella tersenyum kecil, dan niatnya pun dapat diketahui oleh Saga.
"Aku sudah tahu niat baikmu pasti karena ada sebabnya," timpal Saga.
"Ya aku mengakuinya, Mas Saga. Tapi, sejujurnya tidak semuanya benar karena aku emang peduli denganmu. Namun, aku masih ingin meminta persetujuan agar kamu memberikan aku izin untuk dapat melakukan latihan dansa. Please! Demi impianku yang sejak dulu ingin aku capai." Terlihat Bella berusaha untuk membuat Saga memenuhi semua keinginannya.
"Kamu itu seharusnya merawat ku, bukan menari-nari tidak jelas seperti itu."
Semakin membuat Bella kecewa di saat mendengar sahutan dari Saga yang semakin tidak peduli dengan keinginannya. Dengan perlahan raut wajahnya Bella terlihat cemberut, dan tak ada harapan besar yang sejak tadi ia impikan.
"Ya sudah kalau memang seperti itu maka aku akan menarik kembali impian yang sejak tadi sudah aku harapan," ucap Bella dengan sangat pelan.