"Tunggu dulu, apa maksudnya ini? Apakah kalian satu orang?" tanya Bella dengan penuh kebingungannya.
"Oh tentu saja bukan, namun aku memiliki kunci untuk masuk ke dalam rumah ini tanpa sepengetahuan dari Saga ataupun asistennya. Jadi, aku harap kamu jangan pernah mengatakan hal ini kepada Saga, sebab jika tidak maka keluargamu yang akan habis di tanganku," ancam pria bertopeng dengan penuh semangat.
"Apa mau mu sebenarnya?" Bella memiliki keberanian untuk bertanya sembari ia mencoba menggerakkan tangannya agar dapat mengambil sesuatu barang yang bisa menyelematkan dirinya. Namun, sayangnya ia tidak bisa mengambil apapun tanpa melihatnya terlebih dahulu, dan ditambah posisi tubuhnya yang berdiri menghadap kearah pria bertopeng.
"Yang aku mau adalah dirimu," ucap pria bertopeng dengan penuh kelembutan, dan perlahan ia mengeluarkan sebuah kain untuk bisa mengikat tangannya Bella.
Bella yang kini berada di dalam genggaman tangan pria bertopeng, dan ia mencoba melawan, namun kekuatannya tidaklah sebanding. Alhasil, ia pun lumpuh di bawah kekuasaan dari pria bertopeng dengan kedua tangan yang terikat di kedua sisi tempat tidur. Sialnya lagi, matanya Bella dengan sengaja dipakaikan topeng agar wanita itu tidak bisa melihat wajah dari pria tersebut.
Tersenyum dengan penuh kebahagiaan, dan perlahan pria bertopeng membuka wajahnya. Ia menatap kearah pantulan cermin besar, ketika wajah tampannya terlihat begitu indah dipandang, dan dengan kakinya yang berdiri utuh tanpa adanya kursi roda.
"Bella, kamu akan merasakan pahitnya kehidupan, dan pelan-pelan aku akan membuatmu sadar bahwa perbuatan ayahmu di masa lalu sudah membuat kehidupanku hancur. Sekarang terimalah pembalasan dendam ku dengan menjadi pria berbeda karakter yang akan membuatmu semakin hari semakin dilanda kehancuran," batinnya Saga dengan wajahnya yang sudah terbebas dari topeng.
Suaranya yang sudah ia buat-buat agar tidak dapat dikenali oleh Bella. Berjalan kearah mendekat, dan malam itu semuanya terjadi. Ketika Bella semakin keras berusaha menolak, namun sayangnya Saga tidak memberikan ampunan untuk dapat Bella melawan. Mengunci erat tubuhnya Bella dalam pelukannya.
Hingga membuat Bella tidak sadarkan diri, dan Saga ke luar dengan kembali memakai topengnya. Perasaan yang senang atas malam pertama yang telah terjadi, namun entah kenapa ia merasa hatinya sama sekali tidak bahagia walaupun ia sudah menjalankan aksi balas dendam yang pertama.
Kembali menjadi Saga yang duduk di atas kursi roda dengan segelas minuman yang berada di tangannya. Duduk terdiam dalam pikiran yang semakin membuatnya merasa tidak nyaman. Di saat bersamaan, Sam pun berjalan mendekat.
"Tuan Saga, ini pakaian Nona Bella yang Tuan minta."
"Taruh saja di sini."
"Baik, Tuan."
Dengan berjalan kembali masuk ke dalam kamar, Saga memakaikan pakaian ganti untuk istrinya. Setelah selesai, menatap dengan tatapan yang datar. "Maafkan aku, Bella. Tapi, ini belum seberapa atas apa yang sudah ayahmu perbuat sampai kedua orangtuaku tiada dan adikku koma."
Saga akhirnya memutuskan untuk tidak tidur sekamar dengan istrinya walaupun ia sudah melakukan segalanya tanpa sepengetahuan dari Bella bahwa dialah pelakunya.
Keesokan harinya, Bella terbangun dengan perasaan yang sangat tidak nyaman. Ia bahkan merasa lemas hampir sekujur tubuhnya. Namun, ia kebingungan ketika melihat pakaiannya yang berbeda dari sebelumnya. Ditambah ia teringat bahwa semalam tangannya terikat erat, tapi saat itu sudah terlepas.
Mencoba turun dari atas ranjang, namun tiba-tiba saja membuat Bella terkejut di saat melihat bercak darah yang sudah mengering di atas seprai putih miliknya.
