Chapter 24 - Penyusup

Tetapi, tidak Saga perhatikan karena ia sedang buru-buru. Hingga penyamarannya tersebut diketahui oleh Grace yang sedang membuka pintu untuk pergi ke dapur. Tentu saja Grace mencoba bersembunyi agar bisa mengetahui lebih banyak hal di dalam rumah ini.

Betapa tak pernah Grace duga bahwa Saga akan tetap berpura-pura terlihat cacat, dan sekarang berpenampilan misterius di dalam rumahnya sendiri. Ia merasa bingung, tapi Grace tak ingin melewatkan sedikitpun juga.

"Aneh, bahkan Saga harus memakai topeng dengan pakaian layaknya seorang mafia di depan istrinya sendiri. Wah ... Aku semakin penasaran dengan istrinya itu. Sebenarnya ada masalah apa mereka sampai-sampai Saga harus bertingkah aneh seperti ini?" batinnya Grace dan terus berjalan perlahan.

Terlebih penampilan Saga yang terlihat sedikit menyeramkan, namun topengnya masih di dalam genggamannya. Tentu saja Grace semakin curiga dengan pernikahan antara Saga dan istrinya.

Tepat di balik pintu kamar tersebut Grace bersembunyi dengan membuka sedikit ruang agar bisa mengintip ke dalam.

Berbeda dengan Saga yang perlahan mengusap rambutnya Bella yang masih belum sadarkan diri. Entah mengapa, hatinya merasa sedikit kasihan saat melihat Bella tertidur pulas setelah mendapatkan sebuah masalah besar.

"Aku tahu, Bella. Bahwa kamu sudah mencintaiku Saga, namun aku tidak mengerti kenapa kamu harus mencintai pria gila sepertiku ini? Andaikan kamu tahu bahwa aku bukanlah Saga yang seperti biasa kamu lihat. Sejujurnya aku mulai merasa sayang padamu, tapi atas sumpah dendam ku ini, aku harus membuat dirimu menderita. Jadi, maafkan aku," ucap Saga dengan perlahan.

Tak Saga sadari bahwa ucapannya itu terdengar jelas di telinganya Grace, dan untuk sekali lagi Grace menahan rasa terkejutnya dengan menutup mulut agar ia tak berteriak.

"Benar-benar rumah tangga yang gila. Jadi ternyata Saga tidak benar-benar menikah atas nama cinta dengan wanita ini. Tapi baguslah kesempatan aku semakin banyak, dan sebaiknya aku harus segera pergi karena sepertinya anak buahnya Sam telah datang," batinnya Grace sebelum ia pergi menjauh.

Sesuai dugaan, Sam kembali pulang dengan membawa seorang dokter ke rumah itu.

"Syukurlah dokternya tiba lebih cepat," gumam Saga sembari ia berjalan mendekat. "Selamat malam, Dokter. Maaf telah memanggilmu larut begini, tapi tolong obati istriku ini. Sepertinya dia terluka karena penganiaya sampai membuatnya pingsan, Dok."

"Apa? Penganiayaan, Tuan? Ya ampun, saya turut berduka atas apa yang sedang menimpa istrimu, Tuan Saga. Kasihan sekali istrimu, Tuan, padahal wanita yang sangat cantik. Baiklah aku akan melakukan yang terbaik untukmu, Tuan Saga," sahut Dokter tersebut dengan penuh keramahan karena memang ia sudah lama menjadi dokter pribadi untuk Saga.

"Silahkan, Dokter," sahutnya. "Andaikan Anda tahu, Dok, bahwa penganiayaan ini adalah ulahku sendiri. Entah bagaimana jika orang lain tahu kalau ternyata suaminya sendiri yang melakukan semua ini dengan istrinya. Pasti aku akan disebut suami gila, tapi sudahlah rahasia ku akan tetap aman," batinnya Saga.

Akan tetapi, Sam kembali terheran ketika mendengar kata 'istriku' yang lagi-lagi keluar dari mulut tuannya. Ia terus memandang dengan tatapan sinis kearah tuannya sendiri sembari batinnya berkata. "Apa memang mungkin bahwa Tuan Saga telah menyadari kesalahannya yang sudah berbuat kasar dengan Bella? Tapi kan, semua ini dilakukan atas sebuah dendam yang sudah disebabkan oleh keluarga besar Bella? Sebaiknya aku harus mencari cara agar Tuan Saga tidak boleh jatuh cinta dengan Bella. Bagaimanapun juga, aku tidak terima kalau Bella harus bernasib baik setelah kematian Tuan dan Nyonya besar alami."