"Ya ampun, apa artinya kalau aku sudah, kehilangan keperawanan ku?"
Kakinya semakin melemah hingga membuat Bella terduduk dengan terus mencoba mengingat kejadian malam itu yang membuatnya semakin merasa takut.
"Siapa pria itu sebenarnya? Kenapa dia melakukan semua ini? Bahkan dia mencoba ingin membunuhku jika aku melaporkan semuanya kepada Saga." Lagi-lagi membuat Bella penasaran, dan dengan cepat ia menarik seprai putih itu agar tidak bisa dilihat oleh orang lain.
Bella juga menemukan kain kecil penutup matanya yang memang dipakaikan oleh pria bertopeng itu tadi malam. Ia juga berusaha mengambil semua butki itu agar dapat ia hilangkan. Sebab, ia merasa takut kalau Saga mengetahui semua ini.
Berjalan kearah dapur, dan membersihkan seprai putih yang sudah tercela oleh noda darahnya. Dengan secepat mungkin, dan akhirnya selesai. Sedikit merasa lega karena tidak adalagi bukti aneh yang bisa membuatnya takut.
Di saat Bella ingin kembali ke dalam kamarnya, ia melihat dari jarak yang sedikit jauh Saga sedang duduk di teras rumah dengan memegang sebuah majalah. Ia pun memutuskan untuk berjalan mendekat.
"Um, Tuan Saga, bisakah kita berbicara sebentar?" tanya Bella dengan hati-hati.
"Ya katakan saja," sahut Saga dengan bersikap tak acuh.
"Semalam apa Tuan Saga pulang?"
"Tidak, aku semalam menginap di rumah sakit karena adikku masih dalam keadaan koma. Memangnya kenapa? Apa jangan-jangan kamu merindukan malam pertama kita? Kamu sangat tidak sabar ya?"
Sontak membuat Bella tercengang ketika mendengar pertanyaan dari Tuan Saga yang sungguh membuatnya semakin kesal.
"Aku tidak sedang menunggu malak pertama, Tuan Saga. Sudahlah aku pergi dulu." Bella memilih pergi karena ia tidak ingin mendengar semua perkataan konyol dari suaminya itu.
Dalam langkahnya Bella kembali menoleh kearah Tuan Saga, dan menatap kearah kaki pria tersebut yang terlihat sama sekali tidak bergerak.
"Bahkan semalam Saga juga tidak ada di sini, lalu siapa pria bertopeng itu sebenarnya? Apa mungkin rumah ini memiliki jalan rahasia yang bisa dimasuki oleh orang asing?" gumam Bella dalam kebingungan dan semakin membuatnya penasaran.
Tanpa Bella tahu, Saga tersenyum tipis setelah kepergiannya. Senyuman yang sudah dipastikan mengetahui semuanya.
"Ini pertama kalinya, Bella, tapi nanti kamu akan melihat Saga yang sesungguhnya," batinnya Saga.
Hanya ada keheranan yang sekarang Bella rasakan, bahkan ketenangan begitu ia harapkan. Namun sayangnya, hari pertama pernikahan ia sudah dibuat bingung dengan semua keadaan di dalam ruang tersebut.
Walaupun merasa lelah dengan hari pertama yang ia lalui begitu memberatkan, tapi Bella tidak menyerah. Ia pun memutuskan untuk mencari keberadaan Bian.
Bertemu dengan Bian di halaman belakang, Bella segera berjalan mendekat.
"Um, permisi, Bian."
"Ya, Nona Bella, ada perlu apa?"
"Bisakah aku bertanya satu hal padamu?" tanya Bella dengan tidak melupakan hormatnya kepada yang lebih tua.
"Tentu saja, Nona."
"Apa semalam Tuan Saga memang tidak menginap di rumah? Kalian berada di rumah sakit?"
"Ya benar, bahkan aku juga ikut menemani Tuan Saga. Memangnya ada apa, Nona Bella? Apa ada yang terjadi sesuatu semalam?" sahut Bain dengan santai. Namun, raut wajahnya terlihat kebingungan.
"Ah tidak ada. Aku hanya ingin tahu saja. Kalau begitu aku pergi dulu."
Bian menjawab dengan anggukan kecil.
"Jika bukan Tuan Saga dan Bian pelakunya, lalu siapa? Apa mungkin benar semua ini ulahnya Sam?"