Diam-diam Sam mulai menaruh rasa kesal hingga membuatnya semakin benci dengan Bella. Meskipun memang ia tahu bahwa Bella pernah ia kagumi hanya karena sikap wanita itu yang lemah lembut, namun tidak pernah Sam lupakan tentang kejadian di masa lalu yang juga membuat hatinya terluka.

Sampai akhirnya sang dokter pun telah mengobati Bella, dan langsung memberikan obat untuk wanita itu.

"Tuan Saga, sebenarnya kondisi istri Tuan tidak begitu parah karena untung saja tidak sampai terjadi hal buruk yang bisa mengakibatkan cedera di bagian tubuh dalamnya. Hanya saja dia mengalami kelelahan dan pusing karena akibat benturan di kepalanya itu, tapi saya akan memberikan obat yang bisa meredakan sakit. Tetapi tetap dalam beberapa hari ke depan, istri Anda harus terus beristirahat, dan jangan biarkan melakukan pekerjaan yang berat," jelas sang Dokter.

"Ah begitu, baiklah, Dokter. Saya paham dengan maksud Anda, Dok. Lalu apa kemungkinan istriku ini akan terbangun nanti?"

"Ya, mungkin saja bisa karena memang dia sedang pingsan, dan coba oleskan minyak wangi agar dia bisa cepat tersadar. Jika begitu saya permisi dulu, Tuan Saga, dan obatnya jangan lupa segera berikan tepat ketika dia terbangun nanti."

"Tentu saja, Dokter. Kalau begitu terima kasih banyak, Dok. Sam, temani Dokter sampai ke halaman depan."

"Siap, Tuan Saga. Mari silahkan, Dok."

"Baik."

Mencoba mengoleskan sedikit minyak angin di hidungnya Bella agar bisa cepat terbangun, namun sayangnya wanita itu masih begitu asyik di alam mimpinya. Sampai-sampai membuat Saga merasa kasihan jika harus mengganggu wanita itu dalam keadaan sakit seperti ini.

Akhirnya, Saga pun memilih untuk mengalah hanya malam ini saja. Ia pun perlahan bangkit dari duduknya sembari menaruh dua butir obat dan segelas air putih.

"Setelah bangun nanti jangan lupa minum obatmu, Bella. Rasanya tidak seru jika kamu harus menderita begitu cepat. Sebaiknya aku akan melakukan rencana yang lain demi bisa membalaskan dendam ku ini," batinnya Saga dan memutuskan untuk segera kembali.

Dalam mimpinya Bella, ia melihat seorang pria yang sedang berjalan normal mendekat kearahnya, namun pria itu terlihat seperti suaminya sendiri. Akan tetapi, anehnya pria itu tidak duduk di atas kursi roda, dan terlihat kakinya baik-baik saja.

Bella sempat bertanya. "Mas Saga, kapan kakimu sembuh? Jika memang kamu sudah sembuh, maka kita harus rayakan kesembuhan kamu ini, Mas."

"Aku sudah lama sembuh, Bella. Hanya saja aku tidak berniat merasakan kesembuhan kakiku ini, namun melainkan ingin merayakan kematian mu saja," sahut Saga dalam mimpinya Bella yang rasanya seperti nyata.

Raut wajahnya Bella terlihat kesal ketika mendengar hal itu, dan betapa tidak pernah ia duga bahwa Saga akan menjawab ketus dengan jawaban yang lebih buruk. Tetapi, Bella justru tersenyum ketika mendengar sahutan dari suaminya.

"Ya ampun, Mas. Kita bukan sedang merayakan Helloween, jadi tidak perlu mencoba untuk menakut-nakuti aku, Mas. Lagipula siapa juga yang akan percaya denganmu tentang merayakan kematian aku ini? Tentu saja tidak akan ada orangnya. Tapi ngomong-ngomong, sejak kapan kita ada di taman bunga yang luas seperti ini, Mas? Bahkan tadi aku merasa kalau sedang berada di tengah-tengah laut yang luas?"

"Itu karena aku yang membawamu ke sini, Bella. Lihatlah bunga-bunga indah ini, dan aku mempersembahkan bunga ini khusus milikmu seorang. Jadi, terimalah bunga ini, Bella." Tiba-tiba saja Saga bersikap begitu romantis sampai-sampai memberikan setangkai bunga mawar.